Majalah Sikap Edisi #2

Page 1



Sikap kembali hadir! Edisi kedua kali ini coba memberikan pemahaman dan gambaran permasalahan UKT( Uang Kuliah Tunggal) kepada pembaca.

Penanggung Jawab Subhan Afifi

Pemimpin Redaksi Aguido Adri

Wakil Pimpinan Redaksi

Harus diakui perubahan status kampus kita dari swasta ke negeri masih meninggalkan persoalan, salah satunya UKT. Sistem ini menjadi kewajiban dan harus dijalani setiap universitas negeri. Dalam “masa peralihan� tidak gampang dan butuh waktu, memang mahasiswa tidak akan bisa melakukan perubahan besar dalam waktu seketika tapi dengan sumbangsih ide dan kontrol dari setiap pergerakan akan mendorong kampus kita ini kearah yang lebih baik. Sedikit tapi itu bermakna besar.

I Ketut Sawitra

Grafis

Layout

Filo Firmansyah

Grafis Visual

Rahma Khairunnisa Giffari Rifki Hidayat

Reporter

Adularia Nastiti A. Ardhike Indah Benny Prasetya Berliyan Ramadhaniyanto Bunga W Kartikasari Intan Maharani Maya Arina P. Setya Indah Isnawaty Syafiul Hadi

Kontributor

FOTKOM

Redaksi

http://www.suarasikap.com suarasikap@gmail.com

Setidaknya tema yang diangkat pada edisi ini juga mengajak teman-teman untuk kritis dan peduli terhadap persoalan-persoalan yang secara langsung bersentuhan dengan civitas akademik.

Pada akhirnya, kepada pembaca selamat menikmati edisi kedua ini. Semoga informasiinformasi yang diberikan bermanfaat untuk kita semua. Selamat membaca.

Salam Redaksi


DAFTAR ISI BERGURU KEPADA ALAM

SELAMAT DATANG MAHASISWA BARU

1

KREASI IMAJINASI ALAM DALAM MANUSIA

2

NYAMAN MENJADI PRESENTER

12

UKT YANG DIPERTANYAKAN

3

KEMERIAHAN HUT HIMAKOM KE-20

13

JURUS-JURUS MAHASISWA

5

CRAST KEMBALI MENGUDARA

14

7

Kejujuran Musikalitas di Tengah Pasar yang Diciptakan

15

UANG KULIAH 45 Kontingen Meriahkan Puncak HUT Yogyakarta

SISTEM UKT 8

PERJALANAN MENCARI CITA-CITA

RUANG

10

6 16 17


1

SELAMAT DATANG MAHASISWA BARU Perubahan status Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) saat ini secara tidak langsung memberi nilai lebih di mata massyarakat dan mahasiswa. Tersematnya kata “Negeri” ternyata cukup “menjual” dan lebih banyak diminati. Contohnya adalah Universitas Pembangunan Nasional (UPN) "Veteran" Yogyakarta. Sekitar 37 ribu siswa SMA memilih UPN sebagai tempat untuk mengenyam bangku kuliah.

Persaingan untuk memperebutkan kursi di UPN tentu semakin ketat hanya dengan dua jalur penerimaan yaitu Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan Seleksi Masuk (SM) UPN. Rektor UPN, Prof. Dr. Ir. Sari Bahagiarti K, M.Sc kemudian meresmikan kurang lebih 3000 mahasiswa baru angkatan 2015 dalam Sidang Terbuka Pengenalan Kehidupan Kampus (PKK). Acara ini juga dihadiri oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu pada Rabu (26/8). Setiap keinginan membutuhkan usaha. Begitu pula saat melakukan tes SBMPTN dan SM UPN. Perjuangan yang besar meninggalkan kepuasan tersendiri bagi Egia Flowrenza, mahasiswa angkatan 2015. Egia (17) mahasiswa komunikasi angkatan 2015 mengatakan status UPN sebagai PTN menarik minatnya. "Saya senang bisa masuk UPN dan akreditas Ilmu Komunikasi juga sudah A,” lanjut Egia Keinginan Egia untuk memelajari dunia broadcasting membuat dirinya memilih Ilmu

Komunikasi saat mendaftar SBMPTN. “Iya, itu pilihan pertama,” tambah perempuan asal Medan ini. Tidak hanya Egia, kebahagiaan juga menghampiri Meby Tri Yuliandari. Ia dinyatakan lolos seleksi sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN setelah menempuh berbagai seleksi masuk. “Dalam dua jalur masuk UPN, saya selalu memilih Ilmu Komunikasi,” ungkapnya. Mahasiswa asal Jawa Tengah ini memiliki cita-cita sebagai produser stasiun televisi. Melalui pencarian informasi di internet dan alumni, ia memantapkan diri untuk menimba ilmu di UPN. “UPN juga salah satu universitas bagus di Jogja,” ujarnya lagi. Perjuangan mahasiswa angkatan 2015 UPN Veteran Yogyakarta tidak dapat dipandang sebelah mata. Kegigihan mereka untuk meraih satu kursi dari ribuan pendaftar di jurusan yang diminati patut diapresiasi. Semoga api semangat untuk meraih cita-cita tidak padam hanya sampai di semester gasal ini. (Bunga & Maya)


Sikap Magz - Uang Kuliah Tinggi - www.suarasikap.com

Kegiatan seni di Froghouse Yogyakarta

2

Kreasi imajinasi alam dalam manusia

Menggali Estetika Sederhana. Estetika dalam kesederhanaan adalah upaya membahas atau mencari atau menyimak atau mempelajari dan menerapkan keindahan dengan material yang ada di sekitar kita agar orang bisa merasakan indahnya kepekaan dan kesadaran lingkungan di sekitar kita, sehingga estetika dan alam menjadi satu kesatuan yang utuh. #Froghouse Menyatu dengan alam, lingkungan tercipta alami dengan ketenangan. Suara angin meniup pepohonan bambu yang berbaris rapi di tepi sungai. Kesan yang terbangun hadir dalam sebuah penciptaan karya, alam memberi ruang kreasi imajinatif oleh seorang pemuda. Dari tangannya membangun sebuah rumah untuk kemudian menjadi tempat berkarya, tidur, makan dan berkumpul. Sebuah tempat tercipta secara fisik meski tak terlihat seperti rumah pada umumnya dan sebuah nama tercipta dan tercetus secara alamiah. Nama dari rumah tersebut adalah Froghouse atau orang juga menyebutnya omahkodok. Cerita berawal dari keinginan Bagus “Bagonk” Prabowo, seorang seniman yang ingin membuat sebuah karya yang bisa berfungsi sebagai tempat tinggal dan ahkirnya dia membuat rumah itu tahun 2012, terletak di Kasongan, Pedukuhan Gesik, Dusun Kalipucang, Kelurahan Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, DIY. Pria lulusan Jurusan Kriya Kayu, Institut Seni Indonesia (ISI) tahun 2007 ini memilih di kasongan karena letak tanahnya yang memang dia pikir strategis di pinggiran kali begog. Bagonk percaya air adalah sumber kehidupan manusia maka kalau rumah dekat sungai itu rejekinya bisa mengalir seperti sungai, yang menghidupi banyak mahluk hidup. Sebelum ada bangunan rumahnya, tanah yang digunakan memang sudah banyak sekali kodok yang hidup mengadu nasib di sekitaran tanah itu. “Jadi istilanya, tanahnya para kodok dan manusia di situ memang hanya numpang hidup bersama. Dan dari situlah terbesit nama rumahnya yang dinamakan Froghouse”, jelas Viga, pemuda yang juga tinggal di Froghouse. Melihat bangunan dari hasil alam ini terkesan lugu dan jujur. Ada sebuah nilai

kesederhanan yang hadir jika melihat isi dalamnya. Tak ada satu pun ruang yang tertutup, kecuali kamar tidur, itu pun tak bisa dikatakan ruang yang tertutup. Rumah yang sangat terbuka, terbuka oleh alam dan manusia. “Keterbukaan, ya kita percaya kalau keterbukaan bisa membuat banyak kemungkinan positif”, ujar Viga. Alam memberi apa yang diinginakan oleh manusia, dan dari alamlah manusia hidup. “Bambu, kayu, dan alang-alang adalah material lokal yang kita gunakan. Semua bermaksud agar kita sedekat mungkin dengan alam biar sama-sama menjaga buat hidup yang baik”, kata pria asal Banjarnegara ini.

