Edisi #9 Fasilitas Kampus | April 2018

Page 1

SIKAP MAGZ EDISI FASILITAS KAMPUS

www.suarasikap.com

1


2

SIKAP MAGZ EDISI FASILITAS KAMPUS

EDITORIAL

SALAM REDAKSI Salam Pers Mahasiswa, Salam Intelektual!

Penanggung Jawab Dr. Subhan Afifi, M.Si. Pemimpin Umum Kiki Luqman

Pemimpin Redaksi Lajeng Padmaratri

Editor Maya Arina Pramudita

Reporter Adi Ihsan, Marcelina Mia Amelia, Muhammad Leo Bisma, Dwi Atika Nurjanah, Fajar Andrian, Farhan Kurniadi Ruliasto, Ida Nur Apriani, Irene Oktavia, Kiki Luqman, Aqmarina Laili, Mufqi Rafif Darmawan, Rahayu Sekar, Tiana Riski Layouter Rahayu Sekar, Tiana Riski Foto

Dwi Atika N

Percetakan & Distribusi Ida Nur Apriani Email suarasikap@gmail.com Website www.suarasikap.com

Setelah satu tahun berselang, Majalah Sikap kembali hadir menemui para pembaca setia. Setelah akhir tahun lalu kami menerbitkan buletin berisi rangkaian liputan khusus, kini izinkan kami menyajikan isu-isu terkini seputar kampus dan kehidupan mahasiswa secara ringan.

Proses panjang memilih tema dan menuangkan waktu ke dalam tulisan menyertai kehadiran edisi ini ke hadapan para pembaca. Mengangkat liputan utama yang berjudul ‘Menanti Kelayakan Fasilitas Kampus Kejuangan’, kami meninjau kembali sarana dan prasarana kampus selama ini.

Proses pembelajaran akan berlangsung efektif ketika didukung oleh fasilitas yang memadai. Entah itu fasilitas di dalam ruang perkuliahan, layanan pendukung seperti koneksi internet, maupun fasilitas keamanan. Kampus Bela Negara saat ini sedang gencar melakukan perbaikan dan pembenahan. Meski begitu, ada beberapa kebijakan renovasi yang dirasa kurang tepat prioritasnya. Liputan utama kami didampingi oleh liputan lainnya tentang sekitaran kampus kita tercinta. Dari sudut museum kampus yang sepi, hingga sosok dosen inspiratif.

Pada akhirnya, kami berharap bahwa edisi ini mampu memberikan informasi yang berguna serta dapat menjadi bacaan yang menyenangkan. Selamat membaca dan membolak-balik halaman.

DAFTAR ISI Sarana Transportasi Umum Tak Sepenuhnya Ny(aman)

3

Sebangsa : Medsos Penghubung Antar Komunitas

7

Museum Edukasi Geoteknologi Mineral Sepi Pengunjung

5

Tajuk : Fasilitas Salah Kaprah

9

Menanti Kelayakan Fasilitas Kampus Kejuangan

10

Sosok : Mengkaji Hobi dengan Ilmu Komunikasi

14

Harga Murah Tapi Tidak Murahan

17

Prodi Baru Tanpa Gedung Baru

12

Mobil Bekas & Kisah-Kisah dalam Putaran

16

www.suarasikap.com


SUDUT KOTA

SIKAP MAGZ EDISI FASILITAS KAMPUS

3

Sarana Transportasi Umum Tak Sepenuhnya Ny(aman)

K

ejadian pelecehan seksual di Indonesia kini mulai memasuki status gawat. Menurut data dari Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan, kejadian kekerasan seksual pada tahun 2017 naik signifikan hingga 74% dari tahun 2016 yakni sebesar 348.448 kasus. Salah satu yang kurang mendapat perhatian namun pada tataran yang sama gawatnya yakni pelecehan di fasilitas umum, khususnya transportasi massal di Yogyakarta yaitu Transjogja. Kejadian pelecehan seksual yang dialami penumpang wanita pada umumnya jarang diperkarakan hingga masuk ranah pengadilan. Beberapa faktor diantaranya karena sang korban justru mengalami rasa takut dan malu akan tindakan yang dialaminya. Dari observasi yang dilakukan oleh reporter Sikap, diketahui pada jam-jam tertentu terjadi lonjakan penumpang bus Transjogja. Hal ini umumnya terjadi pada pagi hari saat jam berangkat sekolah dan bekerja, siang hari saat turis asing dan pendatang berwisata, serta sore hari saat jam pulang sekolah maupun kantor. Bibit, salah seorang petugas Transjogja ditemui awak Sikap mengaku pernah mendapati tindak pelecehan seksual di transportasi umum. “Dulu memang pernah terjadi. Ketika dia

Suasana di dalam Bus Transjogja (Leo Bisma)

naik ke bus, otomatis kami para petugas langsung awasi dia saja,� ujar kondektur bus ini. Dia yang dimaksud di sini ialah pelaku yang diduga beberapa kali melakukan tindak pelecehan seksual di Transjogja. Beraksi Sendiri Jika dibayangkan, aksi dari seorang penjahat tersebut cukup berani layaknya pendekar di film action. Beraksi sendirian dan tanpa rasa takut melakukan tindakan tidak senonoh pada orang asing. Modusnya sederhana, sang pelaku memilih-milih korban perempuan yang masih muda, dalam kata lain anak sekolah atau mahasiswi, lalu berdiri di belakang korbannya sambil perlahan terus mendekat. Dari pernyataan Bibit, didapati fakta bahwa aksi yang dilakukan pelaku tidak hanya sekali, namun berulang kali. Petugas bus mengaku sering menemui laporan keresahan dari penumpang. Ternyata korban www.suarasikap.com

pun mengaku telah menyadari akan kejadian yang menimpanya tersebut. Tetapi karena merasa malu dan alasan keamanan diri, umumnya korban justru bungkam akan kejadian yang menimpa dirinya. Meski begitu pihak Transjogja sendiri hanya mampu mengawasi pelaku dan memperingatkan penumpang. Sebab, jika korban tidak melaporkan kepada pihak yang berwajib akan kejadian tersebut, bisa saja aksi tersebut berulang kembali.

Tingkahnya, sejak awal nampak jelas bahwa ia tak pernah ingin menuju ke suatu tempat. Bus yang dipilih hanya yang padat saja.


