Edisi 23/Tahun VI/Desember 2010

Page 1

Edisi 23/Tahun VI/Desember 2010

Masyarakat Kampung Bustamas kini tau betul manfaat penting Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas). Selain bisa menyehatkan lingkungan, ternyata program itu juga bisa digunakan memenuhi kebutuhan listrik.

10

Wawancara Direktur Pengkajian Energi UI

Ini Soal Teknologi dan Ekonomi

Halaman

4

Besar pasak daripada tiang. Konon demikian kondisi dunia kelistrikan Indonesia.

Direktur Pengkajian Energi UI

Prof. Dr .Ir. Iwa Garniwa MK, MT

Terang Terus dengan Listrik Alternatif Menerangi Bumi, Pacu Roda Ekonomi Kebutuhan listrik di Indonesia terus i k seiring i i pertumbuhan b h ekonomi k i meningkat nasional. Oleh karena itu, ketersediaan listrik menjadi prioritas utama program pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu II. "Pemerintah akan meningkatkan daya listrik di Indonesia. Kita meningkatkan kapasitas listrik ini, agar bisa memenuhi kebutuhan riil, industri, rumah tangga, komersil, dan lainnya," ungkap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhir tahun lalu. Pemerintah memang tak berhenti berupaya meningkatkan daya listrik di Indonesia, karena listrik bisa memajukan pertumbuhan perekonomian dan peningkatan iklim investasi. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan bahwa Undang-undang Kelistrikan yang baru memungkinkan pemerintah daerah bekerja sama dengan swasta.

"Pemerintah tidak mungkin hanya d lk mengandalkan PLN untukk memasokk listrik di seluruh Indonesia," jelasnya. Secara khusus, Menteri Negara BUMN Mustofa Abubakar mengatakan, pemerintah daerah dapat mengajak Bank Pembangunan Daerah guna membangun instalasi kelistrikan. Pentingnya pasokan energi listrik yang kontinyu dan berkualitas memang menjadi tuntutan yang harus dipenuhi oleh PLN sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) di Indonesia. Sejuta Sambungan Direktur Utama PLN, Dahlan Iskan menargetkan tahun 2030 seluruh wilayah di Indonesia telah teraliri listrik. Visi ini tidak main-main dicetuskan. Ini terlihat saat perayaan hari Listrik Nasional 27 Oktober lalu dimana PT.

PLN menggelontorkan gerakan “Sehari Sejuta Sambungan”. S j S b ” "Gerakan sejuta sambungan itu salah satu tujuannya adalah untuk mengakhiri transaski gelap sambungan listrik oleh oknum-oknum PLN," katanya saat Pameran Kelistrikan 2010 di Gelora Bung Karno, Oktober lalu. BUMN energi itu juga mendorong tumbuhnya sambungan baru, khususnya bagi pelanggan industri dan komersial agar bisa memacu dan mendorong roda perekonomian bergerak lebih cepat. “Ini sekaligus menciptakan lapangan kerja baru. Listrik merupakan infrastruktur vital untuk mendorong bergeraknya roda perekonomian,” ujar Dahlan Iskan. Diluar pulau Jawa, PT. PLN juga terus meningkatkan upaya dan pelayanannya terhadap kebutuhan listrik. Di Riau dan Kepulauan Riau misalnya, PLN akan menyambung

sekitar 32 ribu sambungan dari 115 ribu calon pelanggan. Di Kepulauan Riau, dari target 4000 sambungan pelanggan, hingga akhir Desember 2010 ini bahkan telah tersambung sebanyak 4951. Penyambungan ini tersebar di berbagai pulau di Kepulauan Riau seperti pulau Bintan, Karimun, Tanjung Batu, Dabo Singkep. Di Makassar Sulawesi Selatan, sekitar 25.603 pelanggan yang tersebar di Kota Makassar, Maros, Gowa, Pangkep, dan Takalar, bahkan hingga dusun-dusun terpencil di Kabupaten Barru seperti desa Palakka, tepat perayaan Hari Listrik 2010 lalu, telah teraliri listrik. Seperti semboyan PT. PLN “Siang hari, ketika orang-orang giat bekerja. Dan malam hari ketika saatnya berkumpul keluarga, kami tetap bahu membahu menjaga agar listrik tetap menerangi bumi Indonesia. Semua itu agar perekonomian bergerak, pendidikan berjalan, roda bisnis berputar. Sehingga kehidupan Indonesia menjadi lebih baik. (tr)

Foto : ABC rural

Halaman

Sanimas "Plus-Plus"