Dari konsep keterbukaan pada bangunan Froghouse, situasi dibuat agar yang tinggal disini hangat karena Froghouse mempunyai ruang yang berfungsi sebagaimana mestinya. “Ruang kerja untuk kerja, ruang santai untuk santai, kamar tidur untuk tidur”, lanjut Viga. Rumah Karya dan Apresiasi Bukan semata dari alam manusia belajar, tapi harus juga belajar dari budaya dan tradisi yang itu melekat pada manusia yang hakiki. Disini Froghouse hadir memberi ruang kreasi, kreatif, inspiratif dan belajar bersama untuk mencintai sebuah karya,

cipta dan karsa. Ada banyak media yang hadir disini yang dapat dinikmati dan bisa dijadikan ruang pembelajaran bersama. Froghouse mencoba untuk merekam dan mendokumentasikan peristiwa seni seperti video, foto, tulisan, musik, dan karya seni lainnya. “Intinya sih frog ya tempat atau media untuk berbagi pengalam artis ke aspirator”, kata Viga. Viga juga bercerita bahwa tak hanya orang Indonesia saja yang berkarya disini namun orang asing juga sering terlibat dan berkarya bersama di Froghouse. “Banyaknya dharmamahasiswa asing yang tinggal di kampung sekitar Froghouse juga sangat membantu dalam usaha untuk cross culture jadi semakin banyak teman dan pengalaman yang akan didapat”, ujar viga yang juga berharapan akan terjadi kolaborasi baru seandainya banyak intersaksi didalam peristiwa seni. Nyata terlihat hasil dari perbedaan budaya yang menjadi satu kesatuan. Froghouse sudah membuat konser kolaborasi dengan berbagai negara. Dan dari situ Froghouse sedang mengerjakan album kolaborassi dari croos culture tersebut yang kemudian akan dikerjakan oleh Froghouse music lab (semacam forum yang membahas musik). Tidak hanya itu saja, Froghouse yang digawangi Bagonk berkolaborasi bersama orang Jerman. “Hasil kolaborasinya nanti kemungkinan akan diadakan workshop eco arsitektur bersama arsitek-arsitek dari berbagai negara dan goalnya akan membuat semacam karya arsitektual”, jelas Viga. Pria berusia 24 tahun ini juga berharap acara Froghouse sebisa mungkin dibuat tidak berjarak dengan satu sama lain hal ini untuk menjaga kehangatan suasana yang tercipta. (Ido)


3

UKT YANG DIPERTANYAKAN

Mahasiswa sedang berorasi membeberkan kejanggalan-kejanggalan UKT.

Penerapan kebijakan Uang Kuliah Tunggal atau yang disingkat UKT di Universitas UPN “Veteran” Jogjakarta, menjadi perbincangan hangat di sebagian kalangan mahasiswa. UKT di nilai mengandung berbagai kejanggalan yang patut dipertanyakan. Jum'at, 9 Oktober 2015, tampak sejumlah orang berdiskusi serius mengenai UKT di depan sekretariat Badan Eksekutif Mahasiswa keluarga Mahasiswa (BEM KM) UPN. Beberapa mahasiswa bergiliran angkat bicara menyampaikan pendapatnya, suasana diskusi yang semula adem ayem berubah ketika seorang di antaranya berbicara lantang dengan nada suara yang berapi-api. “Kita bukan bicara gesitnya, kalau bicara terlambat, ya, sangat terlambat. Dari awal sudah saya serukan mari teman-teman kita kawal UKT, tapi sayang mahasiswa belum pada panas menyikapi UKT. Kalau kalian mau bergerak, silahkan. Tapi kalau bicara kebutuhan bersama, kita harus serempak dan bergerak bersama. Tidak bisa hanya dari satu jurusan.” Begitu kata Aris Ingasto, presiden BEM KM UPN “Veteran” Jogjakarta. Kebetulan saat hendak di wawancara, Aris-begitu ia sering disapasedang menerima beberapa mahasiswa dari suatu jurusan, yang meminta bantuan agar perjuangan mereka menuntut transparansi dan rumusan UKT di dukung pihak BEM KM. Diskusi itu berakhir menjelang malam, sejurus kemudian Aris melayani sesi wawancara, saat wawancara dia memaparkan analisanya tentang UKT dengan panjang lebar. Menurutnya banyak kejanggalan yang patut dipertanyakan “Memang sistem UKT di UPN ini banyak kejanggalan. Kejanggalan pertama itu di UPN di temukan banyak biaya yang tidak tepat sasaran. Masak mahasiswa yang penghasilan orangtuanya 2 juta, dapet golongan 5?” Aris juga menambahkan bahwa kasus-kasus demikian akan dilakukan uji banding agar UKT dapat tepat sasaran dan sesuai dengan essensi UKT yang merupakan subsidi silang.

Lebih lanjut, pucuk pimpinan tertinggi mahasiswa seuniversitas ini mengatakan UPN belum menerima BOPTN (Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri), sementara UKT adalah hasil dari BKT (Biaya Kuliah Tunggal) yang diajukan Universitas kemudian dikurangi BOPTN, BOPTN ini merupakan subsidi dari pemerintah. Menurtunya ini adalah sesuatu yang begitu rancu. Aris juga mengatakan UPN tidak mengamanatkan undangundang karena tidak adanya transparansi “Di UPN tidak ada tranparansi, padahal transparansi diatur pada Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik, di undang-undang tentang perguruan tinggi pun itu diatur kok. Mahasiswa berhak untuk itu. Karenanya kita harus terus menuntut transparansi.” Bebernya dengan gaya yang tetap meledak-ledak. Hari mulai gelap saat itu, Aris yang terlihat lelah setelah seharian penuh beraktifitas, menyandarkan diri di tembok seakan tak kuasa lagi menopang beratnya. Setelah menghembuskan asap rokok yang dihisapnya dalam-dalam, dia melanjutkan pemaparannya dengan nada suara yang lebih tenang. Hal terakhir yang menjadi sumber kegelisahannya adalah mengenai kuota minimal 5% untuk golongan 1 dan II yang tidak terpenuhi , menurutnya di Permenristekdikti nomor 22 tahun 2015 pasal 5 menyebutkan UKT kelompok 1 paling sedikit 5 % dari jumlah mahasiswa yang diterima di setiap Program Studi. Tapi di lapangan tidak begitu adanya, dia memberikan Contoh di jurusan Tambang, kelompok 1 hanya 2 orang dari total 110 mahasiswa.


