Edisi #15 Adaptasi Kebiasaan Baru | Oktober 2020

Page 1

Oktober 2020

SUARA AKAR MAHASISWA

GM

TC

- 42

3 8 .5 90 1 - 64 0

AA

113

!

WA R

ple ase be read for e us the ing insct the ruct mas ion k

35

NIN

G

.5

er tiz

ni

nd

sa

ND HAITIZE N SA

R

ha

REALISASI ADAPTASI KEBIASAAN BARU Ojek Online di Era Adaptasi Kebiasaan Baru Krisis Mental di Masa Pandemi Tetap Produktif di Tengah Pandemi Dengan Mengellola Bisnis Daring


EDITORIAL

SALAM REDAKSI Salam Pers Mahasiswa!

Tim Redaksi Penanggung Jawab : Senja Yustisia, M.Si Pemimpin Umum : Anindyadevi Aurellia

P RO D U K T I V I T A S M A S Y A R A K A T

Pemimpin Redaksi: Rieka Yusuf Editor: Rieka Yusuf, Ayu Fitmanda Wandira Reporter: Asha Prinanda Tamara Tansia, Marizka Zahra Annisa, Manggarani Setyaningrum, Syiva Pramuji Budi Astuti, Amaliana Prasisti, Arie Sulistyaning, Adinda Farah Ramadhannisa, Maria Dewi Sekaringtyas, Wafa’ Sholihatun Nisa, Yuslin Aprilia, Gayuh Laksono Wiguna, Ghalda Nauli S., Arinda Qurnia, Delima Purnamasari, Shinta Tri Pangestu, Amelia Maulidina, Iftinan Adhasari P., Tarisa Ramadhani, Rizki Al Afizd, Bimo Yogatama, Lingga Prasetya, Salsabila Fadilah Azahra, Vanissa Zera Ardiyanti, Arnelia Anindya Nariswari, Arvy Zulfan Akhmad Aulia

Menghadapi situasi pandemi Covid-19, menuntut banyak pihak dari berbagai sektor secara kreatif bertahan. Istilah new normal pun secara resmi disampaikan pemerintah sebagai solusi penanganan, yang telah berubah nama menjadi adaptasi kebiasaan baru (ABK) pada akhir Juli 2020. Adaptasi kebiasaan baru menurut pemerintah merupakan skenario untuk mempercepat penanganan Covid-19 dalam aspek kesehatan dan sosial-ekonomi. Sebuah kebiasaan serta tatanan baru diimbau kepada masyarakat sebagai upaya penanganan Covid-19 dan dampaknya dalam sektor kesehatan, ekonomi, pendidikan, sosial, dll. Buletin ini hadir sebagai bentuk kesadaran mengenai realitas ABK yang telah berlangsung sekitar tiga bulan. Ditulis oleh para Calon Anggota Baru (CAB) Sikap sebagai tantangan serta respons tertulis mengenai kondisi terkini Indonesia. Harapannya, antologi tulisan adaptasi kebiasaan baru yang dibahas dari lima sudut pandang akan memberi wawasan baru pada pembaca. Akhir kata, selamat membaca!

Infografis dan Ilustrasi : Diana May Safera, Arya Farrel Ganendra, Fadel Muhammad Layouter: Diana May Safera, Arya Farrel Ganendra, Fadel Muhammad Percetakan dan Distribusi : Novella Candra Wastika, Salma Annisa, Wan Audri Ilyasha Email : suarasikap@gmail.com Website: www.suarasikap.com 2

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru


DA F TA R I S I Opini 4

Mulai Bisa Sebab Terbiasa

Produktivitas Masyarakat 5

Tetap Produktif di Tengah Pandemi dengan Mengelola Bisnis Daring

7

Bersepeda, Pilihan Olahraga di Era Adaptasi Kebiasaan Baru

9

Realitas Pendidikan di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

Kesehatan Suplemen Vitamin di Apotek Ludes Selama New Normal

15

Siap Hadapi Pandemi, Perhatikan juga Kondisi Hewan Peliharaan

18

Aktivitas Fisik saat Masa Adaptasi Kebiasaan Baru, Tetap Sehat Tanpa Sesak

20

Krisis Kesehatan Mental di Tengah Pandemi

22

Kabupaten Nganjuk Masih Kategori Zona Merah Covid-19, Bagaimana Upaya Pemkab dan Swasta?

Pariwisata 24

Strategi Desa Wisata Garongan Menghadapi Adaptasi Kebiasaan Baru

25

Pariwisata Candi Borobudur Belum Pulih

26

Kerinduan Pengunjung Wisata Puncak Sosok

27

Potret Pedagang Asongan Pantai Parangtritis pada Masa Pandemi

Pendidikan 28

Akademis dalam Era Adaptasi kebiasaan Baru

Fasilitas Umum 33

Masjid Galakkan Protokol Kesehatandi Era Adaptasi Kebiasaan Baru

34

Ojek Online di Era Adaptasi Kebiasaan Baru

35

Adaptasi Kebiasaan Baru di Pedestrian Malioboro

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru

3

P RO D U K T I V I T A S M A S Y A R A K A T

13


OPINI P RO D U K T I V I T A S M A S Y A R A K A T

MU L A I B I SA S E BA B T E R B I A SA Tahun ini terasa begitu cepat. Kabar yang memilukan terus hadir mengiringi pergantian bulan. Kita dipaksa untuk menerima realita bahwa kini bersosialisasi tidak bisa dengan cara yang sama. Mengurangi jabat tangan, mengharuskan menutup diri dengan masker, atau menggunakan pelindung wajah dari butiran ludah. Pertemuan dengan banyak hadirin mulai dihindari, tatap muka dalam jaringan menjadi solusi. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan dan sejumlah aparat negara lainnya telah memutuskan bahwa masyarakat Indonesia diharuskan hidup dengan tatanan baru. Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) menjadi langkah yang wajib diterapkan dengan tujuan agar masyarakat tetap produktif dan aman dari Covid-19. Tentunya dengan mewajibkan protokol kesehatan, terutama penggunaan masker. Beberapa waktu lalu redaksi Sikap telah mengulas seluk beluk fenomena pandemi dunia Covid-19. Kami men4

coba mengajak pembaca memahami bahwa dunia sedang dihadapkan dengan sesuatu yang akan mengubah banyak hal. Kali ini kami berkesempatan untuk melihat lebih dalam bagaimana masyarakat mulai membiasakan diri dengan Adaptasi Kebiasaan Baru. Banyak hal yang disoroti, terutama bagaimana masyarakat mulai hidup seperti biasa di luar rumah. Mulai hadir aktivitas yang muncul menjadi tren dan diikuti banyak orang, hingga pariwisata yang belum semua pulih sepenuhnya. Fasilitas umum mulai ditata sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penyebaran virus. Serta melihat jalannya sistem pendidikan dan medis di Indonesia seiring dengan terus bertambahnya jumlah korban Coronavirus. Satu hal yang menarik dibalik layar pembuatan buletin kami, yakni penyusunan berita hingga tampilan buletin digital ini dibuat sepenuhnya oleh anggota baru Sikap. Hal ini sebagai tugas pertama mereka untuk membuat karya dalam sebuah kelompok, yang

belum pernah dipertemukan satu sama lain sebab adanya pandemi. Para reporter muda menyusun berita dari daerah tempat tinggal mereka masing-masing, tidak semua berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arahan dan pantauan kami berikan dari jarak jauh, sehingga ini menjadi hal baru yang kami rasa tidak mudah. Kami sangat mengapresiasi generasi muda yang semakin cepat menanggapi perubahan. Setidaknya ada dua hal yang bisa kami petik dari pembuatan buletin ini. Bahwa tujuan bisa tercapai dengan kerjasama yang baik, dan sesuatu yang baru bukan berarti pertanda tidak baik. Butuh waktu untuk menerima, tapi kita akan bisa sebab terbiasa. Semoga kehadiran anggota baru akan semakin membawa dampak positif bagi LPM Sikap kedepannya. Semoga kebiasaan baru juga akan semakin membawa dampak positif hingga sanggup menurunkan kurva penderita virus corona di tanah air. Amin. (Anin)

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru


Tetap Produktif di Tengah Pandemi dengan M e n gel ol a Bisnis Daring

Salah satu protokol kesehatan yang cukup mengubah kebiasaan masyarakat adalah menjaga jarak satu sama lain. Sebelum pandemi, berbagai kegiatan masyarakat tak bisa dipisahkan dari istilah berkumpul. Masyarakat biasanya berkumpul untuk sebuah keperluan, salah satunya adalah berbelanja. Seorang pedagang pun bisa dikatakan dagangannya laris apabila banyak pembeli yang berkerumun di lapaknya.

Namun akibat pandemi, beberapa orang mulai mengubah kebiasaan untuk berjualan di tempat. Mereka lebih memilih untuk berjualan secara daring. Selain tetap berusaha produktif dalam mengisi waktu luang selama berada di rumah, berjualan secara online juga dapat menambah penghasilan. Tak perlu lama dalam menjatuhkan pilihan, berjualan secara online dinilai lebih efisien karena lebih menghemat biaya dan tenaga. Salah seorang reseller kaktus hias atau sukulen, Fika Rahma, mengaku mulai berjualan ketika masa pandemi. Sebenarnya ia sudah berjualan sebelum pandemi, namun saat itu barang dagangannya lebih berfokus pada pot gerabah yang dilukis. Saat pandemi berlangsung, barulah ia mulai mencoba menjual sukulen beserta potnya. Untuk menghindari kebosanan dan menarik minat konsumen, pemilik akun Instagram @cactee.co ini menyediakan berbagai jenis pot

Untuk mengurangi kegiatan bertemu dengan konsumen, ia lebih memilih menggunakan jasa pengiriman dengan ongkos terjangkau. Meskipun hanya mengambil keuntungan sedikit dari berjualan pot dan tanaman sukulen, ia mengaku masa pandemi membuatnya mendapatkan lebih banyak konsumen. Bahkan, ia mulai berhasil menarik perhatian konsumen dengan mengiklankan produknya melalui laman Facebook. Sementara itu, Fayyaqun Amanah, salah satu mahasiswa UPN “Veteran” Yogyakarta juga mencoba mencari kegiatan di tengah pandemi. Karena kondisi kuliah tidak tatap muka, ia bersama dengan seorang temannya membuka bisnis online untuk mengisi waktu luang. “Awalnya terpikir membuat usaha bersama teman untuk mengisi banyak waktu luang. Jadi coba-coba kegiatan apa yang bisa dilakukan selama keadaan kayak gini. Tadinya berencana jadi reseller, tapi risiko uang bisa mati di barang, karena pasarnya juga belum tahu. Hingga akhirnya terpikir berjualan empon-empon,” ujarnya. Usahanya menjual jenis wedang-wedangan yang berkhasiat menjaga imu-

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru

5

P RO D U K T I V I T A S M A S Y A R A K A T

P

andemi yang telah berlangsung cukup lama membuat pemerintah dan masyarakat akhirnya menerapkan aturan new normal atau yang kini resmi disebut adaptasi kebiasaan baru (AKB). Aturan ini membuat masyarakat menerapkan protokol kesehatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Penerapan AKB ini merupakan penanganan Covid-19 yang juga memperhitungkan kepentingan sosial maupun kegiatan perekonomian.

mulai dari yang berukuran besar hingga kecil.