2

Edisi 23

Beranda

www.bipnewsroom.info

Tahun VI Desember 2010

Membudayakan Listrik Alternatif Tak bisa dimungkiri, kemampuan negara dalam menyediakan listrik masih terbatas. Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai penyedia listrik utama memang terus berupaya memenuhi kekurangan listrik dengan membangun pembangkit listrik baru dan merenovasi serta merevitalisasi pembangkit listrik lama. Selain itu, mengembangkan pusatpusat listrik baru, baik yang bertenaga energi tak terbarukan maupun terbarukan. PLN juga terus melakukan perbaikan pelayanan, termasuk meningkatkan jumlah sambungan baru. Akan tetapi, berbagai upaya tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan listrik bagi seluruh masyarakat secara adil dan merata. Salah satu penyebabnya, kerja keras PLN dalam menyediakan listrik belum didukung perilaku hemat listrik di kalangan konsumen. Bahkan bisa dikatakan beban terberat PLN sesungguhnya bukan pada ketersediaan listrik itu sendiri, namun karena ketidakmampuan dan ketidakmauan masyarakat untuk menggunakan listrik secara efisien. Imbauan untuk berhemat listrik sudah sering disampaikan, namun hasilnya masih jauh panggang dari api. Perilaku masyarakat dalam menggunakan listrik masih tetap boros dan “jorjor�-an. Padahal jika arus listrik yang hilang (losses) akibat pemborosan bisa ditekan, kemampuan PLN dalam melayani kebutuhan listrik masyarakat bisa naik secara signifikan. Di sisi lain, peran masyarakat untuk turut serta menyediakan listrik secara mandiri belum maksimal. Kendati di beberapa daerah berbagai kelompok masyarakat sudah mulai menggunakan listrik alternatif non-PLN, akan tetapi jumlahnya masih sangat kecil. Dengan kata lain, penggunaan listrik alternatif masih belum menjadi budaya masyarakat. Dari waktu ke waktu ketergantungan masyarakat terhadap listrik PLN masih tetap tinggi. Melayani pelanggan dalam jumlah sangat besar membuat posisi PLN dengan segala keterbatasannya menjadi sangat berat. Di satu sisi PLN dituntut untuk terus meningkatkan kemampuan agar bisa melayani seluruh masyarakat tanpa kecuali, namun di sisi lain PLN harus menghadapi berbagai kendala baik yang bersifat teknis maupun

Bravo Sepak Bola Indonesia Selamat buat tim nasional sepak bola Indonesia. Kemajuan besar untuk dunia sepak bola Indonesia, Malaysia tertinggal jauh, Laos mampu ditumpas, Thailand dibabat. Bangga rasanya atas prestasi yang berhasil ditorehkan tim nasional Indonesia di Piala AFF 2010. Mudah-mudahan supporter kita tidak lagi brutal dan ke depan bisa lebih elegan untuk mendukung tim kebanggaan Indonesia. Sony via bip@depkominfo.go.id

Pencabutan BBM Bersubsidi

desain: f.dewi.m foto: agus

Rencana pemerintah untuk mencabut subsidi BBM bagi kendaraan berplat hitam atau mobil pribadi awal tahun 2011 harus benar-benar harus

diperhitungkan matang. Sebagai pengguna kendaraan pribadi saya sebenarnya merasa berat dengan pembatasan tersebut, karena bisa menguras kantong untuk bahan bakar kendaraan. Namun saya juga setuju karena selama ini dapat dikatakan penikmat BBM bersubsidi adalah kalangan atas. Mereka yang notabene mampu membeli bahan bakar tanpa subsidi. S a y a b e r h a r a p sebelumrencana itu dilaksanakan, pemerintah lebih dahulu melakukan kajian terhadap transportasi umum serta mengatur mekanisme penggunaan mobil pribadi. Pemerintah juga harus memperbaiki fasilitas trasnportasi publik. Selama ini transportasi publik dirasa tidak nyaman, sehingga masyarakat lebih memilih berkendaraan pribadi. Pelaksanaan teknis pembatasan BBM pun harus benar-benar diperhatikan agar tidak menguntungkan pihak lain. Hal yang saya takutkan adalah kebijakan pembatasan ini sebagai media merauk keuntungan lebih