Sikap Magz - Uang Kuliah Tinggi - www.suarasikap.com

Kebijakan UKT pada dasarnya merupakan implementasi dari Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi (UU PT) yang yang terbit pada bulan Agustus 2012. Pada pasal 88 ayat 1 mengatur tentang Biaya Kuliah Tunggal (BKT) yang dipengaruhi oleh indeks yang tertuang. Untuk mendapatkan nominal tarif UKT maksimal, maka BKT tersebut akan dikurangi Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) dari pemerintah. Saat dimintai keterangan mengenai UKT, Wakil Rektor II UPN “Veteran” Jogjakarta, Dr.Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si tidak menanggapi permintaan wawancara dengan alasan sibuk. Namun Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Dr.Drs. Susanta, M.Si bersedia ditemui di ruang kerjanya di lantai 2 gedung Agus Salim Kampus 2 UPN “Veteran” (13/10). Susanta mengatakan BKT di UPN menjadi mutlak karena dana BOPTN belum juga turun. “Kami Sudah berusaha semaksimal mungkin agar semakin banyak mahasiswa yang mendapat golongan paling murah, tapi apa daya, subsidi pemerintah belum ada.” Saat di tanya kenapa, beliau hanya mengatakan bukan pada posisinya untuk tahu hal itu. Dosen jurusan Administrasi Bisnis ini juga menghimbau agar mahasiswa dan orang tua yang ingin mengajukan uji banding agar lebih mengerti akan kondisi keuangan UPN. “Kalau lebih banyak mahasiswa yang menuntut mendapat golongan 1 yang bayar 500 ribu, bagaimana kami akan menutup biaya operasional. Nyatanya dengan 500 ribu, tidak cukup menutup biaya operasional karena lagilagi saya harus mengatakan, UPN belum menerima subsidi dari pemerintah”, tegasnya lagi. Saat di minta konfirmasi mengenai kuota minimal 5% yang di beberapa jurusan yang tidak terpenuhi, Susanta menjelaskan di UPN masih memakai kententuan Permendikbud Nomor 73 Tahun 2014. Dia mengatakan di pasal 4 mengharuskan kuota 5% untuk satu universitas. “Sebelum Permenristekdikti Nomor 22 Tahun 2015 mulai diberlakukan tanggal 4 Agustus, UKT di UPN sudah keluar.” Jelas Susanta. Sementara bagi Ferry Afrianto, mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis yang gigih memperjuangkan transparansi dan rumusan UKT, mempersoalkan kesiapan pihak universitas dalam menyiapkan dan

Kegiatan orientasi mahasiswa UPN “Veteran” Yogyakarta tahun 2015

4

mengeksekusi peraturan. “Kalau alasannya UPN masih dalam tahap transisi, kenapa masalah anggaran tidak disiapkan jauh-jauh hari? Mungkin kalau UPN langsung mengajukan anggaran akhir tahun kemarin, mungkin BOPTN sudah keluar sekarang. Soalnya yang dirugikan adalah mahasiswa sendiri”, terang Ferry. Saat Ferry ditemui di kampus 2 UPN, dia juga membeberkan analisanya mengenai UKT, yang kurang lebih sama dengan yang di paparkan oleh Aris. Tambahan menurut dia adalah Sistem UKT belum mengatur tentang uji banding dengan kondisi-kondisi tertentu. Tidak adanya kejelasan mengenai UKT ini memunculkan gelombang pertanyaan yang menjurus pada spekulasi-spekulasi yang berkembang ditenggah mahasiswa. Aturan undang-undang pun tidak menjelaskan secara terperinci mengenai sistem UKT yang diberlakukan di seluruh universitas negeri ini. Terutama, apakah yang dikatagorikan pada golongan tertinggi (golongan 5) bisa berubah menjadi golongan 4,3,2 sampai golongan 1 atau sebaliknya golongan yang paling rendah bisa berubah ke golongan yang lebih tinggi. Hal ini terkait dengan pendapatan atau penghasilan dari orang tua mahasiswa yang sewaktu-waktu bisa berubah. Susanta memberi argumentasi atas spekulasi yang beredar dari mahasiswa mengenai perubahan golongan ini, “ kemungkinan golongan berubah jika-dalam bahasa hukum-ditemukan fakta baru. Misal bapaknya pengusaha dan usahanya bangkrut, mahasiswa berhak mengajukan uji banding. Pun misalkan dalam kondisi orang tua yang membiayai selama ini meninggal, hal-hal seperti ini akan menjadi pertimbangan dalam uji banding.” Susanta memberikan penyataan tegas terkait UKT sebagai perimbangan atas tuntutan mahasiswa melakukan uji banding agar mendapat golongan kecil bagi mahasiswa yang kurang mampu. Apakah mahasiswa juga akan mengajukan banding apabila usaha orang tua mahasiswa berkembang pesat atau mendapat kenaikan gaji dan pangkat? Bahwa sistem UKT adalah baik untuk mahasiswa yang tidak mampu karena mendapat subsidi dari golongan mahasiswa yang penghasilan orang tuanya masuk katagori golongan 5. (Saw)


5

JURUSJURUS MAHASISWA

Ilustrasi propaganda yang di sebarkan mahasiswa dalam menuntut transparansi dan rumusan UKT

Uji banding, aksi demo, orasi, dan penyebaran pamflet propaganda dilakukan mahasiswa sebagai bentuk protes atas kejanggalan-kejanggalan yang ditemukan pada penerapan kebijakan Uang Kuliah Tunggal (UKT). Suatu siang di awal September, Ferry Afrianto yang tengah enak-enaknya menikmati kopi di kantin kampus 2 UPN “Veteran” Jogjakarta, terkejut dan marah, setelah mendengar pengakuan mahasiswa baru yang merasa di kenakan biaya kuliah lebih dari kemampuannya membayar. Ini lantas menjadi pemantik bagi Ferry dalam memperjuangkan tranparansi UKT. “Mahasiwa baru itu cerita, gaji orang tuanya 1,5 juta rupiah. tapi entah kenapa dia dikenakan golongan 5 yang harus bayar Rp 6.741.000, golongan 5 ini golongan paling tinggi di fakultas kita. ini dapet rumusan dari mana coba? Dan ini bukan hanya 1 mahasiswa, mahasiwa yang lain pun ada yang kasusnya seperti ini.” Terang Ferry saat ditemui di rumah kontrakannya pada tanggal 12 Oktober 2015, yang berada di bilangan Maguwoharjo, Sleman, Jogjakarta. Disertai cita-cita mulia agar si miskin tetap bisa melanjutkan pendidikan dengan

biaya yang sepantasnya, Ferry mulai giat mengumpulkan data-data mahasiswa baru, mempelajari Undang-Undang UKT, dan mengkonsolidasi masa. Setelah semua persiapan dianggap cukup, pada tanggal 28 September 2015, Ferry melancarkan aksi demo menuntut transparansi dan rumusan UKT di gedung Jend. Sudirman (Rektorat) UPN dengan membawa kurang lebih 100 mahasiswa baru. Demo yang tanpa membawa nama lembaga atau organisasi kemahasiswaan itu sendiri berjalan tertib. Ferry dengan 7 mahasiswa lain yang bertindak sebagai perwakilan di terima oleh pejabat teras UPN di ruang transit gedung rektorat, diantaranya adalah Wakil Rektor II, Dr.Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. serta wakil Dekan II Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik, Dr.Drs. Susanta, M,Si. “Kami ke rektorat hanya ingin menuntut tranparansi, rumusan UKT itu seperti apa. Setelah tahu rumusannya seperti apa, baru kami menentukkan sikap. Apakah akan mengajukan uji banding atau tidak. Tapi waktu itu ada sedikit kesalahpahaman, karena dikiranya kami nuduh mereka (birokrasi red.) korupsi, padahal kan engga.” Tutur Ferry dengan nada suara yang tenang. Sayang seribu sayang, usaha mereka me n u n tu n tr a n s p a r a n s i me n g a la mi penolakan, malah mahasiswa dituduh belum membaca undang-undang secara lengkap. Padahal menurut Ferry, transparansi sudah diatur dalam undang-undang keterbukaan informasi public. Mentok di birokrasi kampus, Ferry tak patah semangat. Fokus di alihkan pada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti). Dengan menaiki kereta api dan ditemani 3 kawan seperjuangannya, tanggal 15 September 2015, rombongan bertolak menuju Jakarta u n t u k mengadu dan mencari data-data tambahan s e b a g a i penguat argumen. F e r r y menceritakan bahwa pihak dikti hanya mengatakan untuk menyurati Kemenristekdikti jika apa yang disampaikannya sesuai fakta, karena tanpa surat laporan tidak akan di proses . Ferry juga mengaku di beri semua undang-undang tentang perguruan tinggi dan