P RO D U K T I V I T A S M A S Y A R A K A T

Bermacam-macam pot lukis gerabah mini (Foto: Maria Dewi Sekaringtyas)

nitas tubuh, terutama di saat pandemi. Untuk pemasaran produk, mereka menggunakan media sosial Whatsapp dan Instagram sebagai pengenalannya. “Menurut saya, Instagram menjadi tempat bisnis yang cukup menjanjikan untuk jangka waktu ke depan,” ujar Fayyaqun Amanah. Hal ini mengingat jumlah pengguna Instagram yang mencapai 59.840.000 orang, serta dilengkapi fitur beriklan akan sangat bermanfaat bagi pemilik usaha. Adanya pemberlakuan adaptasi kebiasaan baru yang diterapkan oleh pemerintah, akan membuka juga kesempata n untuk memperluas jangkauan pasar bagi para pemilik bisnis online. “Walaupun agak takut karena orang akan mulai beraktivitas kayak dulu lagi dan kemungkinan berkumpul-kumpul lagi, tapi sebenarnya new normal adalah peluang untuk mengembangkan usaha dengan cara yang lebih kreatif.” (Adinda, Maria) 6

Berbagai jenis sukulen yang dijual oleh Fika Rahma (Foto: Maria Dewi Sekaringtyas)

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru


Bersepeda

Pilihan Olahraga d i E r a A d a p ta s i Kebiasaan Baru

P

Policy (ITDP), jumlah pesepeda yang berlalu lintas di Jakarta meningkat hingga 1000%. Tak hanya di Jakarta, kuantitas pesepeda di daerah-daerah lain seperti Yogyakarta dan Ponorogo pun menjadi sorotan karena jumlahnya yang terus bertambah.

karena selain menghindari kerumunan dalam ruang tertutup dan menghindari antre, bersepeda membuat kesehatan tubuh terjaga,” kata Djoko kepada Tempo (29/5). Ada banyak alasan yang menjadi faktor pendorong meningkatnya minat masyarakat terhadap olahraga bersepeda. Salah satunya, tingginya kesadaran masyarakat untuk berolahraga guna meningkatkan daya tahan tubuh saat pandemi.

Di antara banyaknya jenis olahraga di luar ruangan seperti joging, jalan kaki, badminton, dan lainlain, bersepeFajri Yogie Musda menjadi taqim (19), seoolahraga yang rang pesepeda digemari bandi YogyakarBersepeda menjadi tren pada masa adaptasi kebiasaan baru yak masyarakat (Foto: Wafa’ Sholihatun Nisa’) ta mengungkala pandemi. kapkan alasannBahkan, baru-baru ini Pengamat transportaya lebih memilih bersepeda bersepeda telah menjadi tren si, Djoko Setijowarno, mengaketimbang olahraga lain. di sejumlah wilayah Indonesia. takan penggunaan sepeda bisa Menurutnya, bersepeda itu tiSeperti dilansir dari BBC News Indonesia, berdasarkan survei Institute for Transportation & Development

menjadi alternatif transportasi saat menghadapi fase AKB di tengah pandemi virus corona. “Bersepeda menjadi pilihan,

dak membosankan dan juga tidak terlalu melelahkan. “Joging terlalu capek. Kalau bersepeda juga tujuannya bisa

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru

7

P RO D U K T I V I T A S M A S Y A R A K A T

andemi virus corona telah melanda Indonesia sejak Maret 2020 lalu, mengakibatkan sebagian besar kegiatan masyarakat menjadi terhambat. Namun, banyak masyarakat yang berusaha tetap produktif dalam menghadapi fase adaptasi kebiasaan baru (AKB) dengan melakukan berbagai olahraga di luar ruangan.

,


Bersepeda memang membawa banyak manfaat bagi tubuh Hal semanusia. Selain rupa juga diungmenambah kekapkan oleh salah bugaran, bersepesatu pesepeda asal da juga berguna Ponorogo, Reggiuntuk menghilanSejumlah pesepeda melintasi kawasan Titik Nol Kilometer Jogja ta Helmi Andhia gkan penat. Seh(Foto: Wafa’ Sholihatun Nisa’) Pramesti (19). ingga tidak heran Dia mengatakan alasannya suka jika banyak kalangan mulai dari bersepeda selain bisa membuat anak-anak, kaum muda, hingsekali bersepeda. Santai, tentubuh sehat, ia juga menikmaga orang tua gemar bersepeda. ang, dan juga bisa me-refresh ti pemandangan sekitar. “Asik (Wafa’, Yuslin) pikiran kita,” tambahnya.

P RO D U K T I V I T A S M A S Y A R A K A T

jauh, seperti ke t e mp at - t e mp at hits,” ujarnya.

8

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru


R e a l i ta s P e n d i d i k a n d i M a s a A d a p ta s i Kebiasaan Baru

i Indonesia, kegiatan pembelajaran secara dalam jaringan (daring) telah berlangsung sejak pertengahan Maret 2020 hingga waktu yang belum ditentukan. Terlebih, dengan adanya peningkatan angka positif Covid-19 pada saat ini tentu akan sangat berisiko jika ada proses pembelajaran tatap muka. Namun, saat ini sudah ada beberapa sekolah yang telah diizinkan untuk memulai kembali pembelajaran tatap muka dengan syarat tertentu. Seperti dilansir dari Republika.co.id, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

(Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mengumumkan pedoman pembelajaran dalam era adaptasi kebiasaan baru (AKB). Nadiem menegaskan, sekolah yang bisa melakukan pembelajaran tatap muka hanya sekolah yang berada di daerah berzona hijau “Pada saat ini, jika semua kriteria pembukaan sekolahnya sudah terpenuhi, sekolah tersebut sudah diperbolehkan memulai pembelajaran tatap muka,” jelas Nadiem dalam konferensi pers melalui akun Youtube Kemendikbud (15/6). Selanjutnya, ia mengatakan bahwa untuk perguruan

tinggi tahun ajaran 2020/2021 akan tetap dimulai pada Agustus dengan ketentuan semua kegiatan dilaksanakan secara daring. Dengan diberlakukannya proses pembelajaran secara online tentu menimbulkan berbagai peraturan dan program alternatif di sekolah maupun perguruan tinggi.

Kegiatan Sekolah Menyesuaikan Adaptasi Kebiasaan Baru Mulainya tahun ajaran, peserta didik baru akan mengi-

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru

9

P RO D U K T I V I T A S M A S Y A R A K A T

D

Ilustrasi pembelajaran daring ketika pandemi Covid-19 (Sumber: Indopolitika.com)


line, karena guru hanya memberi video atau file PDF saja,” jelasnya.

P RO D U K T I V I T A S M A S Y A R A K A T

Para peserta didik baru di SMA mengikuti kegiatan MOS online melalui Zoom (Sumber: Portal SMAN 1 Madiun)

kuti Masa Orientasi Siswa (MOS). Pada masa adaptasi kebiasaan baru ini, MOS untuk mengenalkan lingkungan sekolah, para guru, serta teman baru pun hanya dapat dilakukan menggunakan platform online seperti Zoom, Google Meet, dan sebagainya.

tidak membentuk proses transformasi ilmu yang sempurna di sekolah. Sedikit berbeda dengan perguruan tinggi yang menuntut mahasiswa untuk mandiri, siswa SD hingga SMA masih membutuhkan bimbingan menyeluruh oleh guru pada setiap mata pelajaran.

Radyta Kayla (15), seorang pelajar yang baru saja masuk SMA mengungkapkan perasaannya terkait pelaksanaan MOS online. “MOS online-nya tidak seru karena tidak bisa bertemu dengan temanteman baru secara langsung,” ujarnya.

Athifah Putri (16), seorang siswa baru di SMAN 1 Batam mengatakan, “Karena saya dari jurusan IPA, beberapa pelajaran harus dijelaskan secara detail, misalnya Kimia, Fisika, dan Matematika. Jujur saja saya merasa tidak bisa menyesuaikan semenjak sekolah on-

Penyesuaian juga akan sangat dibutuhkan bagi siswa lulusan tahun 2021. Hal ini disebabkan apa yang akan mereka rasakan tahun depan tentu akan berbeda dengan angkatan-angkatan sebelumnya. Apalagi dengan diberlakukannya kegiatan belajar mengajar secara online hingga tahun depan akan menimbulkan dilema bagi siswa lulusan 2021. Menyikapi hal tersebut, Anindyta Najwa, seorang pelajar MAN kelas 12 mengungkapkan keluh kesahnya terkait dilemanya saat ini. “Ya, sekarang susah aja ngejar nilai untuk masuk Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) karena saingannya tambah berat,” ujarnya. Menurut Anindyta, nilai para siswa mengalami peningkatan selama KBM secara daring. “Bahkan, nilai

Meski demikian, hal ini disiasati Radyta dengan aktif berkomunikasi melalui pesan singkat. “Cara saya berkenalan dengan teman-teman itu, ya lewat chatting saja,” lanjut Kayla. Tak hanya MOS, proses kegiatan belajar mengajar (KBM) juga dilaksanakan secara daring. KBM secara online yang dilaksanakan di seluruh sekolah dan universitas dirasa 10

Pelaksanaan kegiatan UTBK tahun 2020 (Sumber: Bisnis.com) Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru


ah online yang hanya di rumah saja jadi bisa lebih menghemat pengeluaran orang tua seperti uang makan, uang bensin, uang jajan, dan lain-lain,” ujar mahasiswa semester 3 ini.

Siswa berusia 17 tahun ini juga menyoroti kinerja guru ketika mengajar dinilai kurang efektif. “Ini karena guru seringkali memberi banyak tugas, tetapi hanya sedikit menerangkan materi,” jelasnya. Meskipun demikian, Anindyta merasa KBM secara daring memberinya banyak waktu luang untuk fokus belajar mempersiapkan tes Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Keresahan perkara indekos juga dirasakan oleh per-

Keberlangsungan Mahasiswa saat Pandemi Berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta umumnya memiliki keberagaman mahasiswa dari berbagai suku dan daerah asal. Kebanyakan perantau akan menyewa indekos untuk memudahkan akses menuju kampus. Namun, sejak diberlakukannya sistem kuliah online, banyak mahasiswa rantau yang memilih pulang ke daerahnya masing-masing. Nabila Humaira (19), seorang mahasiswi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) memilih untuk kembali ke daerah asalnya. “Karena kuli-

banyak mahasiswa yang merasa jika sudah waktunya untuk mengurus kembali indekos mereka. “Saya sempat meminta tolong kepada teman untuk melihat keadaan indekos sekaligus mengemas barang-barang. Kondisinya berdebu semua, tapi bersyukurnya tidak ada yang sampai dimakan rayap,” jelas Affi.

Sementara itu, d i l e m a menyangkut kegiaNasib Indekos mahasiswa yang ditinggal ketika tan perihal pandemic Covid-19 (Sumber: Tribunnews.com) kuliah daring pun muncul. antauan lain. Dikarenakan singKuliah yang biasanya dilakukan katnya waktu untuk membuat dengan datang ke kampus, berkeputusan, banyak mahasiswa temu teman, membaca buku di yang meninggalkan indekos perpustakaan, mendengarkan dalam keadaan penuh barang. dan memperhatikan apa yang diterangkan dosen, kini semua tidak terasa sejak diberlakukanSeperti yang dirasakan nya kuliah online. oleh Affi Fachirah (19), seorang mahasiswi Universitas NegTak terkecuali dengan eri Padang (UNP) yang harus materi yang diberikan dosen segera pulang ke Batam ketika selama perkuliahan online. Pandemi Covid-19. “Saya tidak Banyak mahasiswa merasa tiberfikir banyak, mengemas badak mampu menyerap dengan rang-barang seadanya saja. Habaik materi karena berbagai nya disusun rapi tidak menggualasan. nakan boks, lalu saya langsung pulang ke Batam,” ujarnya. Hal ini dirasakan salah Hal ini dilakukan hampir oleh satu mahasiswi semester 3 seluruh mahasiswa yang meraUniversitas Muhammadiyah sa panik karena aturan lockYogyakarta (UMY), Anisah down mulai dijalankan Wening. “Kuliah bisa berjalan efektif apabila dosen menSetelah 3 bulan berlalu, erangkan materi melalui beberEdisi Adaptasi Kebiasaan Baru

11

P RO D U K T I V I T A S M A S Y A R A K A T

anak-anak yang biasanya di bawah rata-rata sekarang ikut berubah menjadi bagus, ini karena semua jawaban dalam soal yang diberikan Guru terdapat di internet,” ujarnya.