Kerja keras PLN dalam menyediakan listrik belum didukung perilaku hemat listrik di kalangan konsumen. Bahkan bisa dikatakan beban terberat PLN sesungguhnya bukan pada ketersediaan listrik itu sendiri, namun karena ketidakmampuan dan ketidakmauan masyarakat untuk menggunakan listrik secara efisien

nonteknis yang kebanyakan muncul dari kalangan masyarakat pemakai. Jelas bahwa permasalahan listrik secara keseluruhan tidak dapat diselesaikan sendiri oleh PLN, namun secara proaktif harus melibatkan masyarakat sebagai pengguna listrik. Selain menerapkan hemat listrik secara konsekuen dalam kehidupan sehari-hari, peran serta masyarakat untuk turut menyediakan listrik alternatif secara mandiri sangat diperlukan. Masyarakat sejatinya dapat mendukung ketersediaan listrik secara berkelanjutan dengan menciptakan pembangkit listrik secara swadaya sesuai potensi yang ada di wilayah masing-masing. Sebagaimana diketahui, hampir seluruh wilayah di Indonesia memiliki potensi alam yang dapat dikembangkan menjadi sumber energi listrik. Sungai-sungai berair deras dan berjeram, misalnya, dapat ditemukan di mana-mana. Sungai semacam itu dapat dijadikan pembangkit listrik tenaga mikrohidro. Sebagai negara tropis, Indonesia juga kaya sinar matahari yang potensial dijadikan sumber

besar, karena orang dipaksa untuk membeli minimal pertamax. Farid Hamzah via bip@yahoo.com

Iklan Menipu Seiring dengan meningkatnya persaingan di dunia usaha, garis batas antara 'iklan' dan 'penipuan' sudah menjadi semakin tipis. Tapi menurut saya, adalah industri telekomunikasi yang telah sepenuhnya menghapuskan batas antara kedua hal tersebut. Contohnya saja paket Internet diiklankan dengan kecepatan 'up to 384 kbps' (ini kira-kira 48 kBps), tapi ternyata dalam 'terms and condition' disebutkan bahwa itu sepenuhnya tergantung pada banyak hal, termasuk banyaknya user lain di kawasan tersebut. Sebenarnya dalam kenyataan lapangan, dari seluruh area di Indonesia berapa banyak sih yang betul-betul mendapatkan

e energi listrik tenaga surya. Sementara tenaga a angin, pasang-surut, biogas, yang ada di seluruh w wilayah Indonesia dapat pula dimanfaatkan untuk s sumber energi listrik. Sesuai konsep pemberdayaan, masyarakat d dapat mengupayakan pembangkit listrik dengan k kemampuan dan kemauan sendiri, dengan sumber d daya yang ada di sekitar, serta dimanfaatkan u untuk kebutuhan mereka sendiri. Keterlibatan n negara dalam penyediaan listrik alternatif ini s sebatas memfasilitasi agar proses pembangunan p pembangkit bisa lancar dan cepat selasai. S Selebihnya, masyarakat sendiri yang akan m mengurus dan mengelolanya. Beberapa kabupaten dan kota di Indonesia t telah berhasil mengupayakan listrik alternatif t terutama yang bertenaga air kecil atau mikro-hidro. L Listrik yang dihasilkan terbukti mampu memenuhi k kebutuhan masyarakat di tingkat desa, kampung, RT a atau minimal kelompok komunitas tertentu, dengan b biaya beban yang sangat murah. Listrik alternatif ini s secara nyata telah mengurangi beban daya yang h harus ditanggung PLN sehingga memungkinkan perusahaan ini menyalurkan listrik ke kelompok masyarakat lain yang lebih membutuhkan. Jika seluruh potensi sumber energi yang tersebar di tanah air dapat dikembangkan dan diolah menjadi pembangkit listrik alternatif, kita percaya negara ini tidak akan kekurangan listrik. Lebih-lebih jika pada saat yang sama kebiasaan boros listrik masyarakat dapat dihilangkan atau minimal dikurangi, kemampuan menyediakan listrik secara adil, merata, dan terjangkau bagi seluruh masyarakat akan terus meningkat secara signifikan. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk mengubah pola pikir dari sekadar pemakai listrik menjadi pemasok listrik, minimal untuk kebutuhan kita sendiri. Jika kemampuan dan kemauan menciptakan listrik alternatif tersebut bisa berkembang menjadi budaya, bangsa Indonesia dipastikan tidak lagi akan mengalami kekurangan listrik. Kasus byar-pet yang selama ini memudarkan citra perlistrikan Indonesia dipastikan akan segera sirna. (g)

kecepatan tersebut? Tia via bip@depkominfo.go.id

Iklan Permen Merusak Anak Saya ayah satu anak merasa sangat terganggu dengan iklan salah satu produk permen di televisi. Dalam iklan tersebut dikatakan bahwa dengan mengkonsumsi satu buah permen setara dengan tiga gelas susu mineral. Pertama, ini sangat tidak masuk akal dan sangat bombastis sehingga saya kategorikan pembohongan publik. Kedua, melalui iklan tersebut anak kami diajarkan untuk tidak minum susu yang jelas-jelas menyehatkan, dan memilih mengkonsumsi permen yang jelas-jelas meracuni. Mohon ada tindakan yang jelas bagi iklan-iklan seperti ini, karena jelas-jelas merusak, khususnya untuk anak-anak.