4

SUDUT KOTA

SIKAP MAGZ EDISI FASILITAS KAMPUS

Penumpang Transjogja yang berjejalan di saat jam padat penumpang. (Leo Bisma)

Bibit mengaku bahwa tujuan pemberhentian pelaku terkadang tidak jelas. “Dari tingkahnya, sejak di halte pun sudah nampak jelas bahwa ia tak pernah ingin menuju ke suatu tempat. Bus yang dipilihnya pun hanya yang padat penumpang saja,” sambungnya. Merasa Takut dan Bingung Pengalaman bertemu “penjahat kelamin” juga sempat dibeberkan oleh salah satu korban yang tak ingin disebutkan namanya. Pengalaman itu sempat dialaminya beberapa waktu yang lalu saat ia menumpang Transjogja dari kantornya menuju rumah pada malam hari, meski tidak terlalu larut lantaran operasional Transjogja yang tidak menaikkan penumpang lagi di atas jam 8 malam. Untuk menyamarkan identitasnya, sapaan Nona dipilih untuk menceritakan kesaksian korban. Awal cerita, Nona berada di Halte Condongcatur sedang menunggu bus dengan jalur 3B menuju Bandara. Tanpa sengaja ia bertemu dengan pelaku yang baru saja turun dari bus 1B. Pada mulanya ia sama sekali tak curiga dengan pria tersebut. Tak berselang lama, datang kembali bus 1B, kemudian Nona dan temannya yang terlalu lama menunggu

akhirnya memutuskan untuk naik saja ke bus itu. Lalu peristiwa janggal terjadi. Pria yang barusan turun dari jalur 1B itu kembali naik ke bus dengan jalur yang sama. Di situlah bermula letak kecurigaan Nona bahwa mereka sedang diikuti. Menurut penuturan Nona, saat memasuki bus sang pria tak langsung memilih tempat duduk. Ia sengaja berdiri terlebih dahulu di area kosong dekat jendela yang khusus diperuntukkan bagi penumpang difabel. Ia seakan menunggu Nona untuk duduk supaya ia bisa memilih tempat duduk yang berdekatan dengan Nona. Benar saja, tak lama kemudian ia memilih bangku kosong tepat di samping Nona. Ia mulai menanyakan sesuatu yang di luar batas kewajaran untuk sekadar basa-basi. “Terus yang bikin nggak nyaman selama dia ngobrol, mata dia itu kelihatan jelas kayak sedang ‘memindai’ sekujur tubuh saya. Mulai kepala sampai kaki,” tambah Nona mengulang kejadian yang masih lekat di benaknya. Tak berhenti di situ, pria tersebut lalu menanyakan tujuan pemberhentian Nona. Sadar akan pertanyaan itu, tentu saja nona tidak akan berterus terang karena lelaki tersebut pasti akan mengikutinya. www.suarasikap.com

Ia mengelabuhi lelaki itu dengan mengatakan akan turun di salah satu halte. Alih-alih turun, Nona dan temannya bersembunyi sehingga tak jadi turun dan berhasil mengelabui sang pria. “Dari kaca jendela bus saya bisa melihat dia celingukan mencari kami di dalam halte,” sambung Nona dengan sedikit emosional. Ketika mengalami tindakan pelecehan seksual, korban tidak langsung berteriak atau sekadar minta tolong ke orang sekitar. Nona mengaku, ia merasa bingung dalam memikirkan solusi macam apa yang akan menolongnya ketika berhadapan dengan orang macam itu. Kondisi penumpang bus yang ramai pun membuat ia malu dan khawatir diangaap berelebihan apabila harus berteriak dan menuduh orang namun tanpa bukti. Alasan keselamatan juga ikut mempengaruhi. Korban merasa takut bahwa pelaku akan dendam dan suatu saat akan membalasnya. Lewat pertimbangan yang panjang tersebut, akhirnya Nona memutuskan hanya menghindar saja. Ia menambahkan, jika melihat kejadian tersebut menimpa orang lain, maka sebisa mungkin ia ingin mengingatkan korban untuk menjauh dan waspada. (Leo Bisma, Fajar Andrian)


INFO KAMPUS

SIKAP MAGZ EDISI FASILITAS KAMPUS

5

Museum Edukasi Geoteknologi Mineral Sepi Pengunjung

Museum Geoteknologi Mineral. (Irene Oktavia)

M

useum masih dianggap kuno dan menjenuhkan bagi sebagian orang. Banyak orang yang berkunjung ke museum hanya karena didasari tugas akademis, bukan keinginan berwisata. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Kepala Pengelola Museum Geoteknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta, Nur Suhascaryo. “Sekolah kan sekarang ada wajib kunjungan ke museum, untuk mengenal alam dan lingkungan sekitar,” ujarnya ketika ditemui awak Sikap pada Kamis (15/03). Sebenarnya pengunjung hanya dikenakan tarif masuk sebesar lima ribu rupiah per orang untuk biaya kebersihan. Tarif ini bahkan tidak berlaku bagi

mahasiswa UPN “Veteran” Yogyakarta alias gratis. Meski begitu, keberadaan museum yang diresmikan pada tanggal 27 Februari 1988 oleh Menhankam RI Jenderal (Purn) Poniman inimasih belum mendapat animo yang besar dari masyarakat. Jumlah pengunjung ratarata perbulan hanya 200-300 orang. Dari angka itu, kunjungan didominasi oleh rombongan sekolah, terutama sekolah-sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Museum Geoteknologi Miner al UPN “Veteran” Yogyakarta merupakan salah satu museum edukasi tentang Ilmu Kebumian, Geologi, Pertambangan, dan Perminyakan. Museum ini berdiri atas dasar inisiatif

www.suarasikap.com

Suwarno sebagai Alumni Akademi Pembangunan Nasional (APN) “Veteran” Yogyakarta juga selaku Kepala Museum Geologi Bandung serta didukung oleh Bambang Soeroto sebagai Rektor pertama dan pendiri UPN “Veteran” Yogyakarta pada saat itu. Museum ini memiliki tiga ruang pameran; ruang pamer satu, ruang pamer dua, dan ruang audio visual. Dalam ruang pamer satu, berbagai macam koleksi seperti batuan mineral, gambar, patung, maket, fosil, artefak, aktivitas gunung api dan kegempaan ditampilkan dalam ruangan ini. Sedangkan, dalam ruang pamer dua berisi segala macam koleksi miniatur


6

SIKAP MAGZ EDISI FASILITAS KAMPUS

"

Kita tidak diberi wewenang penuh untuk mencari koleksi

"

Dr. Ir. Nur Suhascaryo, Kepala Museum Geoteknologi Mineral. (Irene Oktavia)

mengenai kegiatan penambangan. Terdapat pula miniatur alat pertambangan. Selain itu ruangan ini juga menyuguhkan dengan berbagai macam perlengkapan peralatan pekerja tambang dan pengamannya. Untuk ruang audio visual, terdapat pemuturan film dokumenter yang berhubungan dengan kegiatan pertambangan. Koleksi Lama, Sulit Pembaharuan Koleksi di museum ini berasal dari temuan mahasiswa dan dosen ketika kuliah lapangan. Beberapa yang lain masih berasal dari pinjaman Museum Geologi Bandung. Sayangnya, tidak ada pembaharuan koleksi untuk museum ini. Koleksi yang ada di museum adalah penemuan-penemuan lama.