mengaku akan tetap melanjutkan aksinya. Serupa tapi tak sama, Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa atau yang biasa di singkat BEM KM UPN “Veteran” Jogjakarta, juga melakukan protes. Bedanya BEM KM langsung menempuh jalur uji banding. Presiden BEM KM, Aris Ingasto mengatakan sebelum Pengenalan Kegiatan Kampus (PKK), Pihaknya sudah mem-follow up bahwasanya ada biaya yang dikenakan pada mahasiswa baru yang tidak tepat sasaran. “Hari pertama tanggal 6 Agustus kami protes ke Warek II, tapi kami ditolak. Katanya ngga ada uji banding. Hari kedua, sambil gontok-gontokkan, akhirnya Warek II bilang uji banding bisa diajukan dan tidak ada batasan waktu. UKT ini kan muncul keluar tanggal 5 Agustus, sedangkan tanggal 7 mahasiswa baru sudah harus melunasi, kalau ngga bayar mahasiswa di anggap gugur. Waktu yang dikasi untuk uji banding cuman 2 hari, kami protes masalah ini. Akhirnya ada perpanjangan waktu pembayaran dan uji banding selama 2 minggu.” Tutur Aris saat ditemui di sekretariat BEM KM, 2 minggu silam. Aris juga mengklaim, pihaknya berhasil melakukan uji banding beberapa mahasiswa baru yang tidak tepat sasaran.menurutnya, dari Kurang lebih 100 mahasiswa baru dibawa untuk uji banding. Ada yang semula harus bayar 9 juta, jadi bayar 1 juta. Ada yang semula bayar 8 juta, jadi bayar 6 juta. Tapi ada juga yang tetap bayar seperti semula. (Saw)

Ferry Afrianto


Sikap Magz - Uang Kuliah Tinggi - www.suarasikap.com

Sistem UKT

Semenjak adanya peralihan status dari swasta menjadi negeri per 6 Oktober 2014, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta (UPN) diharuskan menaati Permenristekdikti (Peraturan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi). Salah satu k e w a j i b a n n y a a d a l a h mengimplementasikan sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT).

Kebijakan UKT pada dasarnya merupakan implementasi dari UndangUndang No. 12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi (UU PT) yang yang terbit pada bulan Agustus 2012. pada pasal 88 ayat 1 mengatur tentang Biaya Kuliah Tunggal (BKT) yang dipengaruhi oleh indeks yang tertuang. BKT merupakan nominal biaya kuliah (sebenarnya) yang diperoleh dari ratarata unit cost Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dikalikan dengan K1, K2, dan K3 yang masing-

masing merupakan indeks dari capaian Standar Nasional Pendidikan Tinggi, jenis program studi (prodi), dan kemahalan wilayah.

BKT= Rata-Rata Unit Cost X (K1) X (K2) X (K3) Indeks capaian Standar Nasional Pendidikan Tinggi dipengaruhi oleh satuan standar yang meliputi standar nasional pendidikan, ditambah dengan standar penelitian, dan standar pengabdian kepada masyarakat. Hal ini tercantum dalam UU PT ayat 1 pasal 18. Untuk nominal indeks jenis program studi dan kemahalan wilayah memiliki variasi yang berbeda. Untuk mendapatkan nominal tarif UKT maksimal, maka BKT tersebut akan dikurangi Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN). UKT= BKT – BOPTN

UKT di UPN “Veteran” Jogjakarta TA 2015-2016 Sumber : biayakuliah.net..

6

Dari perumusan tersebut, tentunya masing-masing Perguruan Tinggi akan memiliki tarif UKT maksimal yang berbeda, bahkan perbedaan tersebut juga bisa terjadi di setiap prodi atau jurusan dalam satu Perguruan Tinggi. Sistem UKT diklaim lebih ringkas dan murah. Mahasiswa tidak lagi membayar uang gedung, SPP Variabel, SPP Tetap dan lain sebagainya karena pembayaran tersebut akan dijadikan satu di bawah label UKT. Dikatakan lebih murah karena adanya subsidi silang antara mahasiswa yang dinyatakan mampu dengan yang kurang mampu. Keringanan biaya ini diharapkan menghasilkan intelektual-intelektual muda tanpa perlu kesulitan mencari dana kuliah. Dalam prakteknya, setiap tahun akan diadakan evaluasi UKT guna memperbarui kebutuhan pendidikan yang berubah setiap tahunnya. Evaluasi tersebut akan tertuang dalam bentuk Permenristekdikti. (Ike & Berly)


.TAJUK

7

Rektorat UPN “Veteran” Yogyakarta

UANG KULIAH

Dalam sebuah laporan majalah Forbes di tahun 2014, beberapa isu strategis yang mengganggu kondisi perguruan tinggi di belahan penjuru dunia di paparkan secara panjang lebar. Salah satu isu yang di bahas adalah ketimpangan pembiayaan, kenapa? Karena jika pada aspek pembiayaan sudah memiliki kendala, output perguruan tinggi akan memiliki masalah. Pembiayaan tidak hanya berimplikasi pada aspek sosial sebuah perguruan tinggi seperti lemahnya daya serap tenaga kerja sehingga menimbulkan masalah sosial, tetapi juga berimplikasi pada kualitas perguruan tinggi secara keseluruhan. (Ahmad Baedowi, Media Indonesia, 12 Oktober 2015.) Sayangnya, anggaran pendidikan tinggi di negara kita kurang mendapat perhatian pemerintah. Betapa tidak, ketika APBN 2016 (Rp2. 121,3 triliun) naik jika dibandingkan APBN-P 2015 (RP1.984, 1 triliun), pagu anggaran pendidikan di kemenristek dan Dikti justru menurun tajam, sebelumnya (2015) sebesar Rp43,6 triliun menjadi Rp38 triliun (pemangkasannya mencapai 12,8%), dan jumlah ini hanya 1,79% dari total APBN 2016. Pemangkasan yang amat signifikan ini membuat para Rektor PTN gundah gulana,

karena di pastikan akan terjadi pengurangan anggaran prioritas, salah satunya adalah biaya operasional kepada perguruan tinggi negeri (BOPTN). Jamak di pahami bahwa uang kuliah tunggal (UKT) adalah hasil dari biaya kuliah tunggal (BKT), yang dikurangi BOPTN yang merupakan subsidi dari pemerintah. Alhasil, kemungkinan besar biaya kuliah di negara kita akan tetap mahal dengan dalih agar biaya operasional PTN terpenuhi. Mirisnya lagi, saat UPN “Veteran” Jogjakarta telah menjadi PTN satuan kerja Kemenristekdikti dan mulai menerapkan aturan UKT. Entah kenapa, BOPTN belum juga turun. Artinya UKT ditetapkan sebelum BOPTN di ketahui. Ini lantas menjadi salah satu kerancuan dalam penetapan UKT di universitas tercinta. Karena secara mekanisme sudah menyalahi aturan. Itu baru salah satu dari sekian kejanggalan yang ditemukan dalam penerapan kebijakan UKT di universitas kita, selain kejanggalan-kejanggalan yang sudah di paparkan di liputan sebelumnya. Ada satu fakta menarik lagi, yaitu orangtua/wali dari calon mahasiswa baru yang dinyatakan lulus seleksi diwajibkan melakukan verifikasi berkas dan penghasilan untuk

biaya pendidikan, akan tetapi saat verifikasi berkas hanya mahasiswa baru yang menghadap tim verifikasi tanpa di dampingi orangtua/wali. Kita sepakat, membebankan setiap kesalahan pada universitas dalam gonjangganjing UKT bukan merupakan langkah bijak. Karena sudah semestinya negara hadir dalam permasalahan ini, terutamanya dengan menyediakan anggaran lebih untuk perguruan tinggi. Pemotongan anggaran negara pada setiap dimensi universitas telah mendorong universitas publik melakukan komersialisasi pendidikan. Apalagi dengan adanya konsep 'otonomi universitas' yang kemudian melahirkan tuntutan kebebasan melakukan apa pun yang dinilai mampu mendorong performa universitas, salah satunya denga menaikkan biaya kuliah, yang pada akhirnya akan merugikan mahasiswa sendiri. Namun, membiarkan begitu saja kejanggalan-kejanggalan yang dilakukan universitas dalam menerapkan kebijakan UKT, sambil duduk manis menikmati minuman dingin dan masakan hangat di sebuah café, adalah langkah yang jauh lebih tidak bijaksana.