P RO D U K T I V I T A S M A S Y A R A K A T

Sejumlah mahasiswa menuntut penurunan uang kuliah (Sumber: Beritasatu.com)

apa media seperti Zoom, Google Meet, atau yang lainnya.” Namun, ia juga menjelaskan efektifitas ini bekrurang jika dosen hanya sekadar memberikan tugas ke mahasiswanya secara terus-menerus tanpa menjelaskan secara rinci materi yang diberikan. “Tapi, sebagai mahasiswa kita juga harus bisa lebih mandiri lagi dalam belajar online, itu yang utama,” tutur mahasiswa berusia 19 tahun ini. Satu dari banyak hal yang menjadi permasalahan diterapkannya kuliah online adalah biaya kuliah. Seperti pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang tetap penuh meskipun pembelajaran dilakukan secara online.

kemudian menetapkan sistem pencicilan atau bantuan UKT. Hal ini merupakan langkah strategis yang dilakukan pihak Kemendikbud melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 25 Tahun 2020. Namun, terbatasnya kuota penerima yang mengharuskan mahasiswa melalui seleksi bisa menjadi kendala. Salah satu mahasiswa Universitas Negeri Jambi, Aura Rivani (20), mengatakan “Tidak semua dapat keringanan. Pengalaman saya, kalau mau mengajukan dipersulit, terutama mahasiswa yang masuk melalui seleksi mandiri. Padahal ‘kan yang terkena dampak Covid-19 semuanya, tidak ada pengecualian,” tutupnya. (Gayuh, Ghalda)

Beberapa kampus pun 12

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru


Suplemen Vitamin di Apotek Ludes selama New Normal

K

ondisi Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) atau new normal membuat kesehatan fisik menjadi perhatian khusus. Selain memberlakukan protokol kesehatan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga mengimbau masyarakat untuk menjaga daya tahan tubuh, salah satunya dengan mengonsumsi gizi seimbang. Para ahli turut serta mengimbau masyarakat untuk mengonsumsi vitamin sebagai bagian dari pemenuhan gizi seimbang untuk menjaga daya tahan tubuh.

Selama AKB, suplemen vitamin menjadi salah satu keperluan yang dicari masyarakat. Ini membuat persediaan suplemen vitamin itu sendiri cepat habis atau kosong. Apotek harus memikirkan solusi agar kebutuhan masyarakat akan suplemen vitamin terpenuhi. Hal ini dialami oleh beberapa apotek di wilayah Yogyakarta. Salah seorang karyawan Apotek Serafirm, Fajrianis Nurul (20) mengungkapkan bahwa stok vitamin menjadi cepat habis. Untuk mengatasi hal tersebut, apotek

tempat ia bekerja menyarankan pelanggan mereka untuk meninggalkan kontak atau pergi ke apotek lain. “Vitamin gitu yang cepat habis. Solusinya, kita tawarkan dulu. Semisal dia mau nunggu,ya dia ninggalin kontak. Kalau dia tidak mau, baru kita sarankan ke apotek-apotek besar yang kemungkinan ada,” tutur Fajrianis. Hal senada juga diungkapkan oleh karyawan Apotek Aditya Farma, RR. Anteng

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru

13

T AANS Y A R A K A T P RO D U K T IKVEISTEAHSA M

Macam suplemen vitamin (Sumber: Amaliana Prasisti)


S EI H A ST AMNA S Y A R A K A T P RO D U KK T EI V TA

Pujowati (20). Anteng mengatakan, vitamin E, vitamin kapsul, dan vitamin effervescent menjadi stok yang paling sering habis. Sehingga apotek akan menawarkan produk yang berbeda pada pelanggan. Namun produk tersebut memiliki khasiat yang sama dengan produk yang dicari. Selain karena banyak dicari masyarakat, hal yang memengaruhi ketersediaan obat, termasuk vitamin di apotek adalah dari Pedagang Besar Farmasi (PBF). PBF sendiri merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan bahan obat dalam jumlah besar sesuai peraturan perundang-undangan. Sehingga ketersediaan obat di apotek juga tergantung pada ketersediaan di PBF. “Kosong dari pabriknya, jadi membuat stok di apotek ikutan kosong.” tegas Anteng.

14

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru


Siap Hadapi Pandemi, Perhatikan juga Kondisi Hewan Peliharaan

S

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru

15

P RO D U K T I V IKTEAS SE H MAATSAYN A R A K AT

ejak diterapkannya skenario kebijakan era normal baru pada tanggal 1 Juni 2020, protokol kesehatan menjadi hal utama yang wajib diperhatikan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini untuk mencegah penyebaran Covid-19. Era normal baru yang berganti istilah menjadi adaptasi kebiasaan baru (AKB) terdiri dari lima fase pemulihan. Salah satunya ialah pembukaan kegiatan luar rumah. Pada fase ini, masyarakat diperbolehkan untuk melakukan kegiatan di luar rumah, seperti olahraga bersama hewan peliharaan mereka. Meski demikian, tak dapat dipungkiri bahwa kesehatan sang hewan juga wajib diperhatikan. Pasalnya, hewan peliharaan juga berpotensi terpapar virus corona, walaupun gejala dan respons tubuh tidak serupa dengan yang terjadi pada manusia. “Virus Corona pada hewan peliharaan tidak menunjukkan adanya persilangan dengan manusia,” ungkap drh. Diora Kristia (20/8). Ia juga menambahkan untuk sementara ini, hewan yang terpapar virus corona lebih fokus Potret drh. Diora Kristia (Foto: Dokumentasi pribadi narasumber) pada pengobatan sistem imun dan pengobatan lain yang sesuai apabila terdapat efek samping. pemilik hewan sering merasa ce“Hal yang penting rajin mas akan kesehatan hewan peli- grooming di klinik hewan,” ucap Dilansir dari laman Vice. haraan mereka. Bela (18/8). Grooming menurut com, Pusat Pengendalian dan Marietta Bela, pemilik an- kamus bahasa Inggris-Indonesia Pencegahan Penyakit Amerika jing jenis poodle dan pom-pom dapat diartikan sebagai mengurus, Serikat (CDC) mengatakan be- berpendapat sebaliknya. Mengaku merawat, atau memelihara. “Aklum diketahui pasti seberapa be- terbiasa memelihara anjing sejak tifitas grooming dilakukan dengan sar risiko hewan (terutama yang kecil, gadis berusia 19 tahun ini memandikan, memotong kuku, berhubungan dekat dengan manu- tak perlu merasa cemas dengan hingga memotong bulu agar tertasia) terinfeksi Covid-19. Melihat kesehatan sang hewan kesayangan ta,” ungkap Bela. kondisi seperti ini, biasanya para walau di tengah pandemi. Ia menambahkan, bahwa


P RO D U K ET SI EVHI T S N M A S YA R A K AT AA TA

Marietta Bela bersama poodle kesayangannya (Foto: Dokumentasi pribadi narasumber)

sebenarnya grooming juga dapat dilakukan sendiri di rumah. “Walau tidak seoptimal di klinik hewan, setidaknya dapat menghemat biaya dan peliharaan bisa tetap merasa bersih dan sehat.” Terkait pelayanan, klinik hewan turut menjalankan prosedur yang diarahkan oleh pemerintah. Menurut Diora, Sebelum memasuki ruangan para klien wajib mengenakan masker dan hand sanitizer, serta melakukan pengecekan suhu tubuh. Ketika antre, pemilik hewan tetap wajib menjaga jarak satu sama lain. Di masa pandemi ini, sistem pengobatan pada hewan tetap berjalan seperti biasa, hanya dilakukan pembatasan kuota dalam penerimaan pasien. “Untuk lebih meningkatkan kewaspadaan demi kenyamanan klien pemilik hewan maupun tenaga medis,” tambah Diora, yang kini memilih fokus bekerja di bidang obatobatan satwa. (Arie Sulistyaning)

Anjing pom-pom milik Marietta Bela (Foto: Dokumentasi pribadi narasumber) 16

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru


K E S E H ATA N

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru


P RO D U K KTE ISV EH I TAATSA M N A S YA R A K AT

Aktivitas Fisik Saat Adaptasi Kebiasaan Baru, Tetap Sehat Tanpa Sesak

S

ejak terdeteksi kasus pertama Covid-19 di Indonesia pada 2 Maret 2020, telah dilakukan berbagai upaya untuk mengatasinya. Seperti yang dituturkan oleh Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19, Ahmad Yurianto, terdapat empat strategi yang dihadirkan mulai dari kampanye wajib mengenakan masker, melakukan penelusuran kontak dengan pasien positif, melakukan edukasi dan persiapan isolasi mandiri, dan melakukan isolasi di rumah sakit. Hingga akhirnya pemerintah, dalam hal ini Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian, meluncurkan alur fase penerapanan adaptasi kebiasaan baru yang diharapkan mampu memulihkan ekonomi nasional. Fase penerapan adaptasi kebiasaan baru dimulai pada tanggal 1 Juni 2020 dengan memulai pembukaan sektor industri dan jasa, fasilitas kesehatan, dan toko yang memperdagangkan masker sesuai dengan protokol kesehatan. Penerapan pun meluas ke beberapa sektor termasuk pendidikan dan sosial. Masyarakat mulai melakukan berbagai kegiatan seperti bekerja bahkan berolahraga. Pada masa adaptasi kebiasaan 18

Aktivitas fisik atau olahraga yang mulai dilakukan saat masa adaptasi kebiasaan baru (Foto: Dokumentasi Pribadi Penulis) baru ini banyak tren olahraga yang marak dilakukan masyarakat seperti bersepeda, berlari, atau joging di beberapa kota/kabupaten di Indonesia. Dalam melaksanakannya pun wajib mematuhi protokol kesehatan seperti menjaga jarak dan mengenakan masker. Melakukan olahraga dengan wajib mengenakan masker menjadi hal yang baru di masyarakat. Adanya perubahan ini menjadi fenomena yang dapat menimbulkan tanya lantaran penggunaan masker dirasa membuat pengap saat melakukan olahraga. Hal tersebut serupa dengan yang dirasakan oleh Dimas Sidiq. Dirinya selama masa adaptasi kebiasaan baru rutin bersepeda setiap minggu. Ia mengaku hanya mengenakan masker sesekali selama bersepeda dengan jarak jauh. “Pakai masker kadang-kadang. Aku bersepeda lewat desa kok,” tutur pria yang rutin bersepeda belasan hingga puluhan kilometer tersebut. Ia juga mengutarakan bahwa saat bersepeda terasa tidak nyaman. “Ya tidak baik olahraga pakai masker. Bukannya tidak betah, orang setiap hari kerja Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru

juga pakai masker. Tidak nyaman saja,” tambahnya. Selain olahraga dengan bersepeda, adaptasi kebiasaan baru juga merambah ke dunia pendakian. Beberapa jalur pendakian gunung-gunung di Indonesia yang sebelumnya ditutup karena pandemi mulai dibuka. Di antaranya adalah Gunung Prau yang menerapkan masa uji coba pada 3 Juli 2020 dengan membuka pendakian untuk masyarakat domisili DIY-Jawa Tengah, yang kemudian disusul oleh basecamp gunung lain. Pendaki juga wajib mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak, dan wajib menunjukkan surat keterangan sehat sebagai syarat administrasi sebelum mendaki. Fathiya Nabila, salah satu gadis yang cukup aktif mendaki menyampaikan bahwa saat adaptasi kebiasaan baru ini mendaki menggunakan masker hanya di waktu-waktu tertentu saja. “Pakai masker kalau lagi banyak orang aja. Misal di jalur agak renggang, masker dile-