Nur Suhascaryo juga mengu ngkapkan kesulitannya memperbaha rui koleksi museum. “Kita tidak diberi wewenang penuh untuk mencari koleksi, karena dananya tidak ada. Karena masih berada dibawah LPPM (Lembaga Penelitian & Pengabdian Masyarakat), bukan Badan Layanan Umum,” ungkap Dosen Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta ini. Ia menambahkan, selama ini masih dibantu Dinas Pariwisata untuk pencarian koleksi. Selain dirinya, pengelolaan museum ini dibantu tiga pegawai lain. Dari jumlah tersebut ia mengaku masih butuh pengembangan struktur organisasi. “Kalau dikembangkan, nanti seharusnya ada kepala-kepala bidang. Misalnya bidang pendidikan dan pelatihan, bidang kerajsama, dan bidang untuk pengembangan. Atau kepala seksi begitu,” jelasnya.

www.suarasikap.com

INFO KAMPUS

Salah satu sekolah yang rutin mengunjungi Museum Geoteknologi Mineral setiap tahun ialah SD Budi Utama Yogyakarta. Sejak tiga tahun terakhir, sekolah ini selalu mengajak siswa mengunjungi museum ini. Menurut Satuti, salah satu guru kelas tiga SD ketika mendampingi kunjungan pada Kamis (15/03), anak-anak melakukan kunjungan karena sedang belajar tentang energi bumi. Mereka diajarkan untuk mengehemat energi bumi. “Menurut kami, pelayanannya sangat baik, tetapi promosinya masih kurang. Kami hanya tahu dari website. Mungkin bisa ditingkatkan lagi,” ujarnya. Museum Geoteknologi Miner al pernah menyabet penghargaan Juara Harapan Karnaval Festival Museum 2007. Selain itu, kegiatan museum masih terfokus pada edukasi kepada siswa sekolah dan layanan untuk riset mahasiswa. Layanan ini terbuka untuk pengunjung selama jam kerja, di luar itu pengunjung diminta untuk membuat janji terlebih dahulu dengan pengelola. Ke depannya, pengelola museum berencana melakukan pengembangan. Salah satunya bekerjasama dengan Universitas Amikom Yogyakarta membuat video tejadinya gempa bumi dan tsunami dilengkapi dengan running text yang terhubung ke setiap layar di tiap ruang. Nur Suhascaryo juga menyampaikan keinginannya menggunakan sarana videotron untuk menarik pengunjung. “Selain itu, kami butuh orang yang mengurus website hari per hari memperbaharui itu. Tapi, karena masih di bawah LPPM, belum bisa seperti BLU,” pungkasnya. (Irene Oktavia)


PAGUYUBAN

7

SIKAP MAGZ EDISI FASILITAS KAMPUS

Sebangsa: Medsos Penghubung Antar Komunitas

Y

ogyakarta adalah salah satu kota favorit bagi para pemuda yang ingin melanjutkan pendidikannya. Setiap tahunnya, ribuan mahasiswa berbondong-bondong memasuki berbagai universitas yang ada di Kota Pelajar ini. Tak heran jika hal tersebut membuat maraknya kemunculan komunitas maupun kelompok mahasiswa dengan berbagai visi dan misi. Kini, kemunculan banyak komunitas memiliki wadah untuk berkomunikasi. Berangkat dari fenomena tersebut, media sosial Sebangsa dihadirkan di Yogyakarta oleh PT. Sebangsa Bersama. Tahun 2013 lalu platform media sosial Sebangsa resmi dirilis dan dapat diunduh gratis untuk pengguna iOS serta Android. Meski tim pengelola platform Sebangsa berkantor di Yogyakarta, namun media ini diperuntukkan bagi berbagai komunitas di seluruh Indonesia.

ditujukan untuk menjadi jembatan penghubung bagi komunitas-komunitas yang ada di Yogyakarta. “Kita ingin mengajak komunitas-komunitas tersebut untuk saling kerja sama dan terhubung. Peran kami selanjutnya adalah menginformasikan acara yang kami adakan dengan komunitas tersebut,� tambahnya ketika ditemui awak Sikap di sekretariat Sebangsa pada Kamis (22/03) lalu. Sepintas, nama Sebangsa begitu menunjukkan jiwa nasionalisme. Hal ini diakui oleh General Manager Operation, Yohanes Andri Wardhana. Ia

Aji Prasidha selaku Community Development Sebangsa mengatakan bahwa kemunculan Sebangsa

"

komunitas itu sangat perlu untuk membangun jaringan

"

Sebangsa dan #SaveJanda memperingati Hari Perempuan Internasional dengan Gelar Terapi Seni, Kamis (08/03). (Dokumentasi Sebangsa)

www.suarasikap.com


8

SIKAP MAGZ EDISI FASILITAS KAMPUS

PAGUYUBAN

mengatakan nama Sebangsa digunakan karena pihak Sebangsa merasa bahwa platform tersebut akan dan harus berdampak positif bagi masyarakat yang sebangsa, yaitu bangsa Indonesia. Untuk menjadi anggota Sebangsa, pihak komunitas tidak dipungut biaya sama sekali serta tidak dibebani syarat tertentu. “Semua komunitas yang ada di Indonesia, apapun itu, kami siap bekerja sama dan menginformasikan acara yang akan kita adakan bersama,” ujarnya. Sejak kemunculannya pada tahun 2012, platform media sosial ini sudah tidak asing lagi di telinga komunitas-komunitas Indonesia. Sebangsa kemudian mengelola situs komunita.id untuk mendata komunitas yang terdaftar. Hingga kini, sebanyak 6000 komunitas telah tercatat di database. Salah satunya ialah Social Designee, komunitas yang berkecimpung di dunia seni serta desain. Pada tahun 2017 lalu pihak Sebangsa mengadakan acara kolaborasi dengan Social Designee yang bertajuk Jumpa Hangat. Ryan Sucipto selaku founder mengatakan bahwa komunitasnya merasa bangga karena dapat tergabung dalam platform Sebangsa. Ia merasa platform tersebut sangat membantu dalam menyebarkan infromasi-informasi acara yang akan digelar.