Sikap Magz - Uang Kuliah Tinggi - www.suarasikap.com

8

45 Kontingen Meriahkan Puncak HUT Yogyakarta Yogyakarta (7/10), Menjadi puncak acara HUT 259 kota Yogyakarta, Tugu Pal Putih disulap menjadi panggung kehormatan. Pawai berpeserta 45 kontingen mengalir dari Jalan Sudirman hingga Jalan Margo Utomo. Rabu malam lalu, tampak tak seperti hari-hari biasanya. Berbagai macam atribut dan pernak-pernik yang melambangkan ciri khas Yogyakarta mulai menghiasi sepanjang ruas jalan raya. Tak hanya itu, sejumlah elemen masyarakat pun berbondongbondong merias diri untuk ikut andil dalam menyemarakkan puncak acara HUT Kota Yogyakarta ke 259 yang jatuh pada tanggal 7 Oktober 2015, beberapa hari lalu. Meski sempat diundur selama 60 menit tak menyurutkan antusias masyarakat untuk memeriahkan rangakaian acara yang selalu digelar tiap tahunnya ini. Kirab budaya yang akhirnya dimulai pada pukul 19.00 WIB itu tetap saja tak hentinya dipadati ribuan pasang mata. Jalan Jendral Sudirman hingga Jalan Margo Utomo (Mangkubumi) menjadi rute sekaligus

Kemeriahan acara puncak HUT ke 259 Yogyakarta

panggung pawai budaya. Pada pagelaran tahun ini Pemerintah Kota Yogyakarta bersanding dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Yogyakarta mengusung tema “Pesta Rakyat Jogja”. Selaras dengan tema itu, salah satu peserta mengaku senang menjadi bagian langsung dari acara puncak HUT Yogyakarta ke 259 ini. “ Seneng ya,cuma ga enak badan aja jadi gini,” ujar Sri (30). Bak ditanami pagar hidup, pihak keamanan berulang kali menertibkan barisan para penonton yang mulai tak karuan dan berebut untuk berada di posisi terdepan. Terlebih pada kawasan Tugu Pal Putih disulap panggung kehormatan untuk unjuk gigi perserta di hadapan para tamu VIP. Hadir diantaranya Sri Sultan Hamengku Bawono ke sepuluh dan Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti beserta jajaran tamu VIP lainnya. Kata sambutan yang disampaikan secara bergantian oleh keduanya menjadi penanda dimulainya hajatan akbar bagi Warga Yogyakarta ini. Sekitar 4500 peserta yang terbagi dalam puluhan kontingen, antara lain 45

kelurahan, 6 komunitas masyarakat, asosiasi mal serta beberapa delegasi sister city berpartisipasi langsung dalam rangkaian acara kirab budaya. Masing-masing peserta ini menampilkan beragam kesenian yang berkembang sesuai dengan karakteristik Kota Yogyakarta. Menjadi menarik ketika setiap kelurahan mampu meyuguhkan ciri khasnya untuk dapat menarik minat penonton hingga wisatawan. Sejumlah penonton pun mengapresiasi penyelenggaraan acara ini, salah satunya Widodo. Pria paruh baya ini menuturkan bahwa penyelenggaraan pawai budaya tahun ini digelar cukup meriah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. “Pawai ini lebih meriah dibandingkan yang kemarin-kemarin,” tuturnya. Ia pun mengatakan bahwa tahun ini Yogyakarta kerap mengadakan pawai budaya semacam ini, tak hanya pada saat perayaan HUT saja. Namun ia meyakini jika pawai budaya kali ini dirasa mampu menarik banyak pihak untuk terlibat dalam pelaksanaannya.


9

Kemeriahan acara puncak HUT ke 259 Yogyakarta

Yogyakarta Seperempat Milenia Tak banyak orang tahu, mengapa 259 tahun yang lalu tepatnya 7 Oktober dipilih sebagai hari lahirnya Yogyakarta, hari yang tak luput dari sejarah Kasultanan Ngayogyakarto Hardiningrat sendiri. Setidaknya ada dua potongan moment lainnya yang melengkapi puzzle lahirnya kerajaan bercorak islam ini yaitu 13 Februari 1755, dan 13 Maret 1755. 13 Februari 1755, menjadi hari tersimpulnya kerjasama antara Belanda VOC- dan Bendara Pangeran Hario (B.P.H.) Mangkubumi yang nanti bergelar Sultan Hamengku Buwono ke Satu (Sri Sultan HB I). Keduanya bersepakat saling mengukuhkan kekuasaan atas runtuhnya Kerajaan Mataram. Lantas, bekas kekuasaan Kerajaan Mataram dari Sungai Opak ke barat menjadi hak (B.P.H.) Mangkubumi. Sebulan setelah keluarnya Perjanjian Giyanti 13 Maret 1755, (B.P.H.) Mangkubumi memploklamirkan Kasultanan Ngayogyakarto Hardiningrat. Namun saat itu singasana sultan, Keraton Ngayogyakarto Hardiningrat yang sekarang berdiri tegak lurus dengan Jalan Malioboro dan Tugu itu belum didirikan. Sri Sultan HB I sementara tinggal di pasenggrahan Ambarketawang yang sekarang berada tepat di belakang komplek Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Baru tanggal 7 Oktober 1756 keluarga Sri Sultan HB I hijrah ke Keraton Ngayogyakarto Hardiningrat. Tanggal itulah

yang diyakini hingga hari ini disepakati sebagai hari lahirnya Kasultanan Yogyakarta karena Sri Sultan HB I sebagai perlambang sukma dan Keraton Ngayogyakarto Hardiningrat sebagai raga menyatu. Keterangan diatas diambil dan bisa ditemui di Risalah Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No 6 Tahun 2004.Sembilan raja telah berdaulat, dan Sultan Hamengku Buwana ke Sepuluh masih bertengger di singasananya. Bukan juga suatu yang singkat dan mudah mengingat sepuluh generasi yang secara estafet menjalankan roda pemerintahan dinamika masyarakat didalamnya. Kerajaan ini berdiri Jauh sebelum Bung Karno dan Bung Hatta memplokamirkan kemerdekaan Indonesia, dimana Kasultanan Ngayogyakarto Hardiningrat telah diakui oleh VOC sekaligus Pemerintahan Hindia Belanda saat itu. Maka tak ada salahnya jika kelanggengan Keraton Ngayogyakarto Hardiningrat dan rajanya saat ini diperingati dan dimeriahkan. Perjalanan Belum Usai Perjalanan panjang yang membawa Yogykarta pada sebuah perayaan istimewa memberikan ruang untuk masyarakat untuk berpesta menyambut hari jadi kotanya, berkumpul dan terlibat dalam kemeriahan. Ini yang dialami oleh Sri (30), sebagai peserta pawai merasa senang dengan dilibatkan langsung dalam puncak perayaan HUT Yogyakarta ke 259 yang mengusung tema “Pesta Rakyat Jogja”. Nada yang sama

juga disampaikan oleh Edial Rusli salah seorang dosen pengajar di Institut Seni Indonesia Yogyakarta menggangap perayaan tahun ini cukup menarik karena masyarakat dilibatkan secara langsung. “Karena yang membuat itu kebanyakan dari dinas, kemudian ke kecamatan terus ke kelurahan, RT, RW dan diapresiasi bersama dengan keinginan masyarakat bersama,” tutur pria yang juga praktisi seni dibidang fotografi. “Semoga tetap istimewa,” begitu yang diutarakan Sri saat menjawab tentang harapannya untuk Yogyakarta. Berbalik dengan itu menurut Edial yang juga warga Yogyakarta, menjawab Yogyakarta mempunyai tantangan dan pekerjaan rumah yang besar untuk Yogyakarta. “Tentunya jika ini tidak disikapi secara baik, akan mempengaruhi orang yang akan datang ke Yogya dan jengah,” tegasnya. Setelah menggabungkan diri dengan Indonesia, Yogyakarta digempur kedaulatannya oleh Belanda karena menjadi ibu kota negara pindahan dari Jakarta. Tetapi tantangan Yogyakarta kali tak lagi pada moncong senjata, dan perangnya. “Pada kebersihan. Kemudian yang kedua adalah tantangan konsumerisme dan kapitalis yang akan masuk ke Yogya,” lugas Edial yang menyikapi tantangan Yogyakarta di umur yang menginjak seperempat milenium ini. (Benny & Adul)