Aktivitas bersepeda saat adaptasi kebiasaan baru dengan menggunakan masker ((Foto: Dokumentasi Pribadi Penulis)

dan seorang diri juga tidak diperlukan penggunaan masker secara terus menerus. Masker dapat digunakan apabila berpapasan atau berada di kerumunan,” jelasnya yang sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Nabila. Dokter lulusan Universitas Padjadjaran tersebut menyarankan agar melakukan olahraga di rumah. Namun, apabila hendak berolahraga di luar rumah harus menggunakan masker, tidak berkerumun, tidak sembarangan memegang fasilitas umum, dan seusai berolahraga langsung membersihkan diri dan mengganti baju. Sementara mengenai rasa pengap, dirinya menambahkan bahwa saat menggunakan masker memang dapat mengurangi pasokan oksigen yang masuk ke dalam tubuh. Namun jumlahnya tidaklah signifikan karena saat diukur dengan pulse oxymeter kadar oksigen dalam darah menunjukkan hasil normal yakni lebih dari 95% baik dengan masker kain maupun masker medis. Di sisi lain, seperti yang disampaikan Grayson Wickham, TeraFathiya Nabila di puncak Gunung pis Fisik dan Spesialis Kekuatan Lawu (Foto: koleksi Fathiya Nabila) dan Pengkondisian Fisik pada la-

man Vice.com, perlu untuk berhati-hati saat berolahraga dengan masker jika memiliki masalah pernapasan. Hal tersebut lantaran selama berolahraga napas menjadi lebih cepat. Terlebih saat menggunakan masker, karbondioksida yang dihembuskan tidak dapat keluar karena terhalang masker dan justru dapat terhirup kembali. Ditambah keringat yang dapat membasahi masker akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan memicu berkembangnya mikroorganisme. Pada laman yang sama, Dr. Sarah Fankhauser yang merupakan Asisten Profesor Jurusan Biologi dan Pakar Penyakit Menular di Universitas Emory menuturkan bahwa lebih baik mengurangi intensitas dalam berolahraga dan memperhatikan pernapasan serta detak jantung. Selain itu, pada masa pandemi ini lebih diutamakan berolahraga yang bertujuan untuk menjaga kebugaran dan dapat meningkatkan imunitas tubuh sehingga cukup berolahraga dengan intensitas rendah hingga sedang. Pengurangan intensitas tersebut seperti mengubah dari berlari menjadi berjalan kaki. (Arinda Qurnia)

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru

19

EA S ESHM AT NA R A K A T P RO D U K T I VKI T AA SY

pas,” tuturnya. Gadis 19 tahun yang telah mendaki lebih dari 30 kali ini menyampaikan alasannya melakukan hal tersebut lantaran saat mengenakan masker terasa pengap dan napas menjadi berat dan pendek. Ia menyiasatinya dengan membawa masker dan digunakan saat di keramaian saja, lalu masker akan dilepaskan saat sudah berada di tempat yang senggang dan dapat menjaga jarak. “Masih memungkinkan jaga jarak selama pendakian. Namun, pada saat antre foto di puncak dan berada di warung tidak memungkinkan jaga jarak,” imbuhnya setelah melakukan pendakian ke Gunung Lawu pada 18-19 Agustus lalu. Perihal penggunaan masker saat berolahraga atau melakukan aktivitas fisik perlu memperhatikan beberapa aspek. Berdasarkan penuturan dr. Nadia Nurotul Fuadah bahwa penggunaan masker saat beraktivitas fisik tersebut bervariasi tergantung jenis aktivitasnya. “Jika olahraga dilakukan dalam ruang dan seorang diri tidak perlu mengenakan masker. Sementara jika berolahraga di tempat terbuka


P RO D U K T E SI EVHI T AA T SA N M A S YA R A K AT

Krisis Kesehatan Mental di Tengah Pandemi

Ilustrasi kesehatan mental (Pengolah gambar: Delima Purnamasari) Bidang kesehatan menyita perhatian publik karena adanya pandemi Covid-19. Kesehatan sendiri menurut UU Kesehatan No. 36 / 2009 berarti keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sehingga seseorang tidak dapat dikatakan sehat apabila hanya fisiknya saja yang bebas penyakit, tetapi harus sehat pula mentalnya. Meninjau kesehatan masyarakat selama pandemi berarti melihat pula kesehatan mentalnya. Pandemi memberi dampak yang luas seperti derita kemiskinan karena kehilangan pekerjaan, kesedi20

han akibat banyak menghadapi kematian, kekhawatiran akan tertular virus, hingga ketidakpastian akan hari depan. Oleh karena itu, permasalahan kesehatan mental ini menjadi pokok yang krusial. Gangguan mental dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah stres yang apabila terjadi secara terus menerus akan mendukung timbulnya gejala perasaan kehilangan, kebodohan, bahkan isolasi sosial (Yosep, 2013). Seorang Ibu pemilik usaha makanan online rumahan di daerah Bantul mengatakan bahwa disebabkan pandemi ini, ia merasakan stres dan

beban yang bertambah. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya seperti terdapat anggota keluarga yang berpotensi tertular virus, dan kekhawatiran untuk datang ke fasilitas umum. Terutama penghasilannya menjadi sangat berkurang sehingga untuk kebutuhan dasar keluarga seperti makan saja menjadi pas-pasan. Ia mengatakan seluruh beban ini menjadikannya gelisah, kehilangan semangat, insomnia, bahkan tak jarang ia menangis sendiri tengah malam. Di sisi lain, seorang mahasiswi di Yogyakarta bahkan mengatakan butuh pendampingan psikologis dari ahli karena kegelisahan yang ia rasakan. Hal ini ter-

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru


KESEHATAN

menjadi memiliki keluhan psikis pula karena peningkatan rasa cemas, khawatir, bahkan terisolasi dari lingkungannya. WHO melalui Dr Poonam, Direktur Regional WHO Asia Tenggara menghimbau untuk lebih memperhatikan permasalahan kesehatan mental dan pencegahan bunuh diri selama pandemi Covid-19. Hal ini karena jarak sosial, isolasi, dan penanganan informasi yang terus berkembang dan berubah telah memicu dan memperburuk kesehatan mental yang sudah ada sebelumnya. Stigma terkait infeksi Covid-19 juga menyebabkan perasaan terisolasi dan depresi, bahkan kekerasan rumah tangga di tengah Covid-19 dilaporkan meningkat sehingga berpeluang menjadi faktor lain yang mempengaruhi kesehatan mental. Tekanan keadaan karena pandemi bahkan telah mereng-

gut korban jiwa. Dilansir dari Tempo.Co bahwa di Cikarang, Bekasi, seorang pengemudi taksi online bahkan nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Hal ini lantaran dirinya tak sanggup membayar cicilan kendaraan. Pada awalnya korban sempat didatangi oleh debt collector. Setelah itu , ia menjadi sering melamun karena sudah dua bulan tidak bekerja sebagai sopir, hingga akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Melihat besarnya tekanan karena pandemi Covid-19 yang dirasakan oleh berbagai pihak, pemberian perhatian mengenai kesehatan mental tentu sangat diperlukan agar ke depan tidak menimbulkan permasalahan lanjutan dari pandemi ini. (Delima Purnamasari)

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru

21

A TAAS N P RO D U K T I VKI ETSAE SH M YA R A K AT

kait dengan proses pembelajaran online yang dijalani dan rencana hidup yang telah ia buat tidak dapat terlaksana akibat pandemic. Kegelisahan ini ia rasakan bertambah pula karena derasnya berita mengenai Covid-19 yang menurutnya terkadang dilebih-lebihkan. Berbagai penelitian telah mengungkapkan adanya hubungan antara kesehatan fisik dan mental individu, dimana pada individu dengan keluhan medis menunjukkan adanya masalah psikis hingga taraf gangguan mental. Sebaliknya, individu dengan gangguan mental juga menunjukkan adanya gangguan fungsi fisiknya. Sebagai contoh, depresi dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit jantung, stroke, bahkan kanker karena depresi mampu mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Begitu juga seseorang yang sedang memiliki keluhan fisik


Kabupaten Nganjuk Masih Kategori Zona Merah Covid-19, Bagaimana Upaya Pemkab dan Swasta?

22

K E S E H ATA N

S EI H A ST A P RO D U K K T EI V TA MNA S Y A R A K A T

P

rotokol kesehatan adaptasi kebiasaan baru sejak 9 Juni 2020 sudah diterapkan di Jawa Timur. Hal ini ditandai dengan berakhirnya PSBB fase III di Surabaya pada 8 Juni 2020. Meski masih ada beberapa daerah dengan kategori zona merah, penerapan protokol kesehatan di hampir seluruh kota di Jawa Timur dapat dikatakan sebagai solusi yang tepat. Wakil Bupati Nganjuk, Marhaen menjelaskan bahwa adaptasi kebiasaan baru adalah kebijakan membuka kembali aktivitas ekonomi, sosial, dan kegiatan publik secara terbatas dengan menggunakan standar kesehatan yang sebelumnya tidak ada. Selain itu, adaptasi kebiasaan baru merupakan tatanan baru setelah kebijakan stay at home dan work from home atau pembatasan sosial diberlakukan untuk mencegah penyebaran masif virus Covid-19. Pada 17 Agustus 2020, Mas Novi, panggilan akrab Bupati Nganjuk, dengan semangat gotong-royong meluncurkan “Gerakan 2 Juta Masker Kabupaten Nganjuk.” Kegiatan ini diadakan tepat setelah Bupati Nganjuk dan Forkopimda mengikuti Upacara Detik-Detik Proklamasi secara virtual di Pendopo Kabupaten Nganjuk. Mulai dari kabupaten, kecamatan, desa, dan kelurahan bersama perusahaan-perusahaan, koperasi, swasta, hingga masyarakat, saling bergotong-royong mengumpulkan masker dan dibagikan kepada warga yang kurang mampu membeli masker. Bupati Nganjuk berharap kegiatan ini tak hanya berhenti

Peta data wilayah kecamatan di Kabupaten Nganjuk yang sebagian besar masih zona merah Covid-19 (Sumber : instagram @humaskabupatennganjuk) di pengumpulan, tetapi juga terlaksana secara efektif mulai dari pengumpulan, pembagian, serta pemakaian masker. Upaya ini sebagai wujud kepedulian dari Pemkab Nganjuk demi mengurangi bertambahnya jumlah pasien posi-

tif Covid-19. “Gerakan 2 Juta Masker” cukup memberikan angin lega kepada warga Nganjuk, karena hal itu menunjukkan upaya bahwa pihak pemerintah tetap waspada dan tidak membiarkan warganya