“Sebangsa ini jadi inisiatif yang bagus, karena pada dasarnya komunitas itu sangat perlu untuk membangun jaringan. Supaya kegiatan kegiatan komunitas tersebut semakin berdampak positif,” ujarnya ketika dihubungi awak Sikap via jejaring Whatsapp. Di Sebangsa, tidak hanya para anggota komunitas yang dapat bergabung, akan tetapi semua masyarakat tanpa latar belakang komunitas pun memiliki kesempatan tergabung dalam media sosial ini. “Harapan kami ke depan Sebangsa bisa diterima oleh komunitas-komunitas yang jumlahnya lebih dari ini dan tentunya mampu memberikan dampak sosial yang positif bagi Indonesia,” tutup Yohanes Andri Wardhana. (Kiki Luqman)

PASANG IKLAN DI SINI ! HUBUNGI SUARASIKAP@GMAIL.COM

www.suarasikap.com


TAJUK

SIKAP MAGZ EDISI FASILITAS KAMPUS

9

TAJUK : Fasilitas Salah Kaprah

S

ebagai kampus yang telah berdiri sejak 1958, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran� Yogyakarta terus menerus memperbaiki layanan fasilitas untuk memaksimalkan proses pembelajaran. Sejak statusnya sebagai lembaga pendidikan milik Departemen Pertahanan Keamanan, beralih menjadi swatsa, hingga kini berstatus negeri, kampus ini masih belum fokus memberikan sarana prasarana yang baik dan mendukung. Salah satunya akses internet yang belum menyeluruh bagi masyarakat kampus. Padahal di era perkembangan teknologi seperti saat ini, akses internet seharusnya diutamakan. Sebab, proses perkuliahan dapat berlangsung efektif jika didukung dengan koneksi internet. Namun, di Kampus Bela Negara ini, akses internet justru dikelola oleh

Koperasi Pegawai dan dibatasi dengan biaya dua puluh ribu rupiah untuk sebulan. Padahal, besaran SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan) dan UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang dibayarkan mahasiswa setiap semester seharusnya dapat menutupi hal itu. Tak hanya koneksi internet, fasilitas keamanan juga menjadi barang mahal di Kampus Kejuangan. Beberapa kali peristiwa kehilangan helm milik mahasiswa di areal kampus membuat petugas keamanan kewalahan. Di satu sisi, Satuan Pengamanan (Satpam) dituntut mahasiswa untuk selalu mengamankan kendaraan di kawasan parkir. Namun di sisi lain, mereka juga menuntut kampus untuk segera memasang kamera pengawas untuk memaksimalkan penjagaan. Hingga kini, entah mengapa pihak kampus belum juga mengabulkan

permintaan tersebut. Belum lagi kondisi kampus yang akan semakin ramai dengan hadirnya beberapa program studi (prodi) baru. Sejak 2017, ada empat fakultas yang memiliki prodi anyar dari jenjang sarjana hingga doktoral. Sayangnya, hal ini tidak diimbangi dengan penambahan fasilitas seperti gedung dan ruang kelas baru. Imbasnya, proses perkuliahan mahasiswa dapat berlangsung selama 6 hari dalam satu minggu. Pihak sarana dan prasarana kampus agaknya perlu segera mengambil kebijakan yang tepat terkait pembenahan fasilitas kampus. Jika hal ini tidak segera menjadi perhatian, akan sangat disayangkan jika proses pembelajaran menjadi tidak maksimal hanya karena fasilitas yang kurang memadai dan bisa menjadi bibit masalah besar.

Kondisi Fasilitas Kampus 2 UPNVY (Dwi Atika N)

www.suarasikap.com


10

LIPUTAN UTAMA

SIKAP MAGZ EDISI FASILITAS KAMPUS

Menanti Kelayakan Fasilitas Kampus Kejuangan menyayangkan bahwa ejak akhir tahun 2017,

S

ini belum sesuai dengan apa yang telah dibayarkan. Ia yang notabene mahasiswa Fakultas Teknik Industri ratarata membayar 9 juta rupiah tiap semester. “Saran ke depannya WiFi harus prioritas utama untuk dibenahi, sama birokrasi dipermudah aja,” harap pria 21 tahun dari Jurusan Teknik Informatika 2015 itu.

lingkungan Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik (FISIP) UPN “Veteran” Yogyakarta mengalami berbagai perubahan, di antaranya tersedianya kursi dan meja di bagian lobi depan. Siti Fatonah selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi dan Keuangan mengungkapkan bahwa pihaknya mengusahakan ruang publik bagi mahasiswa. “Karena saya terobsesi mahasiswa punya ruang yang luas untuk berkumpul, berorasi, mengekspresikan pendapat, dan kegiatan akademik,” jelasnya saat ditemui awak Sikap pada Senin (19/3).

Layaknya kampus pada umumnya, fasilitas menjadi hal yang penting bagi kehidupan warganya. Mulai dari yang tampak dan bisa dirasakan, maupun yang tidak tampak tapi bisa dirasakan.

Untuk melakukan perubahan, semestinya harus melalui proses yang panjang untuk mendapatkan persetujuan dari pihak lain. Saat ini, UPN “Veteran” Yogyakarta telah menjadi perguruan tinggi negeri milik pemerintah, bukan yayasan. Apabila akan mengadakan pembaruan, maka harus mendapat persetujuan dari pemerintah. Menanggapi aspirasi mahasiswa, Siti Fatonah kemudian menjelaskan proses pengajuan fasilitas kepada awak Sikap. “Ada perencanaan dulu, termasuk untuk 2019. Tergantung dari eksekusi, perlu ada proses, dirapatkan, diajukan ke pemerintah, baru diberi kepastian,” jelasnya. Setelah melalui alur panjang, permohonan fasilitas masih harus memasuki waktu tunggu, tidak bisa mendadak dan cepat. Hal ini menyebabkan banyak kemauan fasilitas yang belum terpenuhi dan diperbaiki oleh pihak kampus.

Gedung Agus Salim, Kampus 2 UPNVY (Dwi Atika N)

Gilang Insyafi, salah satu mahasiswa mengungkapkan bahwa perbaikan fasilitas itu sudah tepat dilakukan. “(Pembaruan) udah bagus ya, ini memang sudah sepantasnya sih. Kita membayar mahal, masa’ nggak ada fasilitas yang memadai,” ujar pria jurusan Ilmu Komunikasi 2014 itu. Selain itu, ia juga mengamati bahwa terdapat perbedaan fasilitas di setiap fakultas. Terlebih, Gilang juga merasakan adanya perbedaan saat ia awal masuk kuliah dibandingkan dengan saat ini. Mahasiswa FISIP ini juga mengungkapkan seharusnya kampus harus mengerti prioritas mahasiswa, mana yang dibutuhkan sehingga berguna, seperti layanan internet gratis misalnya.