Penghargaan Law Giver Mahkamah Agung Amerika Serikat (Supreme Court) memberikan pengakuan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai satu dari 18 Law Giver terbesar sepanjang sejarah, bersama Hammurabi, Julius Caesar, Justinian dan Charlemagne. Penghargaan itu diberikan karena sistem hukum yang diajarkan Rasulullah SAW mencerminkan bahwa hukum Islam itu menyeluruh, mengedepankan kemaslahatan, ada unsur pentahapan dan tidak memberatkan. Bahkan Mahkamah Agung Amerika Serikat menilai sistem hukum yang dikembangkan bersifat fleksibel, moderat, namun penuh keadilan. Pudjiono Sasongko via bip@depkominfo.go.id

Warvi via komunika@bipnewsroom.info

Tabloid komunika. ISSN: 1979-3480. Diterbitkan oleh Badan Informasi Publik KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Pengarah: Tifatul Sembiring (Menteri Komunikasi dan Informatika). Penanggung jawab: Freddy H. Tulung (Kepala Badan Informasi Publik) Pemimpin Redaksi: Bambang Wiswalujo (Kepala Pusat Pengelolaan Pendapat Umum). Wakil Pemimpin Redaksi: Supomo (Sekretaris Badan Informasi Publik); Ismail Cawidu (Kepala Pusat Informasi Politik Hukum dan Keamanan); Isa Anshary (Kepala Pusat Informasi Perekonomian); Gati Gayatri (Kepala Pusat Informasi Kesejahteraan Rakyat). Sekretaris Redaksi: Dimas Aditya Nugraha. Redaktur Pelaksana: M. Taufiq Hidayat. Redaksi: Lukman Hakim; Selamatta Sembiring; Mardianto Soemaryo. Reporter: Suminto Yuliarso; Lida Noor Meitania; Karina Listya; Elvira Indasari N; Taofik Rauf; Doni Setiawan. Koresponden Daerah: Nursodik Gunarjo (Jawa Tengah), Yaan Yoku (Jayapura). Desain/Ilustrasi: D. Ananta Hari Soedibyo (TA); Farida Dewi Maharani, Danang Firmansyah. Alamat Redaksi: Jalan Medan Merdeka Barat No. 9 Jakarta Telp/Faks. (021) 3521538, 3840841 e-mail: komunika@bipnewsroom.info atau bip@depkominfo.go.id. Redaksi menerima sumbangan tulisan, artikel dan foto yang sesuai dengan misi penerbitan. Redaksi berhak mengubah isi tulisan tanpa mengubah maksud dan substansi dari tulisan tersebut. Isi komunika dapat diperbanyak, dikutip dan disebarluaskan, sepanjang menyebutkan sumber aslinya.


Edisi 23

Tahun VI Desember2010

3

Utama

www.bipnewsroom.info

Adakan Pembangkit Listrik Di Desa-Desa Tri Mumpuni telah mampu menjadi motor pembangunan sekitar 60 pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) yang ramah lingkungan dan rendah biaya di berbagai pelosok desa di tanah air.

Direktur Utama PT PLN Dahlan Iskan menyampaikan penghargaan khusus kepada seorang wanita bernama Tri Mumpuni, yang bersama Institut Bisnis Ekonomi Kerakyatan atau IBEKAnya membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di desa-desa terpencil. “Indonesia butuh orang-orang seperti Tri Mumpuni yang selalu berbuat untuk kepentingan rakyat banyak dan turut membantu PLN melistriki masyarakat khususnya di daerah terpencil. PLN siap membeli listrik yang dikembangkan oleh IBEKA atau siapapun di daerah terpencil yang belum dijangkau jaringan PLN," ujar Dahlan pada satu kesempatan. Luar biasa lagi adalah ketika Tri Mumpuni diundang Presiden Amerika Serikat Barack Hussein Obama bersama delapan wira usahawan Indonesia lainnya menghadiri acara bertajuk Presidential Summit on Entrepreneurship di Washington DC, Amerika Serikat, baru-baru ini. Dalam acara itu Presiden Obama memuji upaya yang telah dilakukan Tri Mumpuni. Ia mengatakan Indonesia beruntung mempunyai seorang wirausahawan sosial yang telah mem-