Sikap Magz - Uang Kuliah Tinggi - www.suarasikap.com

10

Salah satu sudut favorit untuk menikmati senja di Watu Lumbung

BERGURU KEPADA ALAM Semilir angin bukit terasa ketika berada di tempat ini. Pemandangan petak-petak sawah membentuk keindahan tersendiri. Tidak jauh dari area persawahan itu terdapat bibir pantai yang lurus panjang. Pepohonan, tanaman, sawah, langit, laut dan bunyian serangga itulah yang disuguhkan di sini. Matahari mulai tenggelan di ujung laut. Tidak ada suara apapun disini selain suara gemercik air kolam dan juga suara semilir angin yang menerpa pepohonan. Saat-saat seperti ini biasanya menjadi waktu favorit untuk berada di tempat ini sembari membaca buku dan menyerutup segelas wedang serai hangat. Kampung Edukasi Watu Lumbung, dicetuskan oleh orang asli Yogyakarta yakni Muhammad Boy Rifa`i. Tempat ini terletak di Dusun Grogol, Desa Parangtritis, Kretek, Bantul. Memiliki keunikan sendiri yaitu berada di atas ketinggian bukit, sehingga terlihat dengan jelas pemandangan hamparan sawah dan garis pantai selatan. Pengunjung dapat menikmati senja dengan nuansa yang berbeda. Dinamakan kampung edukasi karena tempat ini berkerja sama dengan penduduk setempat dengan tujuan utamanya adalah untuk proses edukasi dan belajar. Orang yang datang kesini akan lebih nyaman belajar bersama alam dan mampu memaknai hidup dengan lebih mudah. Proses belajar di tempat ini menjadi cara lain untuk bersyukur kepada Tuhan.

Banyak fasilitas yang disediakan, yaitu kedai wedangan, kedai susu, guest house, tenda dome, perpustakaan, aula, tempat menonton bareng, dan masih banyak lainnya. Fasilitas-fasilitas tersebut hanyalah berupa bangunan sederhana yang dibangun dari kayu dan beralaskan kerikil dan tanah. Ada hal yang sudah diajarkan dari fasilitas tersebut, yaitu mengajarkan kita tentang kesederhanaan dan bersatu dengan alam. Edukasi yang diajarkan bukan seperti pelajaran teoritis di sekolah ataupun di bangku kuliah. Pengunjung akan diajarkan bagaimana rasa bersyukur dan peka terhadap lingkungan sekitar. Ditemui pada Minggu sore (11/10), pengelola kampung edukasi, Josua Sriyanto atau biasa dipanggil Kentank, mengatakan bahwa tidak semua pengunjung menjadi sasaran utama dalam pembelajaran. “Memang tidak semua pengunjung kami sasar, hanya beberapa pengunjung saja yang mau dan peka terhadap beberapa hal disini kemudian bertanya baru kami ajarkan banyak edukasi,� tambahnya. Salah satu pembelajaran di Kampung Edukasi Watu Lumbung ini yaitu setiap pengunjung yang datang akan diwajibkan menanam benih tanaman yang sudah disediakan kemudian ditanam.


11 “Mereka harus tahu apa yang ditanam dan berapa lama tumbuhnya, yang selanjutnya tanaman atau hasilnya akan di display di pinggir jalan,” Jelas Kentank. Ia juga menambahkan bahwa maksud dari pembelajaran tersebut yakni pengunjung tahu bagaimana cara menanam benih dengan baik dan benar serta mengajarkan bahwa ia sudah meninggalkan hal positif dari tempat ini. Edukasi lainnya yaitu tidak banyak aturan-aturan secara tertulis di Watu Lumbung ini. Boy Rifai, selaku pemilik tempat edukasi ini mengatakan bahwa setiap pengunjung yang datang akan diajarkan rasa peduli, rasa bersyukur dan peka terhadap lingkungan sekitar. “Mereka yang sadar akan lingkungan sekitar otomatis tidak akan buang sampah dan putung rokok sembarangan, karena disini sudah disediakan tempat sampah dan asbak disetiap sudut tempat,” ungkap Boy. Banyak edukasi yang dapat diambil dari tempat yang diresmikan bulan Januari 2015 ini. Segala macam tanaman dan hewan yang tidak biasa hidup di lingkungan habitatnya, ditempat ini diajarkan bahwa tanaman dan hewan tersebut mampu bertahan hidup diluar habitatnya. Misalnya di tempat ini terdapat budidaya ikan sidat dan kepiting serta tanaman mangrove yang mampu hidup di air tawar. Boy ingin menunjukkan bahwa segala hal dapat dipelajari dari alam dan tidak ada yang mampu menandingi alam. Pada kenyataannya, beberapa dari pengunjung tidak mengetahui bahwa tempat ini adalah kampung edukasi. Mereka mengira tempat di atas bukit dekat Jembatan Kretek ini hanyalah tempat melihat senja sembari menikmati makanan tradisional yang tersedia. Salah satu pengunjung yaitu Yoga, mengatakan bahwa ia tidak tahu bahwa tempat ini adalah tempat edukasi. “Saya sudah kesini untuk kedua kalinya, banyak perubahan dan semakin bagus tempatnya, tapi saya tidak tahu kalau disini ada edukasinya juga, yang saya tahu hanya tempatnya bagus buat nongkrong sore,” ungkapnya. Melihat kenyataannya seperti ini tidak menyurutkan semangat Boy dan Kentank untuk tetap memberikan pembelajaran moral yang tidak diajarkan di dunia pendidikan formal. Bagi keduanya pendidikan moral jauh lebih penting dalam bersosialiasi dan bermasyarakat. (Indah & Adul)

Minuman serai yang disajikan menggunakan gelas tanah liat

Salah satu perpustakaan sederhana yang masih dalam tahap perkembangan

Fasilitas bangunan yang digunakan untuk pameran foto


Sikap Magz - Uang Kuliah Tinggi - www.suarasikap.com

Nama Tempat, Tanggal Lahir Kegiatan

Prestasi

12

: Dinta Amalina Sulthoni : Yogyakarta, 28 September 1994 : Mahasisiwi aktif di Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta, Aktif di UPN TV, News Anchore di TVRI, Bimbingan Belajar Bahasa Inggris, Travelling. : - 1st Winner of Journalistic Competition Comminfest 2015 - 2nd BNI Co-creators Marketing Plan Competition 2015 Regional Yogyakarta by Marketeers

Dinta Amalina Sulthoni :