Kampus Belum Ny(aman)

Tak hanya fasilitas pendukung perkuliahan seperti layanan internet gratis, fasilitas keamanan di kampus dirasa belum maksimal. Terlebih dengan adanya beragam tuntutan dari mahasiswa yang mengaku kehilangan barang berharga, seperti helm. Rasa kurang nyaman dengan fasilitas yang Dari pihak keamanan kampus mengutarakan bahwa belum memadai ini juga diungkapkan mahasiswa pihaknya merasa belum mampu mengatasi hal ini. penghuni Kampus Babarsari yang lain. Adi Santoso Dengan keadaan yang seperti ini fasilitas masih www.suarasikap.com


LIPUTAN UTAMA

11

SIKAP MAGZ EDISI FASILITAS KAMPUS

"

Kalau Kampus 2 penuh, bisa pindah ke Kampus 1.

"

Pertahanan Keamanan. Untuk rencana penambahan gedung, dari pihak kampus masih mencari lokasi yang tepat. Menurutnya, yang paling dibutuhkan sekarang adalah ruang kelas. Pemakaian seluruh ruang kelas, seperti Gedung Urip Sumoharjo juga akan digunakan. Bahkan ada usulan untuk pindah. “Ada usulan, kalau Kampus 2 (Kampus Babarsari) penuh, bisa pindah ke Kampus 1 (Kampus Condongcatur),” tambahnya. Kondisi Fasilitas Kampus 2 UPNVY (Dwi Atika N)

kurang, serta minimnya sumber daya manusia juga sedikit mengambat. ”Fasilitas masih kurang. Kita minta pengadaan CCTV tapi belum direalisasikan,” ujar Jawahir Alwi, salah satu satuan pengamanan (satpam) FISIP. Ia juga menambahkan saat ini keseluruhan satpam yang ada di FISIP berjumlah delapan orang yang dibagi menjadi 3 shift setiap harinya. Tak hanya memantau keamanan lingkungan perkuliahan, tanggung jawab mereka juga termasuk menjaga area parkir motor di basement serta area parkir mobil yang tiap hari padat. Belum lagi juga menyeberangkan penghuni kampus setiap pagi. Pihak satpam merasa belum mampu melaksanakan tugas keamanan secara maksimal. Menanggapi hal ini pihak dari Kampus Condongcatur mengaku sedang mengusahakan CCTV. “Sudah rencana beli, tapi belum ada. Besok setiap sudut mau dipasang (CCTV). Paling nggak tahun 2020 sudah terpasang semua,” papar Wisnu Hadi selaku Kepala Biro Umum dan Keuangan. Sedangkan untuk penambahan gedung, Wisnu mengatakan bahwa saat ini pihak kampus hanya bisa melakukan perawatan, karena gedung-gedung tersebut status kepemilikannya masih dipegang Departemen

Setelah menambah dan memperbaiki fasilitas, FISIP mengumumkan akan dibukanya jurusan baru, yaitu Program Studi Hubungan Masyarakat (Humas). Salah satu jurusan berbasis Ilmu Komunikasi tersebut mulai menerima mahasiswa baru pada pertengahan 2018. Lantas, apakah dari segi fasilitas sudah disiapkan? Untuk mendukung hal tersebut, Siti Fatonah menanggapi bahwa ke depannya Laboratorium Public Relations akan dibenahi. Serta Laboratorium Multimedia juga sedang diupayakan penggantian komputernya. Kemudian juga WiFi, sebagai fasilitas yang menjadi protes terbesar mahasiswa. “WiFi itu sedang proses pengadaan. Dananya besar, butuh waktu,” jelasnya, Wisnu Hadi juga mengaku sudah menyiapkan pengadaan akses layanan internet ini. Namun, ada kendala di tempat server. Sehingga sementara harus dipindahkan dan belum terpasang. “Perkiraan bulan Juni udah terpasang semua (peralatannya),” sambungnya. Saat ini mahasiswa dapat mengakses WiFi menggunakan layanan internet yang disediakan Koperasi Pegawai. Wisnu juga mempersilahkan bagi mahasiswa yang ingin membayar. Perlu diketahui bahwa akses internet ini dikenakan biaya sebesar dua puluh ribu untuk satu bulan perorang. Namun, faktanya hingga awal 2018 mahasiswa yang menggunakan layanan WiFi ini tidak mencapai 10 orang. (Adi Ihsan, Aqmarina Laili, Ida Nur Apriani, Tiana Riski)

www.suarasikap.com


12

SIKAP MAGZ EDISI FASILITAS KAMPUS

LIPUTAN KHUSUS

D

ibukanya Program Studi Hubungan Masyarakat (Humas) pada 2018 menjadi salah satu dari berbagai proses pendirian Fakultas Komunikasi Kreatif (FKK)Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Perencanaan tersebut sudah ada sejak tahun 2015 dan dilanjutkan dengan pembuatan proposal yang dimulai sejak 2016 akhir. Kemudian barulah pada pertengahan 2017 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemenristekdikti) menyetujuinya. Prodi Ilmu Komunikasi yang selama ini berada di bawah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) rencananya akan menjadi fakultas tersendiri. “Untuk membentuk sebuah fakultas baru paling tidak kita sudah punya 3 prodi, yaitu Ilmu Komunikasi S1, Magister Ilmu Komunikasi, dan Humas,” jelas Dewi Novianti selaku Koordinator Program Studi Ilmu Komunikasi saat ditemui awak Sikap di ruangannya, Selasa (20/03). Di tahun 2018 ini, Prodi Humas hanya menerima sebanyak 40 mahasiswa melalui Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan Seleksi Mandiri. Kuota tersebut dimaksudkan untuk satu kelas perkuliahan saja. Adanya prodi baru ini merupakan langkah UPN “Veteran” Yogyakarta dalam menjawab tantangan di era globalisasi yang mana seorang Humas atau Public Relations sangat dibutuhkan oleh perusahaan profit, non-profit, hingga lembaga pemerintahan.

Gedung Agus Salim Kam

Prodi Baru Tanpa Solusi agar tidak terjadi tabrakan kelas adalah dengan pengefektifan jam kuliah. “Sesi kuliah akan ditambah, dari pagi jadi lima sesi"

Menurut Dewi Novianti, mahasiswa yang Prodi Humas karena perkuliahan tidak banyak yang sebelumnya sudah mengambil Konsentrasi Public berbeda. Ia menambahkan, perbedaanya hanya Relations tidak perlu mempermasalahkan keberadaan terletak pada kurikulumnya saja. Sedangkan fasilitas

BIAR TIDAK KETINGGALAN INFORMASI Add Official Account line LPM sikap

Scan Barcode

www.suarasikap.com


LIPUTAN KHUSUS

SIKAP MAGZ EDISI FASILITAS KAMPUS

13

bersama Bu Dekan (Machya Astuti Dewi) yang rencananya akan dibuat kelas teleconference untuk FISIP,” lanjutnya. Bertambahnya jumlah mahasiswa di FISIP rencananya akan dibarengi dengan penambahan fasilitas penunjang yang lebih banyak, seperti laboratorium, komputer, ruang publik untuk mahasiswa, WiFi corner, CCTv, hingga tenaga pengajar. Siti Fatonah menambahkan, untuk tenaga pendidik Prodi Humas akan memberdayakan dosen lama dari Konsentrasi PR, merekrut dosen-dosen baru, dan memanfaatkan dosen dari alumni yang sudah berpengalaman.