Bupati Nganjuk bersama Ibu Ketua Tim Penggerak PKK dalam peresmian “Gerakan 2 juta masker” (Foto: Instagram @humaskabupatennganjuk) Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru


berupaya sendiri tanpa ada kontri- jakan mengenai pembatasan busi dari pihak pemerintah. “Hal bagi pengunjung pasien atau ini juga menunjukkan adanya bahu penunggu pasien hanyalah satu membahu menyadarkan dan meng- orang, serta wajib cuci tangan ingatkan masyarakat pentingnya dan menggunakan masker. memakai masker, untuk mengh- “Kami selaku pihak tenaga indarkan diri dari penularan virus Covid-19,” ujar Hermalik, Kepala Desa Patianrowo, yang juga menghadiri acara peluncuran “Gerakan 2 Juta Masker Kabupaten Nganjuk”. Namun yang disayangkan, dalam acara gerakan ini Pemkab Nganjuk mengadakan upacara peresmian secara tatap muka. Sebagai solusinya, Pemkab Nganjuk seharusnya mengadakan secara virtual, mengingat Kabupaten Nganjuk masih kategori zona merah. Masyarakat khawatir jika nantinya penularan Covid-19 justru malah terjadi di lingkup instansi pemerintah. Selain pihak Pemkab Nganjuk, layanan kesehatan klinik swasta yaitu Klinik Pratama Nusa Medika Lestari di Kecamatan Patianrowo, Nganjuk, juga berupaya Pengumuman kebijakan situasi mengurangi dan mencegah bertam- Klinik Pratama Nusa Medika Lebahnya pasien Covid-19. Klinik stari sejak 16 Maret 2020 (Foto: Shinta Tri Pangestu) tersebut memberlakukan kebi-

medis akan lebih segan dan senang pada masyarakat yang mematuhi protokol kesehatan karena itu menunjukkan kepeduliannya pada kesehatan bersama,” ujar Bu Rima, salah satu tenaga medis di Poli Umum Klinik Pratama Nusa Medika Lestari. Di kondisi seperti ini, masyarakat tak bisa seenaknya begitu saja seperti masa-masa sebelum pandemi. Ada peraturan dan kebijakan dari pemerintah juga yang akhirnya melatar belakangi beberapa pihak untuk membuat kebijakan yang sama. “Selain kebijakan yang tertera tersebut, kami juga menerapkan jaga jarak pada tiap tempat duduk ataupun ruang tunggu bagi masyarakat yang berobat di klinik kami,” imbuh Bu Rima. Dengan begitu, pihak pemerintah, swasta, dan juga masyarakat dapat bersama saling bersinergi dalam menanggulangi pandemi Covid-19 saat ini. Selain itu, menumbuhkan kesadaran pada seluruh pihak bahwa kebersihan dan kesehatan bersama juga cukup penting. Harapannya, kehidupan masyarakat bisa kembali normal. (Shinta Tri Pangestu)

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru

23

HSA M T AANS Y A R A K A T P RO D U K T IKVEISTEA

Pembagian dan pemakaian masker di Desa Ngrami, Kecamatan Sukomoro pada ratusan buruh pitil bawang merah (Foto: Instagram @humaskabupatennganjuk)


P RO D PA U KRTI IW V II STAATSAM A S Y A R A K A T

Strategi Desa Wisata Garongan Menghadapi Adaptasi Kebiasaan Baru

Kolam budidaya ikan di Desa Wisata Garongan (Foto: Asha Prinanda Tamara Tansia) Beberapa pihak pengelola destinasi wisata berupaya mempersiapkan berbagai strategi untuk menghadapi adaptasi kebiasaan baru (AKB). Satu diantaranya adalah Desa Wisata Garongan. Desa wisata ini menawarkan berbagai pilihan wisata seperti mancakrida (outbound), berkemah, susur sungai, kunjungan ke rumah warga, hingga mengunjungi budidaya perikanan. Desa wisata yang dibuka sejak tahun 2014 ini dikelola oleh Karang Taruna Desa Garongan. Selain bertujuan untuk memberdayakan warga setempat, desa wisata ini diharapkan dapat menjadi salah satu sarana belajar nilai-nilai sosial dan budaya. Namun, semenjak adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ditetapkan pemerintah, pihak pengelola pun menutup desa tersebut hingga waktu yang belum ditentukan. Menurut salah 24

satu pengelola Desa Wisata Garongan, Sofia Hanafi menuturkan bahwa penutupan membawa dampak yang cukup besar. “Dampaknya tentu pendapatan desa menjadi berkurang. Selain itu, beberapa warga juga kehilangan pekerjaannya. Namun, kebanyakan dari mereka sekarang beralih menjadi petani,” ujar Sofia. Untuk pemberlakuan AKB, warga asal Turi itu mengatakan bahwa desa wisata ini masih belum dibuka. Salah satu alasannya karena daerah yang masih berada di zona kuning. Meski untuk objek Desa Wisata Garongan belum dibuka, pihak pengelola sudah membuka kunjungan ke tempat budidaya perikanan yang dikelola warga setempat. Menurut Chelia Anggara, salah satu anggota karang taruna, menyebutkan bahwa langkah untuk membuka wisata budidaya per-

ikanan dinilai dapat meningkatkan pendapatan warga sekitar. Pembukaan ini juga sekaligus mempromosikan wisata yang ada kepada pengunjung. “Wisata budidaya perikanan ini merupakan salah satu destinasi wisata di Desa Garongan, tetapi belum begitu populer dibandingkan wisata alamnya. Sehingga dengan langkah ini, diharapkan pengunjung bisa mengetahui lebih banyak pilihan wisata yang kami sediakan,” tutur Chelia. Wisata ini menawarkan kepada pengunjung untuk belajar secara langsung cara membudidayakan ikan. Mulai dari memilih bibit ikan, cara mengembangkan, hingga proses memanen. Bahkan, pengunjung disediakan fasilitas agar dapat melakukan tangkap ikan. Selain budidaya perikanan, juga terdapat pasar ikan yang dikelola warga setempat. (Asha Prinanda Tamara Tansia)

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru


EDISIADAPTASIKEBIASAANBARU

PARIWISATA CANDI BOROBUDUR BELUM PULIH

PA I SA T AA R A K A T P RO D U K T I V I TRAI SW M SY

Borobudur merupakan salah satu destinasi wisata yang berada di Magelang, Jawa Tengah. Kawasan pariwisata tentunya menjadi salah satu sektor penting bagi pencaharian masyarakat di sekitarnya. Mulai dari pedagang asongan, penjual aksesoris, penjual makanan, dan penginapan banyak bergantung pada wisata Candi Borobudur. Menghadapi awal pandemi, pengelola Candi Borobudur turut mengikuti anjuran pemerintah untuk menutup destinasi wisata tersebut. Pertengahan tahun 2020 kawasan wisata yang terdaftar sebagai situs keajaiban dunia tersebut mulai dibuka kembali. Namun, untuk mencegah lonjakan pengunjung, kawasan yang dibuka hanya bagian taman saja. Pengunjung belum diperbolehkan masuk ke area atau naik ke puncak candi. Hal ini mengingat aksesnya yang sempit membuat pihak pengelola candi memilih kebijakan tersebut agar mengurangi resiko penyebaran virus corona. Meskipun sudah memasuki masa adaptasi kebiasaan baru, pihak pengelola Candi Borobudur tetap menjalankan kebijakan yang ada. Hal ini tentu membuat kawasan pariwisata belum pulih sepenuhnya. Turis mancanegara belum banyak yang memasuki daerah kawasan wisata. Sejauh ini, kawasan wisata Candi Borobudur lebih didominasi oleh pesepeda yang bersantai di taman. Para pesepeda kerap berlalu-lalang dan bersantai di kawasan candi. Keberadaan pesepeda cukup menolong para pedagang di sekitar Borobudur. Seperti yang terlihat pada rumah makan di sepanjang Jalan Raya Borobudur. Meski demikian, terdapat juga usaha makanan yang mengalami penurunan besar bahkan penutupan. Salah satu usaha di sekitar wisata Borobudur yang terdampak adalah rumah makan Bale Kambing milik Sri Andriani Suliastanti. “Dengan adanya Covid-19 ini, saya terpaksa meliburkan karyawan dan menutup rumah makan demi mematuhi imbauan pemerintah,” ujar wanita berusia 45 tahun tersebut. Hal ini tentu tidak mudah bagi Sri, mengingat Bale Kambing adalah satu-satunya usaha yang dimilikinya, dan sangat bergantung pada kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur. Biasanya, menjelang akhir tahun ajaran kawasan pariwisata ramai pengunjung yang ingin berlibur ke candi. Bahkan, banyak turis mancanegara yang berlibur di Indonesia menjadi pelanggannya. Setelah 4 bulan ditutup, rumah makan Sri telah dibuka kembali. “Harapan saya semoga semua selalu sehat dan cepat pulih seperti sedia kala,” tutupnya. (Marizka Zahra Annisa)

Halaman depan Rumah Makan Bale Kambing (Foto: Marizka Zahra Annisa)

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru

25


EDISIADAPTASIKEBIASAANBARU

Kerinduan Pengunjung Wisata Puncak Sosok

D P RO DPA U KRTI IW VIISTAATSA M A S Y A R A K A T

Destinasi wisata kekinian puncak sosok merupakan destinasi wisata yang relatif baru di Yogyakarta. Meski baru dikenal sejak Januari 2018, ketenarannya tidak kalah dengan objek-objek wisata yang lebih lama. hal ini dibuktikan dengan keberhasilan meraih penghargaan atau anugerah lomba Desa Wisata Nusantara yang diselenggarakan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi pada bulan Desember 2019 lalu.

karena biasanya memang kegiatan berdagang atau mengelola di tempat ini dilakukan malam hari sebagai pekerjaan sampingan saja,” jelasnya.

Puncak Sosok masuk peringkat 10 besar yang menempati urutan 6 mengungguli 158 desa se-Indonesia untuk kategori Maju. Setelah puncak sosok masuk 10 besar destinasi wisata tingkat nasional, saat ini wisata tersebut kembali masuk nominasi Anugerah Pesona Indonesia (API Award).

Kerinduan terhadap Puncak Sosok membuat beberapa pengunjung nekat menerobos penutup jalan, “Biasanya para pesepeda,” ujar Budi. Namun, banyak juga masyarakat yang memilih menunggu dibuka secara resmi. Salah satu pengunjung setia Puncak Sosok adalah Tika Ratna Dewi. “Sudah rindu dan sempat kecewa sedikit karena tempat wisata lain sudah dibuka sementara Puncak Sosok masih ditutup. Namun, setelah mendapat kabar penutupan tersebut karena perbaikan jalan, saya memakluminya dan memilih menunggu dibuka secara resmi,” ujar Tika. Selain Tika, Eko Parmadi dan keluarga juga menunggu wisata Puncak Sosok dibuka kembali. “Semoga segera dibuka karena sudah rindu dengan suasana Puncak Sosok.”

Objek wisata Puncak Sosok terletak di Dusun Jambon, Desa Bawuran, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul. Kawasan perbukitan ini berjarak kurang lebih 16 km dari pusat kota Yogyakarta, dengan waktu tempuh kirakira 45 menit. Pemandangan di Puncak sosok sangat indah untuk dinikmati sepanjang hari, dari pagi sampai malam.