Nyaman Menjadi Presenter Kurang dari setahun menjadi presenter di Televisi Nasional Republik Indonesia (TVRI) Yogyakarta, Dinta telah membawakan 3 program acara. Ketelatenan orang tuanya untuk mengarahkan Dinta menemukan bakatnya sejak SMP berbuah manis. Saat ini Dinta menikmati aktifitasnya sebagai presenter dan mahasiswa. Dinta Amalina Sulthoni atau akrab disapa Dinta merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta angkatan 2013. Wanita kelahiran Yogyakarta 21 tahun silam ini mulai berkenalan dengan dunia penyiaran sejak memasuki bangku SMA. Dia mengaku menjadi presenter bukanlah cita-citanya. Tetapi setelah terjun ke dunia penyiaran, dirinya merasa nyaman dan akhirnya menjadikan hal tersebut sebuah hobi. Titik yang dia pijak saat ini tentu tidak diraih dengan mudah, Dinta telah melalui berbagi macam pelajaran dan pengalaman yang menarik untuk disimak. Pada awalnya Dinta diarahkan oleh Ibunya ke dunia modeling dan teater, namun ayahnya kurang setuju. Akhirnya ia kemudian beralih ke dunia broadcasting yaitu menjadi presenter dan news anchor. Untuk menjadi presenter, Dinta mengakui bahwa awal mulanya masih kesulitan karena belum mendapatkan feel seorang presenter. “Aku jadi nyaman banget dengan duniaku sekarang karena ketika di RBTV dapat program kuliner, dari situlah aku jadi suka,” ungkapnya ketika ditemui di sebuah café, Selasa (13/10). Sebelum di TVRI, Dinta sempat menjadi presenter di Retjo Buntung Televisi (RBTV) Yogyakarta selama satu tahun. Disana ia dididik menjadi seorang presenter dan news anchor. Namun karena kesibukannya mempersiapkan ujian sewaktu kelas XI SMA, akhirnya ia memutuskan untuk vakum sementara dari RBTV. Setelah masuk ke bangku kuliah, Dinta berniat ingin kembali ke dunia broadcasting dengan bergabung di UPN TV. Kesempatan emas datang ketika ada acara Open Recruitment TVRI Goes To Campus yang meloloskannya masuk ke TVRI. Belum genap satu tahun, Dinta sudah memegang 3 program sekaligus di TVRI, yakni Jogja Dalam Berita, Sportivo, Indonesia Membangun. “Untuk program Jogja Dalam Berita itu live, Sportivo itu program olahraga sedangkan Indonesia Membangun merupakan program tapping dan disiarkan secara nasional,” jelasnya. Bakat yang dimiliki Dinta ini tidak lepas dari peran orang tua

dan keuletan dirinya. Ditambah lagi ia masih menjadi mahasiswa aktif di UPN Veteran Yogyakarta. Mahasiswa konsentrasi Public Relations ini mengaku cukup mudah dalam membagi waktu antara kuliah dan menjadi news anchor. “Kalau dulu di RBTV kan mereka yang ikuti jadwalku, kalau di TVRI sekarang kan sistemnya kontrak, jadi tahu jadwalnya dengan begitu aku bisa bagi waktu,” ungkap gadis yang menyukai travelling ini. Menjadi seorang news anchor memanglah tidak mudah. Setiap saat Dinta tetap harus berlatih Public Speaking agar tidak canggung di depan kamera. Untuk itulah ia memilih jurusan Ilmu Komunikasi konsentrasi Public Relations. “Pada dasarnya kan aku diarahkan memang masuk ke PR, sementara ilmu broadcasting dan jurnalistik sudah aku dapatkan ketika di TV, makanya aku pengen nambah pengetahuan yang lebih luas lagi”, tambah Dinta sambil tersenyum. Dilihat dari kacamata teman-temannya pun Dinta memang terkenal pribadi yang selalu semangat dan pantang menyerah. “Dinta itu anaknya nggak gampang menyerah, selalu ada usaha lebih untuk mendapatkan sesuatu,” ungkap Deohan, salah satu teman dekat Dinta. Ia juga menambahkan bahwa bangga mempunyai teman seperti Dinta, karena membawa dampak postif bagi teman-teman disekelilingnya untuk terus semangat dan belajar bersama. Meskipun Dinta sudah mempunyai pengalaman banyak di dunia broadcasting, namun tidak menutup kemungkinan masih melakukan kesalahan. Ia mengakui bahwa ketika membawakan berita harus dengan metode menghafal karena tidak berfungsinya teleprompter. Namun dengan kekurangan itu ia menjadi lebih menguasai materi. Dinta juga berharap bahwa ilmu parktik yang sudah ia dapat ini bisa di bagikan kepada teman-temannya, bahwa dunia praktik lebih penting dibandingkan ilmu secara teoritis. Berdasarkan ilmu yang Dinta peroleh, ia juga membagikan tips bagi siapapun yang ingin belajar menjadi news anchor, presenter ataupun sekedar bicara di depan umum. “Pertama itu kita harus siapin dan pahami materi yang akan disampaikan, kedua bawakan materi itu dengan santai karena akan terlihat berwibawa dan nyaman, ketiga perbanyaklah pengalaman,” ungkapnya. (Indah & Berly)


13

KEMERIAHAN HUT HIMAKOM KE-20 Rangkaian acara ulang tahun Himpunan Mahasiswa Komunikasi (HIMAKOM) UPN “Veteran” Yogyakarta yang ke-20 mencapai puncaknya. “Develop Your Creativity” adalah tema yang diusung pada perayaan kali ini. Malam puncak HUT HIMAKOM (10/10) menjadi penutup rangkaian acara yang telah dimulai sejak 19 September. Cukup banyak kegiatan yang dilakukan untuk menyambut hari lahir himpunan mahasiswa komunikasi diantaranya: turnamen futsal dan bulutangkis, fotografi, seminar dan menulis artikel. “Mahasiswa sangat antusias pada rangkaian acara HUT ini terlebih ketika acara puncaknya” ujar Aurelius abell sebagai anggota sekaligus Panitia saat ditemui di acara puncak Himakom. Kemeriahan HUT malam itu diramaikan oleh band dari KSM Avikom, 5 berbatang dari Hubungan Internasional (HI), dan band dari jurusan lainya. Penonton diajak untuk bersenang ria dan bernyayi bersama. Tidak sampai disitu saja, kemeriahan berlanjut pada acara dangdutan. Banyak dari mahasiswa dan pengunjung berjoget bersama seakan melepas kepenatan tugas-tugas kuliah mereka. Dalam HUT kali ini ada sebuah harapan besar menyertai perjalanan HIMAKOM. Seperti yang dikatakan oleh Abel, “melalui HUT ke-20 ini semoga semakin Baik, Mahasiswanya tetap kreatif dan selalu berkarya. Acara ini juga sudah disusun lama oleh Panitia pelaksanaan dan dananya sendiri didapat dari Kampus, Jurusan, Sponsor dan dari Panitia sendiri (Himakom)”. Semoga dengan bertambahnya usia Himakom, membuat relasi-relasi dikampus semakin dekat, menjadi saluran keluh kesan Mahasiswa terhadap Kampus, dan menjadi Mahasiswa yang Kreatif seperti tema dalam HUT Himakom ini. (Monika)

Kemeriahan HUT HIMAKOM Ke-20


Sikap Magz - Uang Kuliah Tinggi - www.suarasikap.com

14

CRAST KEMBALI MENGUDARA

Pengurus Crast FM

Setelah lama tidak melakukan kegiatan persiaran, kini radio komunitas kampus komunikasi UPN “Veteran” Yogyakarta akan memberikan warna baru dalam mengisi kegiatan mahasiswa di kampus Komunikasi UPN “Veteran” Yogyakarta. Walaupun sering mengalami kendala, lantas tidak membuat turun semangat para penggurus crast untuk tetap berkarya melalui program-program siaran mereka. Crast yang berdiri sejak tahun 2003 sempat mengalami kerusakan pada pemancarnya sehingga aktivitas bersiaran terpaksa berhenti. Di temui disela-sela perkuliahan, Akmal Musyadat menjelaskan adanya kendala di pemancar yang membuat crast sulit untuk bersiaran. Akan tetapi setelah semua kembali normal, Crast dapat bersiaran kembali dengan isi acara yang lebih menarik dan bermanfaat. Crast mengaggas sebuah acara yang bernama NGOBRAS yaitu Ngobrol Ringan Atasi Masalah. “Kita ada sebuah acara yang bernama NGOBRAS”. Ngobras ini sendiri berkonsep dialog interaktif yang disiarkan setiap hari Senin yang akan membahas isu-isu yang berkembang di seputaran kampus dengan menghadirkan bintang tamu sebagai narasumbernya,” kata Akmal. Tidak hanya itu sebagai Humas Crast FM, Akmal mengungkapkan pula bahwa Crast sedang membuat gebrakan Ayo Dengar Radio. “kegiatan ini bermaksud untuk mengajak anak-anak muda untuk mendengarkan radio,”jelasnya lagi. Ada satu kegiatan dari Crast lagi yang diperuntukan bagi mahasiswa UPN VETERAN YOGYAKARTA khusunya mahasiswa komunikasi yaitu Crast Challange. Kegiatan ini membuka peluang untuk mahasiswa UPN khususnya mahasiswa komunikasi untuk merasakan bagaimana menjadi penyiar radio. Kegiatan ini tentunya sangat positif bagi mahasiswa UPN VETERAN YOGYAKARTA selain untuk memanfaatkan fasilitas yang ada di kampus mahasiwa juga dapat belajar bagaimana menjadi penyiar di salah satu Radio. (Putri) Kegiatan salah satu penyiar Crast FM