Sejak beberapa waktu lalu, perbaikan dan penambahan ruang kelas sudah mulai nampak di FISIP dengan adanya beberapa perbaikan pada kelas yang akan dipakai nantinya. Baik ruang untuk Prodi Humas yang baru serta Magister Ilmu Komunikasi yang kini telah berjalan. Menurut Dewi Novianti dan mpus 2 UPNVY (Dwi Atika N) Siti Fatonah pihaknya akan melakukan perhitungan antara jumlah mahasiswa dan kapasitas gedung. Hal ini agar tidak terjadi tabrakan waktu penggunaan kelas. Terlebih gedung Agus Salim sudah cukup sempit bagi mahasiswa FISIP, juga dengan pemberdayaan pembelajaran seperti Laboratorium Public Relations dan perbaikan gedung Urip Sumoharjo untuk lebih layak dipakai nantinya.(Marcelina Mia Amelia, Dwi dan fasilitas lainnya akan digunakan bersama-sama. Atika). “Rencanaanya Prodi Humas tetap akan berada di gedung FISIP. Hanya saja dengan penambahan kuota ruang dan fasilitas yang sudah diajukan ke pihak Rektorat,” ujar dosen Konsentrasi Public Relations ini. Menanggapi hal ini, Siti Fatonah selaku Wakil Dekan FISIP Bidang Administrasi dan Keuangan menyatakan hal yang berbeda. Menurutnya, salah satu solusi agar tidak terjadi tabrakan kelas adalah dengan pengefektifan jam kuliah. Wacana tersebut rencananya akan dilakukan tahun depan. “Sesi kuliah akan ditambah, dari pagi jadi lima sesi,” sebutnya.

a Gedung Baru

Penambahan sesi jam kuliah ditambah karena kebutuhan ruang kelas yang semakin meningkat, sedangkan keberadaan gedung terbatas. Di sisi lain terdapat solusi yaitu menggunakan gedung Urip Sumoharjo. Namun, hal ini tidak dapat segera dilakukan karena sedang dalam proses tawarmenawar. “Gedung Urip sedang dilakukan bargaining

Gedung Urip Sumoharjo, Kampus 2 UPNVY (Dwi Atika N)

www.suarasikap.com


14

SIKAP MAGZ EDISI FASILITAS KAMPUS

SOSOK

Fajar Junaedi: Mengkaji Hobi dengan Ilmu Komunikasi

B

Fajar Junaedi (Farhan Kurniadi)

agi sebagian besar orang, mungkin sejak kecil sudah mengetahui cita-cita yang diinginkan ketika nanti tumbuh dewasa. Namun, konsep seperti itu nampaknya tidak melekat dalam diri Fajar Junaedi. Adalah sebuah pertemuan buka puasa bersama dengan seorang kakak kelas yang saat itu berstatus sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Yogyakarta yang membuatnya memasuki bidang kajiannya sekarang.

peluang besar untuk menjadi wartawan. Fajar pun melanjutkan studinya di Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro. Sekarang, pria kelahiran Madiun, 38 tahun silam ini telah menjadi dosen Ilmu Komunikasi UMY sejak tahun 2003. Selain itu, ia juga sempat mengisi beberapa kelas di beberapa universitas lain, seperti Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan Universitas Kristen Satya Wacana. Namun, selain di UMY, keharusannya untuk menyelesaikan studi S3 membuat ia hanya mengajar beberapa mata kuliah di UPN “Veteran” Yogyakarta dan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kepada awak Sikap, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini mengakui sebelumnya ia tidak mengetahui kajian Ilmu Komunikasi. “Saya kan dulu IPS, tahunya kalau nggak masuk jurusan Mengkaji Persepakbolaan hukum, ya ekonomi,” kata pengajar Indonesia yang lebih senang dipanggil Mas Jun oleh mahasiswanya ini. Tak melulu sebagai pengajar, Fajar Junaedi pun dikenal “Ketika itu pertanyaan saya aktif mengkaji persepakbolaan sederhana saja, ‘kuliah Komunikasi Indonesia dalam perspektif Ilmu itu lulusnya jadi apa?’” jelas Fajar Komunikasi. Masih sedikitnya seolah mengulang memorinya. kajian-kajian persepakbolaan Pada masa remajanya saat itu, Indonesia menjadikan tantangan ia melihat fenomena reformasi baginya untuk dikaji dalam bidang sedang menumbuhkan beragam akademis. “Orang Komunikasi media swasta. Berangkat dari hal harus generalis menguasai isu itu, ia pun beranggapan memiliki dasar, tapi harus spesialis pada www.suarasikap.com

"

IPK tinggi itu harus, portofolio itu penting

"

Fajar Junaedi

isu tertentu,” ungkapnya. Selain karena menonton sepak bola merupakan salah satu hobinya, ia melihat kajian persepakbolaan Indonesia cukup serius. Beberapa kali kerusuhan suporter sepak bola di Indonesia menurutnya hanya menjadi informasi media yang acapkali dikendalikan pasar. “Kultur penggemar sepak bola di Indonesia itu luar biasa, potensial luar biasa, dan permasalahannya pun complicated,” jelas Fajar. Ia pun sering menyempatkan waktu untuk menonton pertandinganpertandingan sepak bola Indonesia. “Kita harusnya memberikan kontribusi. Kalau saya, kontribusinya akademis.” Bukunya yang berjudul Merayakan Sepak Bola (Buku Litera Yogyakarta, 2014) pun mengkaji kultur