Tri Mumpuni menuturkan, selain cita-cita menerangi desa dengan pembangunan piranti fisik seperti pembangkit listrik bertenaga air ramah lingkungan dan rendah biaya, aktivitasnya sekaligus mengajarkan bagaimana memberdayakan masyarakat desa agar kreatif mengembangkan diri.

bantu masyarakat desa mendapat listrik. Cita-cita memajukan desa Tri Mumpuni lahir di Semarang 6 Agustus 1964 dan menyelesaikan sarjana sosial ekonominya di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Sejak kecil ia sudah punya mimpi ingin memajukan masyarakat di desa-desa. Cita-cita itu diwujudkannya. Hingga kini melalui IBEKA-nya dia telah mampu menjadi motor pembangunan sekitar 60 pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) yang ramah lingkungan dan ren-

dah biaya di berbagai pelosok desa di tanah air. Desa-desa itu merupakan desa-desa yang terpencil, seperti Dusun Palanggaran dan Cicemet, enklave di Gunung Halimun, Sukabumi, Jawa Barat. Desa ini telah diterangi dengan listrik sejak tahun tahun 1997. Begitu terpencilnya desa ini, untuk mencapai tempat itu harus berjalan kaki sembilan jam atau naik motor yang rodanya diberi rantai sebab jalan setapaknya licin. Desa lain yang menjadi tempat pembangunan PLTMH adalah Desa Curuagung, Subang, Jawa Barat. Dengan memanfaatkan Sungai Ciasem, dibantu warga desa setempat, dibangun pembangkit listrik berkekuatan 13 kilowatt. Pengelolaan PLTMH itu sendiri kemudian diserahkan kepada masyarakat desa. Masyarakat

sendiri yang membuat organisasi yang akan mengurus turbin, menentukan siapa ketua, bendahara, sekretaris, sampai kepada tenaga yang bisa bongkar-pasang mesin sebagai operator. Mereka juga diajak menghitung biaya yang harus dibayar pelanggan untuk operasional dan pemeliharaan pembangkit listrik tersebut, bahkan juga disisihkan untuk apa yang disebut dana abadi. Tidak hanya di pulau Jawa, Tri Mumpuni juga mendedikasikan tenaganya hingga ke pulau di luar Jawa. Di Provinsi Daerah Istimewa Aceh misalnya, PLTMH-nya berhasil menerangi Desa Krueng Kala, Lhoong Aceh Besar. Memberdayakan potensi desa Tri Mumpuni menuturkan, selain cita-cita menerangi desa dengan pembangunan piranti fisik seperti pembangkit listrik bertenaga air ramah lingkungan dan rendah biaya, aktivitasnya sekaligus mengajarkan bagaimana memberdayakan masyarakat desa agar kreatif mengembangkan diri. Membangun potensi desa agar berdaya secara ekonomi, begitu ujarnya, karena itu seluruh kegiatannya selalu melibatkan masyarakat dari awal hingga akhir. Di samping itu masyarakat desa terus dipacu mengembangkan end use productivity, yaitu bagaimana masyarakat desa setelah memiliki listrik menggunakan listrik itu untuk kegiatan produktif sesuai potensi desa. “Tolok ukur keberhasilan dari program pemberdayaan masyarakat adalah apabila masyarakat mampu berpikir krea tif dan mampu mengembangkan diri bangkit dari keterpurukan, selain tentunya menjamin keberlangsungan pembangkit yang sudah dibangun,” ujar Tri Mumpuni. Banyak keberhasilan yang telah dirasakan desa-desa yang mampu menjaga dan terus mengembangkan diri, namun