.RESENSI

15

Kejujuran Musikalitas di Tengah Pasar yang Diciptakan

Sebagaimana musik adalah cermin kejujuran. Dalam musik yang jujur mengandung pesanpesan yang tak pernah kabur. Lagu, manifestasi sebuah karya seni yang membungkus sandi-sandi lepas di udara, mengawang untuk menceritakan sesuatu. Di tengah-tengah pasar yang bisa diciptakan, seniman musik berlomba-lomba memasarkan karya mereka. Tak peduli jujur, asalkan laris Artwork single 'Putih' sekujur. Sebuah band trio pop minimalis asal Jakarta, Efek Rumah Kaca adalah salah satu band yang menuntut sebuah kejujuran dalam bermusik. Musik mereka selama ini terkesan sinikal, bukan hanya bergaya satir melainkan langsung melucuti telinga-telinga dengan lirik yang kritis. Setelah kurun waktu tujuh tahun sejak album Kamar Gelap dirilis, Efek Rumah Kaca kembali menelurkan karya dalam single terbarunya. Semacam elaborasi seni suara yang meleburkan dua lagu menjadi satu, single pertama mereka yang bertajuk 'Biru' disuguhkan ke telinga pendengar. Dalam lagu terbaru mereka yang berjudul 'Biru', Efek Rumah Kaca membuatnya dengan menyatukan dua buah lagu di dalamnya. Pasar Bisa Diciptakan merupakan bagian dalam lagu 'Biru' tersebut yang dilanjutkan dengan lagu Cipta Bisa Dipasarkan. Tentu saja, dalam single ini telinga kita disadarkan pada musik Efek Rumah Kaca yang khas dengan lirik penuh pemikiran. Esensi dari kejujuran bermusik inilah yang tertera dalam single 'Biru� ini. Selain single 'Biru', Efek Rumah Kaca juga meluncurkan single lainnya yang juga mengambil dari salah satu nama warna. 'Putih' adalah single hasil elaborasi dari dua fragmen lagu. Pada lagu 'Putih', Efek Rumah Kaca sendirinya mengisahkan 'Putih� sebagai cerita hidup dan mati. 'Ada' dan 'Tiada' menjadi cerita dalam 'Putih'. Silih bergantian hidup dan mati serta maknanya seakan mengalir dalam balutan musik yang terus didendangkan Artwork single 'Biru' oleh Cholil, Adrian, Akbar, Poppy (additional), dalam Efek Rumah Kaca. Adalah sesuatu yang baru jika kita melihat halhal semacam ini dalam sebuah karya seni yang paling populer diantara seantero manusia di muka bumi. Lagu-lagu yang selama ini didengarkan oleh para pemusiknya terdengar hanya sebatas itu-itu saja. Merujuk pada pasar yang bergerak terlalu mengadaada. Lagu-lagu tentang cinta melulu diterbangkan bagai debu yang tak habis seakan tak ada perihal lain selain cinta. Padahal untuk sebuah jatuh cinta kita hanya perlu bersikap biasa saja. Dimana dunia sudah sangat kapital, musik juga semakin jauh dari akal. Adalah jujur yang perlu. Tak semerta-merta laku..

(Fiul)

Triopop minimalis Jakarta, Efek Rumah Kaca


.CATATAN

Sikap Magz - Uang Kuliah Tinggi - www.suarasikap.com

Perjalanan Mencari Cita-Cita

(Ike)

Jalan untuk mencapai cita-cita kebanyakan memang tidak mulus. Ada saja kerikil-kerikil tersebar menyakiti telapak kaki kita. Tidak jarang batu besar menghadang di pertengahan jalan supaya kita tidak dapat lewat.

Perubahan status Universitas Pembangunan Nasional (UPN) "Veteran" Yogyakarta dari Perguruan Tinggi Swasta (PTS) menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) juga menghadapi banyak masalah. Penetapan Uang Kuliah Tunggal (UKT) menjadi isu hangat di kalangan mahasiswa. UKT yang tidak jelas, tidak tepat sasaran, tidak transparan dan kata tidak lainnya menghinggapi pemikiran mereka yang disebut aktivis mahasiswa. Tuntutan agar kampus menerapkan sistem demokrasi bergema di setiap sudut gedung perkuliahan. Ketidakpuasan mahasiswa terhadap sistem yang kurang tertata tampak jelas dalam gerak-gerik individu para pemikir.

Untuk mengurangi rasa sakit akibat sebaran kerikil di jalan, tentu kita menggunakan sandal. Para calon pemikir bangsa, yang selalu mengajak rekannya memikirkan nasib kampus kesayangan berusaha untuk mencari kejelasan dalam kegamangan. Perihal UKT, jika perlu mengkaji UndangUndang, maka kajilah UU tersebut. Hasil kajian ini menjadi pemahaman dan pemahaman adalah alas kaki demi UPN yang lebih baik dan sukses. Ya, secara eksplisitnya dinamakan bicara dengan fakta dan logika atau akan disebut hoax.

Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Sederhananya ya lain tempat lain juga pemikirannya. Di kampus ribut UKT, di tempat bernama Sekolah Menengah Atas (SMA) banyak mantan murid kelas 12 was was mengantisipasi Seleksi Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Namanya tercantum atau tidak di jurusan yang dipilih. Kalau ada berarti perjuangan mencari kampus sudah selesai dan perjuangan lain sudah menunggu. Kalau belum, bisa dicari lagi univesitas yang pas. Dicari lagi loh ya bukan minta Allah cek-in takdir siapa tahu ada yang salah.

Lain lagi dengan mahasiswa yang telah memindah kuncir toga dari kiri ke kanan. Calon tenaga kerja ini sudah diharuskan keluar dari dunia pendidikan dan mulai mengimplementasikan ilmu dari kampus. Dengan arti lain, mereka akan bertemu situasi dan orang yang berbeda beserta cara penyelesaian masalah yang berbeda pula. Keluar dari zona nyaman? Bisa dibilang begitu. Ada yang menyikapinya dengan optimis, ada yang takut, ada yang cuek, ada juga yang pesimis. Mau tidak mau harus dijalani bukan? Kalau tidak, kapan majunya?

Poinnya, setiap perjuangan akan memiliki makna bagi masing-masing individu. Kalau kata pepatah remaja masa kini: "keep calm and life must go on�

16


.RUANG

Foto: Bagus Arif

17


.RUANG

Sikap Magz - Uang Kuliah Tinggi - www.suarasikap.com

18

Ketekesu

Rising Star

Foto: FOTKOM

Old Man

Sedang Ingin Bercinta


.RUANG

19

5 waktu

Sebentar saja aku singga Ternyata banyak cerita Flaura dan fauna menguntitku Aku masih mati rasa

Lupa tunduk, lupa berdoa Sebentar saja terasa lama

oleh Zakarial



Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.