SOSOK

15

SIKAP MAGZ EDISI FASILITAS KAMPUS

penggemar sepak bola secara dalam beberapa mata kuliah yang akademis. diampunya. Seperti mata kuliah Perbandingan Sistem Media Walaupun sering berada Massa di Ilmu Komunikasi UPN di tengah kericuhan para suporter Yogyakarta. “Daripada paper itu bola, itu semua tidak menyurutkan dibuang di tempat sampah, kenapa niatnya dalam mengkaji hal tidak paper ini dibuat lebih serius. tersebut. “Cemas itu ada, Kemudian dikompilasi menjadi tapi kabeh saya anggap kanca,” buku,” terangnya. ujarnya. Fajar pun tidak jarang mengajak anaknya menonton Pria yang hobi membaca pertandingan sepak bola. buku ini pun menceritakan, salah satu mahasiswanya bahkan bisa Beda Sistem Pembelajaran mendapatkan pekerjaan dengan mudah dari buku yang dibuat. Metode pembelajaran yang Sehingga buku yang ditulis diterapkan dosen berambut panjang mahasiswa itu sendiri dapat ini tidak jarang mendapat pujian menjadi portofolio menarik dari mahasiswanya. Salah satunya, dalam mendapatkan pekerjaan. Agriza Saputra (20), mahasiswa “IPK tinggi itu harus, portofolio Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” itu penting,” tegasnya. Ayah dua Yogyakarta. Mahasiswa angkatan anak ini kembali menegaskan 2015 ini mengakui Fajar Junaedi motivasinya membuat sistem sebagai contoh dosen yang dapat pembelajaran yang berbeda. menerima setiap ide mahasiswa. “Saya ingin menjadikan kuliah itu “Menurut beliau, nggak ada menyenangkan. Orientasi kuliah pendapat atau ide yang salah,” itu pada lebih proses. Menulis kata Agriza. Ia menambahkan buku itu kan prosesnya berat,” bahwa dosennya itu memiliki jelas Fajar. Proses pembelajaran kepribadian yang santai, namun ini pun yang membuatnya tidak menganggap sepele suatu mendapatkan penghargaan hal. Semester lalu, Agriza yang Bintang Muda ASPIKOM dari mengambil mata kuliah Penyiaran Asosiasi Pendidikan Tinggi dan Pembawa Acara yang diampu Ilmu Komunikasi untuk metode Fajar memperoleh penghargaan pembelajaran inovatif pada tahun darinya. Hal ini lantaran ia bersama 2013. temannya mendapatkan predikat terbaik dari tugas akhir terkait Semasa kuliah, ia juga liputan investigasi. telah menerbitkan sebuah jurnal bernama Parodi yang dikerjakan Berkat pendampingan Fajar bersama teman-temannya. Penuh dan seringnya ditanyai mengenai perjuangan, proses produksi progres dalam tugas akhir, dan distribusi jurnal tersebut Agriza dan teman kelompoknya dilakukan secara swadaya. merasa terbantu atas saran-saran Dengan bantuan tempat jilid milik yang diberikan. “Wawasannya ayah temannya, jurnal tersebut Mas Jun itu bisa dibilang luas dapat terbit selama tiga kali banget. Dia punya solusi pas dalam kurun waktu empat bulan kita nggak tahu harus ngapain,” sekali. “Saya aja waktu itu serba jelas mahasiswa Konsentrasi kekurangan secara materi & akses Penyiaran ini. Fajar Junaedi pengetahuan, tapi bisa menerbitkan sebagai akademisi, memang jurnal. Masa’ mahasiswa sekarang memiliki metode pembelajaran nggak bisa lebih dari ini?” yang unik. Tugas yang biasanya tantangnya. (Farhan Kurniadi dijadikan sebuah paper pun dapat Ruliasto) ia kemas dalam bentuk tugas akhir berupa buku. Hal ini ia terapkan www.suarasikap.com

BIODATA Nama Fajar Junaedi Tempat, Tanggal lahir Madiun, 20 Mei 1979. Hobi Membaca buku, menonton film, menonton sepak bola. Riwayat Pendidikan S1, Ilmu Komunikasi, Universitas Diponegoro S2, Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Surakarta S3, Kajian Budaya dan Media, Universitas Gajah Mada (masih dalam studi) Pasangan Siska Permana Sari Nama Anak Elnino Profetika Zarahfhrustra (11) Dionisian Viva Manuskripta (6) Penghargaan yang telah diraih Fisipol UMY sebagai dosen dengan publikasi terbaik 2011, Bintang Muda Aspikom untuk metode pembelajaran inovatif (2013) Presenter terbaik dalam Comicos UAJY (2013) Karya Komunikasi Massa:Pengantar Teoritis (2007), Membuat Film Dokumenter, Sebuah Panduan Praktis (2011), Menyulap Kekalahan : Operasi Militer Amerika Serikat dalam Televisi dan Film Hollywood (2012), Jurnalisme Penyiaran dan Reportase Televisi (2012) Bonek : Komunitas Suporter Pertama dan Terbesar di Indonesia (2012), Media Parenting(2013), Komunikasi Politik : Teori, Aplikasi dan Strateg di Indonesia (2013) Manajemen Media (2014) Merayakan Sepak bola : Fans, Identitas, dan Media (2014) Merayakan Sepak bola 2 : Fans, Identitas, dan Media (2017) Kata Pengantar dalam The Struggle for Soccer Indonesia (2014) Kata Pengantar dalam Imagined Persebaya (2015) Kontributor dalam Sepak bola 2.0 (2015) Kata Pengantar dalam Melampaui Pluit Panjang (2018)


16

SIKAP MAGZ EDISI FASILITAS KAMPUS

RESENSI

Mobil Bekas & Kisah-Kisah dalam Putaran Judul Mobil Bekas & Kisah-Kisah dalam Putaran Penulis Bernard Batubara Penerbit Bentang Pustaka Cetakan I, November 2017 Tebal viii+152 hlm Genre Fiksi Indonesia

B

ernard Batubara sukses menorehkan kata-kata imajinatif dalam novel adaptasi film dengan judul yang sama. Film Mobil Bekas & KisahKisah dalam Putaran yang disutradarai oleh Ismail Basbeth berhasil menciptakan alur cerita mengalir. Meski ini adalah novel adaptasi, tetapi kontennya berbeda dari film pendahulunya.Film akan tetap menjadi film, novel akan menjadi novel. Keduanya merupakan karya masing-masing. Film rasa Basbeth dan novel rasa Bernard. Novel ini bercerita tentang enam kisah utama yang benang merahnya adalah sebuah mobil jip hijau. Sepanjang cerita, pembaca akan disetir oleh mobil itu dari kisah pertama hingga terakhir. Tiap lembarnya menyimpan kejutan yang sama sekali tak dapat ditebak. Mobil jip hijau itu menjadi saksi para tokoh menghadapi peliknya konflik mereka masing-masing. Awalnya, pembaca akan mendapati tokoh Rio, seorang pekerja kantoran yang terobsesi akan Jip Willys hijau pinus miliknya. Sampai-sampai dia memperlakukan jipnya layaknya bercumbu dengan

“Namun, lagi-lagi Suci kembali teringat akan hal yang senantiasa dia yakini: Tuhan tidak pernah ingin manusia berbahagia maka Dia menciptakan kenangan.”