ia mengakui ada pula desa yang tidak mampu berkembang malahan ada yang PLTMH-nya tak lagi beroperasi. Dari jumlah 60 lokasi yang dibangun IBEKA, sekitar lima tempat yang PLTMH-nya tidak lagi beoperasi. Banyak alasan dan faktor penyebabnya. Di Padasuka, Cianjur misalnya, penyebabnya adalah pohon-pohon di daerah tangkapan air ditebangi untuk keperluan pembangunan. Akibatnya terjadi krisis air sehingga PLTMH tidak lagi dapat beroperasi, maka peralatannya akhirnya dijual. “Agar pembangkit listrik tenaga air itu mampu berfungsi terus-menerus sepanjang tahun, setidaknya daerah tangkapan air di hulu harus dipertahankan seluas 30 kilometer persegi. Artinya, tidak ada penebangan hutan atau aktivitas semacamnya di sana,” kata Tri Mumpuni. Apa yang telah dikembangkan Tri Mumpuni menjadi sesuatu yang luar biasa untuk menyediakan listrik dan memacu masyarakat desa berpikir kreatif mengembangan diri maupun daerahnya. Hasilnya, bukan hanya masyarakat desa yang diuntungkan, tetapi juga pemerintah dan tentu saja PT. PLN. Dari sisi ekonomis, apabila PLN membeli listriknya, sudah jelas PLN akan sangat terbantu, karena PLTMH berbasis air, sehingga harga jualnya akan jauh lebih murah. Dari sisi teknis, di ujung-ujung jalur distribusi, kualitas listrik PLN tetap terpelihara. Jadi, tak salah jika masyarakat khususnya daerah-daerah terpencil menaruh harapan besar tidak lagi gelap gulita tanpa listrik. Indonesia punya sumber daya alam yang bisa terus dikembangkan. Indonesia punya PLN yang terus mengubah diri menuju perbaikan. Indonesia juga punya warga seperti Tri Mumpuni . Indonesia berpenduduk 250 juta jiwa, yang dari jumlah tersebut tak mungkin hanya lahir satu Tri Mumpuni. (Vira /IR)


4

Utama

www.bipnewsroom.info

Edisi 23

Tahun VI Desember 2010

Direktur Pengkajian Energi Universitas Indonesia

Prof. Dr. Ir. Iwa Garniwa MK, MT

"Ini Soal Teknologi dan Ekonomi" Pengembangan sumber energi listrik alternatif butuh waktu lama. Padahal yang terpenting dalam kelistrikan adalah teknologi dan apakah harganya bisa murah? Kebutuhan listrik di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pertumbuhan konsumsi listrik mencapai 7% per tahun. “Dalam 10 tahun ke depan, kebutuhannya akan naik dua kali lipat,” jelas Direktur Pengkajian Energi Universitas Indonesia, Prof. Dr. Ir. Iwa Garniwa MK, MT, kepada

trik tenaga batubara. Pemerintah membangun hampir ribuan instalasi baru. Dulu, batubara digunakan hanya sedikit saja.

reporter Komunika, Dimas Aditya, Lida Noor, dan Frans Sembiring. Tapi guru besar Teknik Elektro Universitas Indonesia itu menyebutkan pembangunan infrastruktur masih menjadi kendala utama. Padahal, kata dia, potensi Indonesia memungkinkan pemanfaatan semua jenis sumber energi listrik. Lantas apa yang bisa dilakukan?

rah. Batubara, secara teknologi sudah terbukti. Dan yang pasti bisa mencukupi kebutuhan listrik masyarakat Indonesia yang terus meningkat dalam waktu yang relatif cepat. Bingung bagaimana mengejarnya, masalahnya energi non fosil mahal.

Mengapa masih terjadi krisis listrik? Kalau kita bicara listrik, akan terkait dua hal teknologi dan ekonomi. Teknologinya apa sudah mumpuni dan secara keekonomian harganya murah untuk memproduksi listrik. Sementara ini paling murah untuk fosil adalah batubara dan paling mahal adalah minyak (BBM). Kita punya gas, celakanya, kita sudah punya perjanjian dengan negara lain. Mengapa krisis listrik? Harus dibedakan antara sumber energi dengan energi listrik itu sendiri. Listrik adalah hasil konversi dari sumber-sumber energi ke energi sekunder. Krisis terjadi tak lain tak bukan karena infrastruktur. Infrastruktur? Ya, ini warisan lama. Dulu ketika harga minyak dunia murah, dibangunlah infrastruktur pembangkit listrik tenaga minyak. Ada subsidi sehingga harga listrik sangat murah. Beberapa tahun belakangan, saat harga minyak dunia naik, tapi harga listrik sesuai aturan perundangan tetap, mulai kolapslah pembangkit listrik tenaga minyak tadi. Bahkan, biaya produksi jauh lebih mahal dari pada harga jual. Akhirnya subsidi membengkak, saat ini Rp 50 triliun. Akhirnya, lima tahun belakangan dikembangkan pembangkit lis-

Mengapa tidak ke energi nonfosil? Harus ingat dua hal, teknologi dan harga yang mu-