Setelah dibuka kembali pada 5 September, pengelola Puncak Sosok akan menyiapkan berbagai protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah. “Nantinya para pengunjung akan diwajibkan cuci tangan ditempat yang sudah disediakan, cek suhu badan, dan wajib memakai masker,” jelas Budi Santoso. (Manggarani Setyaningrum)

Pagi hari biasanya Puncak Sosok dikunjungi para pesepeda. Mereka menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat istirahat sekaligus menikmati pemandangan kota. Selain untuk tempat istirahat, Puncak Sosok juga dijadikan lokasi kompetisi sepeda lereng (downhill) skala lokal hingga nasional. Saat senja, pengunjung dapat menyaksikan matahari terbenam diiringi live music. Pengelola menyediakan panggung dari bambu untuk acara pementasan musik dan terkadang ada juga pementasan tari. Panggung ini membelakangi pemandangan indah lampu kota, sehingga dari posisi penonton latar belakang pemain musik semakin indah karena disuguhkan gemerlap lampu kota. Di sisi panggung terdapat pondok-pondok unik dengan atap yang terbuat dari jerami dan bahan bangunan dari bambu. Pondok-pondok ini berfungsi sebagai warung yang menyajikan aneka makanan, cemilan, dan minuman. Semenjak diberlakukannya adaptasi kebiasaan baru, sejumlah tempat wisata kembali dibuka. Namun berbeda dengan Puncak Sosok, hingga 22 Agustus lalu jalan menuju wisata tersebut terlihat masih ditutup. Penutupan Puncak Sosok akibat pandemi Covid-19 ini ternyata juga dimanfaatkan pengelola untuk memperbaiki jalan. “Harusnya sudah dibuka seperti tempat wisata lain, tetapi kemarin masih ada perbaikan jalan, jadi masih ditutup untuk sementara,” ujar Budi Santoso, Ketua Pemuda Dusun Jambon. Penutupan objek wisata Puncak Sosok yang terbilang cukup lama dibanding tempat wisata lain di Yogyakarta tentu mempengaruhi perekonomian masyarakat sekitar. Budi Santoso menjelaskan bahwa masyarakat yang bisanya mencari tambahan uang di puncak sosok tentu penghasilannya berkurang. Meski demikian, masyarakat yang biasa berdagang di wisata tersebut masih memiliki pekerjaan tetap. “Kami para pengelola dan yang berjualan alhamdulillah masih punya pekerjaan lain selama Puncak Sosok ditutup. Ini

26

Penutupan jalan menuju wisata Puncak Sosok (Foto: Manggarani Setyaningrum)

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru


EDISIADAPTASIKEBIASAANBARU

Potret Pedagang Asongan Pantai Parangtritis pada Masa Pandemi gunjung itu sendiri. Masih rendahnya daya beli pengunjung patut dimaklumi karena dengan kondisi yang seperti ini tentunya tidak hanya pedagang kecil yang terdampak, tetapi juga masyarakat umum. Keadaan ini mendorong masyarakat untuk mau tidak mau harus pandai berhemat untuk memenuhi kebutuhannya. “Alhamdulillah, sekarang sudah mulai ramai lagi, meskipun masih sulit untuk menjual barang dagangan hingga saat ini. Dulu, sehari bisa menjual 10 sampai 15 kacamata, sekarang satu hari menjual satu buah saja kadang tidak bisa,” tutur Agus (40), seorang pedagang kacamata yang berdomisili di Gunungkidul.

WSI SM AA TA P RO D U K T PA I VR I TI A S YA R A K AT

Covid-19 resmi ditetapkan sebagai pandemi oleh World Health Organization (WHO) sejak 12 Maret 2020. Keadaan ini mengakibatkan banyak perubahan di berbagai sektor kehidupan. Di bidang pariwisata mengakibatkan penutupan tempat-tempat wisata demi mengurangi risiko penyebaran virus. Pada sektor pariwisata ini pun masih turut berdampak pada unsur-unsur yang ada di dalamnya, termasuk pedagang asongan. Di Yogyakarta, tepatnya di Kabupaten Bantul ada banyak lokasi wisata yang ditutup. Salah satunya adalah Pantai Parangtritis. Menurut keterangan salah seorang pedagang asongan, Wahid, kawasan wisata Pantai Parangtritis sudah ditutup selama tiga bulan. “Di sini (Pantai Parangtritis) kemarin mulai awal Maret sampai akhir Mei ditutup total. Tanggal 1 Juni dibuka kembali tapi tidak sepenuhnya, pengunjung masih sedikit. Resmi dibuka baru tanggal 1 Juli kemarin,” jelas pria berusia 45 tahun tersebut (21/8).

SUARA AKAR MAHASIS

Penutupan total kawasan wisata salah satu ikon Kabupaten Bantul ini membuat segala kegiatan di dalamnya juga berhenti. Menurut beberapa pedagang asongan, kondisi ini sangat menyulitkan sebab mereka kehilangan tempat untuk mencari nafkah. “Berjualan di sini adalah mata pencaharian utama bagi saya, tiga bulan lockdown kemarin saya jadi ODP alias Ora Duwe Penghasilan (tidak punya penghasilan),” ungkap Suparlan (42), salah seorang pedagang layangan.

Seiring waktu para pedagang asongan mulai memiliki harapan. “Pandemi ini jelas tidak ada yang meminta, semuanya jadi sulit. Tapi, ya, mau bagaimana lagi? Saya hanya berharap semuanya lekas membaik dan kembali seperti sediakala, sehingga saya bisa kembali menafkahi keluarga,” ujar Jumari. (Syiva Pramuji Budi Astuti)

Selama tiga bulan penutupan kawasan wisata, banyak pedagang asongan tidak bekerja. Beberapa lainnya mencari alternatif untuk menyambung kehidupan. Seperti yang dilakukan oleh Sumirah yang sebelumnya merupakan pedagang jajanan ringan. Nenek yang berasal dari Gunungkidul tersebut menjalani harinya dengan bertani atau menjadi buruh. Berbeda dengan Jumari yang merupakan pedagang siomay. Selama tidak bisa mencari nafkah di kawasan wisata Pantai Parangtritis, ia berjualan di rumah dan membantu istrinya berjualan di pasar. Sedangkan Suparlan, tiga bulan penguncian wilayah dihabiskannya dengan membuat layangan, “Saya kumpulkan dulu, biar bisa saya jual pada saat keadaan membaik,” ujar Suparlan. Setelah kawasan wisata Pantai Parangtritis resmi dibuka mulai 1 Juli kemarin, perlahan jumlah pengunjung mulai kembali normal. Pengunjung terdiri dari wisatawan domestik dan luar kota. Banyaknya jumlah pengunjung ternyata tidak bisa menjadi jaminan bahwa kehidupan ekonomi pedagang asongan membaik dalam waktu dekat.

Potret Sumirah, pedagang asongan yang sedang berjualan (Foto: Syiva Pramuji Budi Astuti)

Menurut para pedagang asongan, peningkatan pengunjung yang datang belum diimbangi dengan peningkatan daya beli dari penEdisi Adaptasi Kebiasaan Baru

27


PENDIDIKAN

kutan,” ujar bunda Ai, salah satu orang tua murid Tk Al-Ikhlas.

Pendidikan dan Akademik di Era Adaptasi Kebiasaan Baru

Pembelajaran jarak jauh ini tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Salah satu kelebihannya adalah para orang tua dapat secara langsung mengontrol dan memantau perkembangan pembelajaran anak. “Biasanya belajar di sekolah dan sekarang di rumah. Saya jadi bisa melihat seberapa jauh kemampuan anak saya dalam menyerap dan menerima materi,” ujar Bunda Ai pada Kamis (20/08).

Menyambut era adaptasi kebiasaan baru, setiap individu mulai menyesuaikan diri. Aktivitas yang sempat terhenti beberapa saat karena pandemi, perlahan kembali menjadi rutinitas. Berbagai bidang juga ikut beradaptasi dengan perubahan situasi dan kondisi yang terjadi. Salah satu sektor krusial dalam kehidupan yang ikut bertahan di tengah pandemi seperti ini adalah pendidikan dan akademik. Mulai dari pemerintah, lembaga swasta, hingga masyarakat berusaha melakukan berbagai upaya serta inovasi yang diharap dapat menjadi solusi. Hal ini dilakukan agar ilmu yang seharusnya diterima oleh generasi penerus bangsa tidak terhambat karena pandemi yang masih terus berlangsung.

I KAAS N P RO D U K T IPVE INTD A ISDM YA R A K AT

Metode Pembelajaran Murid Taman Kanak kanak di Era Adaptasi Kebiasaan Baru

Bunda Ai menceritakan bahwa kelebihan lainnya adalah kegiatan pembelajaran dirasa sangat flexible karena dapat menyesuaikan waktu antara pekerjaan rumah dan memandu tugas anak. “Bisa menyesuaikan sama mood anaknya juga. Tugas diberikan pukul 7 pagi, tapi kadang anak masih belum mau mengerjakan, jadi bisa dikerjakan siang atau sore. Yang jelas sebelum deadline,” ujarnya. Namun, di sisi lain ada pula kekurangan dalam pembelajaran metode daring. Bunda Ai menjelaskan bahwa anak menjadi lebih malas dan cenderung pasif karena serba dibantu oleh orang tua. Tidak adanya guru yang mengawasi ditambah dengan sifat anak-anak yang cenderung manja jika bersama orang tua menjadi kendala dalam proses pembelajaran. Selain itu,penugasan dirasa kurang efektif karena dilakukan jarak jauh. Penjelasan yang biasanya dijelaskan langsung di kelas menjadi tersendat. Akhirnya orang tualah yang menggantikan peran guru. “Kalau sama guru anak diam dan nurut. Kalau sama saya dia manja sekali, susah nurut. Di sisi lain saya juga menjelaskannya tidak selugas dan sejelas guru,” ungkap Bunda Ai. Dengan adanya keluhan dari para orang tua, Tk Al-Ikhlas akhirnya memberlakukan pembelajaran tatap muka tiga kali dalam satu minggu. Kegiatan ini menggunakan sistem klaster. Pembelajaran pun dilaksanakan di rumah wali kelas masing-masing. Hal ini dilakukan dengan harapan para siswa dapat menyerap ilmu dengan baik dan mendapatkan penjelasan langsung dengan lugas. (Salsabila Fadilah Azahra)

Kegiatan pembelajaran jarak jauh di era adaptasi kebiasaan baru (Foto: Dokumentasi pribadi penulis)

Walaupun dalam keadaan pandemi, pembelajaran agama tetap dilaksanakan dan dipantau dengan baik oleh guru dan wali murid (Foto: Dokumentasi pribadi penulis)

Pemerintah Indonesia melalui Juru Bicara Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto mengatakan, masyarakat harus menjaga produktivitas di tengah pandemi dengan tatanan baru yang disebut adaptasi kebiasaan baru. Adaptasi kebiasaan baru sendiri merupakan suatu keadaan dimana masyarakat mulai menjalani aktivitas seperti biasa dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan. Hal ini karena belum ditemukannya vaksin sedangkan jumlah pasien positif semakin bertambah. Tentunya hal ini berpengaruh terhadap berbagai bidang, salah satunya pendidikan.