Indah, gadis di kantor sebelah yang ditaksirnya. Setelahnya, hadir sosok Kuku. Kuku berperan sebagai gadis yang tidak menginginkan apa-apa lagi semenjak melihat kematian tragis kekasihnya tepat di hadapannya. Lalu masih ada cerita-cerita lain yang memicu adrenalin. Seperti Suci yang membenci namanya sendiri. Dalam sifatnya, Suci selalu terlambat dalam mengambil keputusan. Hal itulah yang kini membuatnya berada di tempat kotor, tidak suci. Padahal ada Pinus, laki-laki tulus yang mencintai Suci. Namun, Suci kukuh, merasa dirinya baik-baik saja dengan pekerjaannya melayani laki-laki mana saja. Ditambah nama-nama lain seperti Mukidi, Poniman, Pho, Nadia, Sara, dan Ana yang ikut melengkapi. Adegan-adegan imajinatif sungguh tertulis dengan insight yang tak main-main. Bernard memulai tiap bagian dengan prolog datar. Sampai bagian pertengahan, mulai ada konflik yang seketika mengubah segalanya. Di setiap kisah, pasti ada suatu titik yang membuat detak jantung pembaca bergejolak. Tak heran jika pembaca pasti tak habis pikir, bagaimana bisa tokoh di awal cerita berubah hampir 180 derajat di bagian akhir. Novel yang dirilis tahun 2017 ini turut menjadi gambaran nyata. Refleksi terhadap potret manusia-manusia kala mereka sedang bergulat dengan masalah-masalah hidup. Mobil Bekas & Kisah-Kisah dalam Putaran adalah realitas di Indonesia yang dipandang dari berbagai sisi. (Rahayu Sekar Jati)

www.suarasikap.com


ADVERTORIAL

SIKAP MAGZ EDISI FASILITAS KAMPUS

17

Harga Murah, tapi Tidak Murahan

Aneka sajian kopi. (Mufqi Rafif D.)

M

engikuti tren yang berkembang, sejak tahun 2014 peredaran warung kopi meningkat pesat di wilayah Yogyakarta. Salah satunya adalah Warung Kopi (Warkop) Giras. Hampir setiap hari, warkop ini selalu ramai pengunjung.

Hingga saat ini, Warkop Giras setiap harinya dikunjungi oleh sekitar 100 orang. Dominasi mahasiswa di warkop ini tidak mengherankan karena memang harga yang ditawarkan sangat terjangkau bagi mahasiswa.

Warkop yang didirikan sekitar tahun 2012/2013 oleh mahasiswa UGM ini, pada saat itu sebenarnya hanya ingin membuat sebuah tempat nongkrong bagi teman-teman sendiri. “Awalnya hanya ingin membuat tempat kopi sebagai sarana teman-teman nongkrong saja, tidak lebih,” terang Fajar Eka, pemilik Giras saat ini.

Beragam Sajian Menu yang ditawarkan oleh warkop ini terbilang beragam, karena tidak hanya menjual minuman dengan bahan dasar kopi saja. Pengunjung bisa menikmati sajian lain seperti red velvet, taro, coklat, green tea, lemon tea, kombucha dan beberapa menu lainnya. Meskipun kecil, warkop ini tidak hanya menjual minuman saja. Mereka juga menyediakan menu makanan, seperti omelet, ayam geprek, dan beberapa menu makanan lainnya. Untuk menu kopi sendiri, Giras menawarkan kopi dengan metode seduh bermacammacam, seperti latte art, Vietnam drip, V-60, dan coldbrew dengan berbagai jenis biji kopi seperti Robusta dan Arabika.

Dari inisiatif tersebut, secara perlahan Giras mendapat pasar. Bukan waktu yang singkat untuk membangun Giras hingga menjadi warkop yang ramai pengunjung setiap harinya seperti saat ini. Menurut Fajar, pada awalnya butuh waktu sekitar 2 tahun untuk mengenalkan Giras kepada khalayak ramai bahwa ada sebuah tempat nongkrong bernama Warkop Giras. Mulai tahun 2014/2015 Giras sudah dikenal oleh banyak orang, terutama mahasiswa UGM dan UNY sendiri karena memang lokasi dari warkop ini sangat dekat dengan daerah kampus dan Harga yang ditawarkan juga tidak terlalu indekos mahasiswa. mahal. Warkop Giras mematok harga yang terbilang

www.suarasikap.com


18

SIKAP MAGZ EDISI FASILITAS KAMPUS

ADVERTORIAL

Teknik seduh sederhana. (Mufqi Rafif D.)

sesuai dengan kantong mahasiswa. Untuk makanan rasa yang nikmat dengan alat yang harganya masih dipatok mulai dari 4 ribu hingga 12 ribu rupiah, terjangkau. sedangkan untuk menu beverage, berkisar 3 ribu hingga 13 ribu rupiah. Untuk mencicipi varian kopi dari Giras, warkop ini bisa ditemukan di Jalan Weling Karanggayam, “Giras bisa dibilang harganya miring, karena Depok, Sleman. Meski terletak di tengah-tengah alat yang kami pakai menggunakan manual brewing, lokasi perkampungan, namun bukan berarti susah bukan mesin-mesin dengan harga puluhan juta,” jelas dijangkau. Apabila ingin mengunjungi warkop ini Fajar kepada awak Sikap. bisa ditempuh dari Ring Road Utara, jika dari arah Selatan bisa dari daerah Klebengan, dan dari arah Giras memasang harga yang murah, di samping Barat bisa melalui Jalan Kaliurang. Lokasi warkop pasarnya adalah mahasiswa, juga karena metode yang ini juga sudah tersedia di Google Maps dengan nama digunakan dalam menyeduh kopi menggunakan cara Warkop Giras. tradisional, atau biasa disebut manual brewing. Meski tidak menggunakan mesin-mesin kopi yang harganya Selamat ngopi dengan harga murah, namun kualitas mahal, namun Giras dapat menyajikan kopi dengan tidak murahan! (Mufqi Rafif Darmawan)

Warkop Giras. (Mufqi Rafif D.)

www.suarasikap.com


SIKAP MAGZ EDISI FASILITAS KAMPUS

ADVERTISE HERE

MAJALAH SIKAP DAPAT DI LIHAT DI WWW.SUARASIKAP.COM www.suarasikap.com

19


20

SIKAP MAGZ EDISI FASILITAS KAMPUS

KAMU SUKA NULIS? PUNYA KARYA? INGIN DIPUBLIKASIKAN? KIRIM AJA KARYA TULISAN MU KE SINI

suarasikap@gmail.com KARYAMU BAKAL DIMUAT DI SINI

www.suarasikap.com

www.suarasikap.com


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.