Maksudnya? Kebutuhan listrik besar. Untuk memenuhi kebutuhan listrik hanya dalam hitungan hari, secara teknologi yang sudah terbukti di seluruh dunia adalah minyak, batubara, dan gas. Mau mengembangkan tenaga air? Dulu pembangunan Waduk Kedungombo harus menenggelamkan beberapa desa. Sekarang, apa ada yang mau? Pasti juga demo. Tenaga matahari? Biaya teknologi sangat besar. Secara keekonomian, harga per kwh-nya tidak kena. Batubara harga kwh-nya Rp350 sampai Rp450. BBM Rp2400 per kwh. Gas sekitar Rp 800-an. Kalau matahari bisa Rp 4000-an. Ada geothermal sekitar Rp 800-an. Celakanya, tempatnya kebanyakan di hutan. Jika hutan lindung, apa mau dibabat? Pastinya, butuh infrastruktur dan pembangunannya butuh waktu lama. Belum lagi teknologinya mahal, sementara masyarakat sudah protes byar pet. Tapi kondisi sekarang, biaya pokok produksi Rp 1180 per kwh. Sementara harga jual per kwh ke masyarakat Rp 680, kemudian Juli kemarin naik menjadi Rp800-an. Pakai batubara sebenarnya dilema. Bagaimana tidak, Indonesia sudah komitmen menu-

runkan emisi karbon sampai dengan 26%, tapi pembangkitnya masih saja pakai energi fosil. Bagaimana dengan Nuklir? Nuklir memang sudah dikembangkan. Amerika Serikat punya 150 instalasi listrik tenaga nuklir. Jepang dan Korsel mayoritas listrik

mereka dari nuklir. Di Perancis 80% listrik juga dari nuklir. Indonesia? Wuih, penolakannya. Ampun deh. Padahal, nuklir yang digunakan saat ini sudah generasi keempat. Secara teknologi zero risk (bahaya nol). Nuklir ini teknologi masa depan. Memang investasi awal besar, tapi biaya produksi per kwh-nya kecil. Mengapa murah? Karena bahan baku sedikit dan buangannya bisa jadi bahan baku lagi. Soal tempat saja, nuklir hanya membutuhkan 1/80 dari pembangkit minyak dan batubara dengan hasil daya yang sama. Ini adalah teknologi masa depan yang harus kita kuasai. Tapi limbahnya? Saat ini, kalau sebuah negara ingin mengembangkan nuklir, pengawasan tak hanya internal negara, tapi akan berhadapan dengan dunia. Ada badan dunia yang mengawasi dengan ketat. Kalau sudah diperbolehkan beroperasi artinya aman. Lagi pula, masa dari sekian banyak masyarakat Indonesia, tidak ada yang kerja dengan profesional. Yang benar saja. Lantas? Masyarakat kita, resistensinya masih sangat besar. Jangankan nuklir, di lingkungannya ada tempat pembuangan sampah saja, penolakannya luar biasa. Prinsipnya, asal jangan di lingkungan saya. Soal gempa, Jepang itu negara gempa. Keamanannya, tergantung konstruksi. Makanya di Jepang harga jual listriknya lebih mahal dibanding Korsel yang jarang gempa. Pembangunan konstruksi di Jepang lebih rumit dan mahal, sehingga investasinya jadi mahal. Ada keuntungan lain mengembangkan nuklir, soal ketahanan negara. Yang punya dan menguasai teknologi nuklir akan sangat ber-

wibawa di mata dunia. Negara tetangga kita, Malaysia, sudah mulai membangun, mereka cepat paham bahwa nuklir adalah masa depan. Bagaimana agar listrik dapat dinikmati seluruh masyarakat? Kita harus menentuka listrik itu komoditas kan, ata infrastruktur. Kaatau lau komoditas, hitung be berapa biaya produksi, be berapa harga jual. Tapi ka infrastruktur, maka kalau ha harus disubsidi untuk me mempercepat pembang ngunan. Listrik sangat berpe pengaruh terhadap pertum tumbuhan ekonomi. Ada lis listrik, ada pabrik. Dan sa pikir, di Sumatera saya da Jawa, kita harus dan be berpikir listrik adalah komo moditas. Sementara di pu pulau lain adalah pemba bangunan infrastruktu yang harus dapat tur su subsidi. Su Subsidi? Saat ini baru 65% masyarakat Indonesia yang dapat menikmati listrik. Garis bawahi, listrik yang disubsidi. Sudah dapat listrik disubsidi pula. Sementara 35% masyarakat, belum menikmati listrik. Harusnya lebih bijak dalam memberikan subsidi.