Taman kanak-kanak merupakan lembaga pendidikan pertama bagi anak usia 3-5 tahun. Dengan adanya adaptasi kebiasaan baru, metode pembelajaran dialihkan melalui pembelajaran jarak jauh. Salah satu TK yang melaksanakan metode tersebut adalah TK Al-Ikhlas yang bertempat di Tasikmalaya. Para murid TK ini belajar melalui grup WhatsApp yang tentunya dipandu oleh orang tua masing-masing. “Proses pembelajaran yang dilakukan saat ini hanya melalui gawai. Guru memberikan soal lewat grup WhatsApp. Nanti saat anak mengerjakan akan difoto dan dikirim kepada guru yang bersang-

28

Kesehatan tubuh juga merupakan salah satu hal yang tidak boleh dilupakan (Foto: Dokumentasi pribadi penulis)

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru


Inovasi Pembelajaran Home Visit Saat Pandemi Pemerintah Daerah Kota Sukabumi membuat peraturan alternatif yaitu Home Visit sebagai pengganti dari pembelajaran secara online. Home visit merupakan suatu program sekolah yang dilaksanakan oleh guru dengan cara mengunjungi tempat tinggal murid untuk memberikan pembelajaran dan bimbingan. Salah satu sekolah yang menerapkan sistem ini yaitu TK Dewi Sartika II Gegerbitung Sukabumi.

visit. Tempat yang kurang mendukung menjadi salah satu kendala sehingga membuat siswa kurang bersemangat dalam belajar. Selain itu, jarak antar rumah siswa yang berjauhan juga membuat para guru kewalahan. Para guru mengharapkan adanya bantuan operasional dari pemerintah daerah untuk membantu mobilitas dalam pembelajaran home visit ini. (Vanissa Zera Ardiyanti)

Belliana Wika selaku guru mengatakan bahwa sekolah menerapkan metode ini karena beberapa faktor seperti permasalahan jaringan internet yang sulit dan tidak stabil. Selain itu, tidak semua orang tua siswa mempunyai smartphone untuk pembelajaran anak-anaknya. Alasan lainnya karena guru yang tidak dapat melihat secara langsung perkembangan siswanya dan hanya dapat menilai lewat hasil kegiatan latihan siswa yang diberikan.

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru

P EDN NS M A S YA R A K AT P RO UD KITDI IVKI A TA

Dalam penerapan sistem pembelajaran home visit ini, Belliana menceritakan bahwa pembelajaran dilakukan dua sampai tiga kali setiap minggunya di rumah salah satu siswa dan dilakukan secara bergilir. Jika ada rumah siswa yang berdekatan maka akan dilakukan secara bersama. Setiap guru membuat media pembelajaran untuk kegiatan belajar dan mendatangi rumah-rumah siswa, tentunya dengan menjalankan protokol kesehatan. “Wajib mengukur suhu tubuh sebelum berangkat, mencuci tangan, menggunakan face shield (pelindung wajah), memakai sarung tangan, menjaga jarak, dan tidak berjabat tangan,” tutur Belliana (21/08). Kendati demikian, para guru mengatakan ada beberapa kendala yang mengakibatkan kurang maksimalnya kegiatan belajar dengan sistem home

29


Hadapi Corona Bersama Quarantine Talk Ikom Radio Informasi adalah hal yang dapat membuat pengetahuan kita menjadi lebih luas dan lebih bijak. Sayangnya, selama pandemi ini kita dibanjiri oleh banyak berita yang membuat resah dan panik. Peristiwa ini menginspirasi radio komunitas dengan tagline “Be Creative, Inspiring People” untuk membuat program spesial agar lebih waspada dalam menghadapi Covid-19. Radio komunitas yang berada di UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) ini memang kedengaran biasa, tetapi ternyata memiliki sesuatu yang spesial, khususnya dalam setiap program siaran yang dibuat. Mungkin beberapa dari kita masih asing dengan nama Ikom Radio. Wajar saja, radio ini bukan radio komersial seperti Prambors atau Swaragama FM. Namun, penyiarnya juga tak kalah istimewa dengan stasiun radio kebanyakan.

I DS I M KA P RO D U K TPIEVNI D TA AN S YA R A K AT

Tidak jauh berbeda dari Crast FM -KSM di Ilmu Komunikasi UPNVY- yang sering kita tahu, Ikom merupakan UKM yang dibentuk oleh Badan Semi Otonom (BSO) Korps Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Komakom) UMY. Hal spesial dari Ikom Radio bahwa ternyata anggotanya berasal dari berbagai jurusan, di antaranya Ilmu Pemerintahan dan Hubungan Internasional. Di samping melatih kemampuan public speaking dan skill broadcast, hal itu juga bertujuan untuk melatih kerja sama tim. Setelah mengetahui latar belakang radionya, kita akan berkenalan dengan salah satu kru Ikom Radio. Ada Farhan Dzaky R, mahasiswa Ilmu Komunikasi 2018 sekaligus penyiar di Ikom Radio. Selain itu, sepertinya kurang afdhol jika kita tidak mengetahui program-program yang ada di Ikom Radio ini. Berikut 6 program yang ada setiap harinya, di antaranya: 1. Apa Kabar Dunia, yang membahas seputar berita internasional terkini di seluruh dunia dan berita lokal. 2. Quarantine Talk, yang setiap minggunya membahas topik seputar tips dan trik serta gaya hidup. 3. Popcorn, yang setiap minggunya diisi dengan pembahasan filmfilm apa saja yang sudah dirilis serta memberikan alur cerita dari setiap film yang akan dibahas. 4.Muslim Zone, di program ini biasanya membahas seputar keislaman seperti tausiyah, ibadah, ataupun hal lain yang berkaitan dengan agama Islam. 5. Music World, dibuat untuk para ikomers yang suka musik top 40 6. What’s On Campus, program yang isinya seputar info-info kampus seperti kegiatan apa saja yang ada di kampus, info perekrutan anggota organisasi, atau info masuk. Nah, edisi spesial corona kali ini, Ikom radio disiarkan dari rumah masing masing penyiar dan tentunya tetap menyajikan kejutan buat Ikomers. Ada Quarantine Talk yang setiap minggunya membahas topik seputar tips dan trik serta gaya hidup yang berguna untuk diterapkan di kehidupan sehari-hari. Program ini dibuat untuk memberikan hiburan bagi para teman-teman yang menjalani masa karantina di rumah sampai berbulan-bulan lamanya. Selain itu, juga membantu teman-teman untuk mengatasi kepanikan dalam menghadapi Covid-19. Misalnya, mengembalikan psikis yang pusing karena habis di PHK oleh kantor atau perusahaan dan juga memberikan kegiatan alternatif selama berada di dalam rumah agar tetap produktif. Di program Quarantine Talk juga memberikan tips bagaimana cara mendapatkan uang dengan hanya mengandalkan internet. Jadi untuk orang yang terkena PHK, tidak perlu khawatir. (Arvy Zulfan Akhmad Aulia)

30

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru


I DI T IK P RO D PUEKNTDI V AA S NM A S Y A R A K A T

Program Ikom Radio (Foto: IG Ikom Radio)

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru

31


Tidak hanya guru les privat independen seperti Anindya, ada juga Dianing, seorang guru les privat dari salah satu lembaga bimbingan belajar di Yogyakarta ini pun mengaku adanya penurunan drastis minat jasa guru privat. “Karena adanya peraturan pemerintah terkait pandemi mengharuskan untuk tidak saling berkunjung, jadi guru privat pun belum bisa dapat murid. Itu juga karena belum ada terobosan dari lembaga agar ada les privat online,” ujar Dianing. Dianing juga berpendapat bahwa sekarang popularitas lembaga bimbingan belajar juga kalah dengan bimbel online seperti Ruang Guru atau Zenius. Pada hari biasa, ia bisa mendapatkan pendapatan Rp. 300.000,- perbulan dengan 3 murid dan dengan biaya 25.000,- per 1x pertemuan. Jasa guru les privat adalah salah satu bidang pekerjaan informal yang terdampak dengan adanya Covid-19 seperti saat ini dan juga kebijakan pendidikan yang dikeluarkan oleh pemerintah. (Arnelia Anindya Nariswari)

Belajar bersama guru les privat (Foto: Lesprivatlge.com)

Les privat menjadi pilihan primadona untuk kaum pelajar bagi para orang tua karir di kota besar hingga desa. Pada umumnya, les privat diadakan dengan adanya seorang guru yang datang ke rumah siswanya dan melakukan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka. Biasanya, les privat diadakan hanya dengan 1 murid dan 1 guru. Les privat dianggap sangat membantu anak dalam kegiatan pembelajaran, terutama juga bagi orang tua pekerja yang tidak sempat mengawasi dan membantu pekerjaan rumah anak. Namun, bagaimana dengan les privat di masa pandemi seperti saat ini? Dilansir dari covid19.go.id, pada tanggal 24 Agustus 2020, Indonesia mencatat kasus positif Covid-19 sejumlah 155.412, dengan tingkat kesembuhan 111.060 dan meninggal 6.759. Hal ini juga yang membuat kegiatan belajar mengajar masih dilakukan dengan sistem daring atau dikenal dengan study from home. Sekolah dari rumah mungkin masih menjadi pilihan terakhir dan terbaik dengan keadaan seperti saat ini. Pada tanggal 20 Agustus 2020, Kemendikbud mengizinkan sekolahsekolah yang berada di zona kuning dan zona hijau untuk dapat membuka kegiatan belajar mengajar dengan sistem tatap muka. Tentunya siswa dibolehkan untuk masuk sekolah dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang ada. Namun, dilihat dari adanya 6 klaster baru Covid-19 yang terjadi (diduga) karena adanya pembukaan sekolah di zona kuning dan hijau, membuat kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan tatap muka dirasa justru kurang efektif. Lantas, jika kegiatan belajar mengajar dilakukan masih dari rumah di masa pandemi seperti saat ini, apakah jasa guru les privat masih diminati? Anindya Putri Hapsari, Guru les privat independent bagi murid SD di daerah Cangkringan, Sleman, Yogyakarta ini mengaku adanya penurunan drastis peminat les privat di rumah. Menurutnya, ini terjadi karena adanya pandemi dan peraturan pemerintah yang tidak memperbolehkan bertamu. Ditambah lagi ada kebijakan Ujian Nasional dihapuskan, jadi orang tua (wali murid) minta agar anaknya tidak les dulu. “Padahal, guru les privat

32

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru

NK DTI D P ROPDE U I VI K I TAANS M A S Y A R A K A T

Nasib Guru Privat Tak Dapat Murid dan Penghasilan

itu tidak hanya membantu ngerjain PR (pekerjaan rumah) anak-anak, tapi juga jadi konselor untuk anak-anaknya,” jelas Anindya.


FASILITAS UMUM

Pandemi Covid-19 merebak di Indonesia sejak 2 Maret 2020. Adanya pandemi corona membuat aktivitas kita menjadi terhambat. Ekonomi kian memburuk dengan terjadinya peningkatan pengangguran, perusahaan gulung tikar, dan aktivitas ekonomi yang melemah lainnya. Tidak ingin ekonomi semakin tumbang, pemerintah memberikan geliat ingin bangkit dari keterpurukan ekonomi dengan memberikan sosialisasi mengenai adaptasi kebiasaan baru. Kebiasaan hidup baru dibentuk guna mengupayakan masyarakat agar tetap produktif dengan tetap aman dari penularan Covid-19. Sosialisasi akan protokol kesehatan digembar-gemborkan guna menyambut adaptasi kebiasaan baru seperti penggunaan masker, hand sanitizer, face shield, dan kebiasaan cuci tangan. Adanya protokol kesehatan memberikan sedikit perubahan terhadap fasilitas umum seperti tempat ibadah. Salah satu tempat ibadah umat Islam yang menggunakan protokol kesehatan ialah Masjid Al-Barokah di Pakuncen, Wirobrajan, Yogyakarta. “Apabila masuk ke dalam masjid wajib pakai hand sanitizer, pemberian jarak pada saf salat, dan membawa sajadah sendiri,” tutur Hanis Isyak, Remaja Masjid Al-Barokah (17/08). Ia kembali menuturkan bahwasanya protokol kesehatan tersebut sudah diberlakukan sejak April 2020. Awalnya penggunaan masjid dibatasi hanya untuk warga lokal di sekitar masjid guna mengurangi adanya penularan. Namun, kini warga dengan domisili di luar Pakuncen juga dapat menggunakan masjid sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku. Tidak jauh berbeda dengan masjid-masjid di wilayah lain, pengurus Masjid Al-Falaah di Dusun Karanglo, Kecamatan Sedayu, Bantul memberikan sosialisasi mengenai protokol kesehatan. Sosialisasi dilakukan saat akan beribadah di masjid melalui ceramah maupun dengan memasang banner bertuliskan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan bila akan memasuki kawasan masjid. Penerapan protokol kesehatan di Masjid Al-Falaah sudah berlaku sesuai dengan anjuran dari pemerintah, seperti mencuci tangan, menggunakan masker, dan melakukan jaga jarak. “Bagi warga yang tidak menaati aturan mengenai protokol kesehatan saat di masjid seperti tidak menggunakan masker, biasanya kami memberikan teguran terlebih dahulu. Namun, jika terus menerus diulangi kami mempersilahkan jamaah untuk pulang mengambil masker baru bisa kembali lagi,” jelas Bapak Sumardi selaku Takmir Masjid Al-Falaah.

Dalam menjalankan protokol kesehatan di tempat ibadah khususnya masjid, memerlukan adanya kerjasama dari pihak pengurus masjid dengan masyarakat sekitar. Fungsi kerjasama antara kedua pihak ini agar protokol kesehatan dapat dipatuhi masyarakat secara keseluruhan dan memutus penyebaran virus Covid-19. Namun, pada praktiknya kerjasama kedua pihak ini seringkali sulit dicapai, terlebih ada masyarakat yang menolak untuk mematuhi protokol kesehatan yang berlaku. “Susah sekali untuk membuat masyarakat memahami bahaya yang mengancam dari virus corona ini,” tutur Bapak Sumardi (17/08). Ia bercerita bahwa pada saat perayaan Idul Adha kemarin, pihak panitia sudah memberitahukan agar lansia dan anak-anak tidak memasuki wilayah pemotongan hewan kurban. Meskipun demikian, tetap ada saja anak-anak yang datang sehingga membuat panitia kewalahan karena keterbatasan personil untuk menjaga agar anak-anak tidak masuk. Sedikit berbeda dengan masjid di wilayah lain di Yogyakarta yang menutup seluruh kegiatan ibadah di masjid pada saat Covid-19 mulai merebak, Masjid Jogokariyan yang terletak di Kecamatan Mantrijeron tetap membuka kegiatan ibadah di masjid. Kegiatan tersebut mencakup ibadah salat maupun kajian yang rutin dilaksanakan. Dengan cepat tanggap, pihak pengurus masjid mempersiapkan protokol kesehatan seperti menempelkan stiker untuk penerapan jaga jarak, membuat tempat mencuci tangan, dan meletakkan hand sanitizer di seluruh pintu masuk ke wilayah masjid. Pengecekan suhu dan penggunaan masker juga diberlakukan bagi seluruh jamaah saat akan memasuki wilayah masjid tersebut. Sosialisasi mengenai protokol kesehatan selalu dilakukan sebelum waktu salat melalui pengeras suara masjid. Warga Jogokariyan bahkan mendukung pelaksanaan protokol kesehatan dan turut membantu untuk produksi masker kain yang nantinya dibagikan secara gratis di masjid. “Alhamdulillah warga sudah mulai sadar untuk pakai masker, karena nggak ada alasan nggak mau beli. Dari masjid sudah menyediakan masker dan sajadah secara gratis,” ungkap Rizkibaldi Munada selaku Remaja Masjid Jogokariyan (18/08). Kegiatan ibadah maupun kegiatan pengurus masjid sejak sebelum pandemi hingga memasuki masa adaptasi kebiasaan baru tidak terdapat banyak perubahan. Hal ini terjadi karena selama pandemi Masjid Jogokariyan tetap terbuka untuk kegiatan ibadah. Perbedaan yang terlihat jelas hanya pada penerapan protokol kesehatan dan juga pembatasan bagi jamaah dan tamu yang berasal dari luar wilayah Jogokariyan. “Untuk kegiatan kita sendiri bisa dibilang semi online tapi sebagian besar tetap offline dengan menjalankan protokol kesehatan saja, yang diubah ke online itu untuk kajian rutin,” tutup Rizki. (Amelia Maulidina, Iftinan Adhasari P.)

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru

33

P RO D UFKATS II V A SS U MM AUS M YA R A K AT L II TTA

Masjid Galakkan Protokol Kesehatan


F A S PI LRO I TD AU S KUTMI U VM I T A S M A S YA R A K AT

Pandemi Covid-19 belum kunjung reda, pemerintah Indonesia terus mengerahkan berbagai cara untuk menangani Covid-19 yang semakin merebak. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah yaitu dengan memberlakukan era adaptasi kebiasaan baru. Dengan adanya adaptasi kebiasaan baru, maka tempat umum, tempat kerja, sekolah, tempat ibadah, serta transportasi umum sudah kembali beroperasi dengan menerapkan protokol kesehatan. Dalam transportasi umum, terdapat perusahaan Grab yang menyiapkan fitur untuk diterapkan pada saat driver beroperasi. Fitur tersebut berupa GrabProtect yang berlaku ketika driver (GrabBike) mendapat penumpang, maka driver akan menggunakan partisi plastik yang diletakkan di punggung driver. Hal ini berguna untuk mengurangi kontak langsung antara driver dengan customer. Selain itu, ketika driver mengantarkan pesanan kepada customer, driver dengan customer wajib berjarak minimal 2 meter. Driver meletakkan pesanan customer di motor, kemudian menjauh sehingga mengurangi kontak langsung. Tidak hanya driver yang wajib mengikuti protokol kesehatan, baik dari customer hingga mitra Grab sendiri wajib menaati protokol kesehatan yang berlaku. Jika customer tidak menaati protokol kesehatan, maka driver berhak membatalkan pesanan. Begitu juga jika driver tidak menaati protokol kesehatan seperti tidak menggunakan masker, tidak memakai baju tertutup, dan yang lainnya, maka customer berhak membatalkan pesanan tersebut. Hal ini dilakukan berkaitan dengan GrabProtect.

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru

Ojek Online di Era Adaptasi Kebiasaan Baru

kesehatan dengan menerapkan deklarasi kesehatan dan kebersihan online kepada semua driver dan customer. Fitur deklarasi kesehatan online ini mengharuskan mitra pengemudi dan pengantaran, serta penumpang untuk memastikan mereka tidak menunjukkan gejala Covid-19 dan telah mengikuti protokol kesehatan yang berlaku. Ini berlaku baik sebelum mereka mulai mengemudi, mengantarkan pesanan, atau memesan kendaraan. Mitra pengemudi dan pengantaran juga diminta untuk melakukan swafoto dengan menggunakan masker pada fitur mask selfie (pengecekan masker via swafoto) setelah melengkapi formulir deklarasi. Jika pada saat bekerja driver merasakan gejala Covid-19 atau merasa tidak enak badan, maka driver diwajibkan untuk pulang agar beristirahat. Azka Wilian, seorang driver Grab yang berdomisili di Yogyakarta mengatakan bahwa fitur GrabProtect mulai diterapkan selama era adaptasi kebiasaan baru. Menurut Azka, adanya fitur GrabProtect ini lebih memudahkan para driver untuk kembali bekerja dan bisa menafkahi keluarga mereka. “Driver diwajibkan menggunakan masker, sarung tangan, sepatu, dan cuci tangan sebelum menerima pesanan. Driver juga wajib membersihkan atau mensterilkan kendaraan mereka sebelum bekerja,” kata Azka saat di wawancarai pada Kamis (18/08).

Gojek,” kata Andin Darmawan, seorang driver Gojek di Yogyakarta. Andin juga menambahkan bahwa protokol kesehatan antar ojek online tidak jauh berbeda, driver juga diharuskan menggunakan masker, pakaian tertutup, sarung tangan, sepatu, wajib membersihkan kendaraan sebelum beroperasi, serta melakukan pengecekan kesehatan sebelum bekerja. Dengan adanya fitur GrabProtect pada saat Covid-19 di Indonesia saat ini, diharapkan dapat memudahkan para pengemudi Grab dalam mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hampir semua driver terdampak di Yogyakarta kesusahan karena biasanya yang menjadi pelanggan mereka adalah mahasiswa perantau. “Dengan adanya pandemi ini banyak mahasiswa melakukan kegiatan secara online, sehingga para driver sulit mendapatkan pesanan di situasi sekarang. Saya juga berharap pemerintah semakin cepat dalam menangani wabah ini agar pandemi cepat berakhir dan kita dapat beraktivitas normal kembali,” harap Azka Wilian. (Tarisa Ramadhani, Rizki Al Afizd)

Tidak hanya Grab saja yang meningkatkan protokol kesehatan, ojek online lainnya seperti Gojek pun menerapkan hal serupa. Protokol kesehatan yang diterapkan oleh Gojek tidak jauh berbeda dengan Grab. “Pihak Gojek selain meningkatkan protokol kesehatan, mereka juga memberikan masker dan Selain itu, Grab menerapkan standar protokol hand sanitizer kepada penumpang serta mitra

34

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru


Adaptasi Kebiasaan Baru di Pedestrian Malioboro Memasuki era adaptasi kebiasaan baru, kawasan Malioboro menerapkan beberapa aturan guna mencegah adanya penyebaran Covid-19 di daerah tersebut. Kebijakan ini diambil agar masyarakat dapat kembali berkunjung ke Malioboro untuk sekadar berlibur atau mencari beberapa kebutuhan. Selain itu, hal ini juga dilakukan untuk menekan angka pengangguran akibat orang-orang yang kehilangan pekerjaannya sebab tidak bisa berjualan lagi di kawasan pedestrian Malioboro.

I LI ITTAASS M UA MSUYM P RO D U KF A T IS V A R A K AT

Protokol kesehatan di kawasan pedestrian Malioboro terbilang ketat yang diharapkan dapat mengurangi risiko penyebaran Covid-19. Pengunjung akan dicek suhu tubuhnya terlebih dahulu oleh petugas sebelum masuk kesana. Selain itu, pengunjung juga diwajibkan untuk cuci tangan, mengenakan masker, serta melakukan scan QR code. Kegiatan scan QR code bertujuan untuk mendata pengunjung yang datang ke Malioboro. Adanya scan QR code ini membantu mempermudah pelacakan kontak pasien Covid-19. Ini bukanlah kegiatan yang rumit karena pengunjung akan diarahkan oleh petugas untuk melakukan scanning di tempat yang sudah disiapkan. Setelah melakukan scanning, pengunjung hanya perlu mengisi formulir yang berisikan nama dan nomor telepon. Pengunjung yang tidak mematuhi peraturan protokol kesehatan dilarang memasuki area Malioboro. Hal itu bertujuan untuk menghindari adanya penyebaran Covid-19 di area Malioboro. Untuk mendukung hal tersebut, kini di sepanjang jalan Malioboro juga telah disiapkan tempat untuk mencuci tangan. Para petugas Jogoboro pun dibekali dengan alat kesehatan seperti masker, sarung tangan, dan juga face shield. Penerapan protokol kesehatan di Malioboro mendapat respon positif dari beberapa pengunjung. Anang (20) tidak merasa keberatan jika harus mematuhi aturan tersebut. “Menurut saya ini prosedur yang benar untuk menaati peraturan sesuai protokol kesehatan. Selain itu, juga dapat membantu pencegahan penularan penyakit apapun,” ujarnya ketika diwawancarai pada Rabu (19/08).

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru

Edisi Adaptasi Kebiasaan Baru

Pendapat serupa juga disampaikan oleh Risma (19). “Tidak keberatan, itu ‘kan untuk keamanan. Jadi walaupun sudah memasuki adaptasi kebiasaan baru, protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah tetap harus diterapkan untuk kesehatan kita semua,” ucapnya. (Bimo Yogatama, Lingga Prasetya)

35


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.