DPR mempertahankan subsidi harus tetap ada alias harga listrik tidak boleh naik dengan alasan banyak masyarakat yang tidak mampu. Tapi mana yang lebih butuh subsidi, 65% masyarakat yang sudah dapat listrik atau 35% yang tidak menikmati listrik? Kalau saya, mending subsidi kita kasih ke 35% penduduk Indonesia. Bangun untuk mereka. Sudah tidak dapat listrik, tidak dikasih subsidi pula. Yang 65%, sudah dapat listrik, eh dikasih subsidi bayar murah. Kalau mau berkeadilan, kasih yang 35% itu uang. Tidak dapat listrik okelah, menunggu waktu. Tapi kalau subsidi harus merata ke seluruh Indonesia. Masyarakat Indonesia itu cenderung konsumtif. Berasa murah bayar listrik, jadinya royal. Lampu tidak dipakai saja, tetap nyala. Matikan dong. Harusnya tahu bahwa itu subsidi. Ingat masyarakat yang tidak dapat listrik. Memang kalau soal subsidi, di setiap negara ada. Tapi harus berjenjang. Rumah saya daya listriknya 3300 watt, tapi saya dapat subsidi. Padahal saya merasa mampu. Yang perlu dapat subsidi sebenarnya kan hanya yang dayanya 450 W atau katakanlah 900 W. Harus ada struktur subsidi yang jelas. Yang mampu jangan dikasih subsidi lagi. (dimasnugraha@ depkominfo.go.id)

Harus ada Bauran Energi Potensi sumber energi listrik di Indonesia sangat beragam. “Ada fosil dan nonfosil. Untuk fosil sebut saja batubara, gas, dan BBM. Sedangkan nonfosil, kita punya geothermal (panas bumi). Bayangkan, 40% retakan gunung dunia itu ada di Indonesia, dan di sana ada geothermal. Potensinya mencapai 27 GW, namun baru bisa dieksplorasi 9 GW,” kata Iwa Garniwa. Lantas Iwa menyebut lagi tentang energi air, matahari dan samudra atau energi gelombang. Indonesia juga punya potensi energi nuklir. Walau jumlahnya kecil, namun seluruh Bangka Belitung penuh dengan bahan galian Torium, “Bahan yang akan menggantikan Uranium di kemudian hari,” kata Iwa. Lantas ada lagi potensi biodiesel kelapa sawit dan minyak jarak. “Jadi, kalau kita bicara ketersediaan energi listrik, masyarakat tak perlu khawatir. Untuk ratusan tahun pun, Indonesia punya,” kilahnya. Bauran Bagi Iwa, Indonesia tidak boleh mengandalkan satu jenis sumber energi saja. “Harus ada bauran atau mix energy. Ingat, listrik itu bukan hanya untuk generasi sekarang dan bukan cuma untuk generasi yang akan datang. Batubara, lima tahun lalu masih diprediksi mampu bertahan 150 tahun. Setelah dieksplorasi ternyata cuma bertahan 100 tahun. Bagaimana dengan anak cucu kita?” tuturnya. Iwa menyarankan dalam menguasai teknologi kelistrikan harus mengubah cara pikir. “Prediksi masih 100 tahun lagi habisnya, ya sudah kita pakai saja dulu, kan masih lama, sehingga kita telat mengantisipasi. Sekarang kita balik saja pikiran itu. Nah kalau tinggal 100 tahun, kita sayang dong, orang Jawa bilang eman-eman (irit – red). Pakainya sedikit-sedikit agar anak cucu kita juga ikut merasakan,” cetusnya. (dan)


7

TABLOID TEMPEL

Edisi 23 Tahun VI Desember 2010

Diterbitkan oleh :

BADAN INFORMASI PUBLIK

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Mandiri Penuhi Listrik

Tak perlu keluar biaya berlangganan, warga Kampung Giri Mekar, Kab. Bandung, Jawa Barat bisa menikmati listrik murah meriah.

Selepas shalat Isya, Priyatna (42) ke ruang tamu dan duduk di sofa. Tangannya mengambil remote televisi dan langsung mencari siaran acara ketoprak. Sesekali tawa lepas terdengar sampai ruang tengah. Di ruang yang lebih terang itu, Neng (12) anak kedua Priyatna sedang menyelesaikan tugas sekolah. Sudah dua tahun ini, keluarga Priyatna bisa menikmati listrik

gratis. Rumah yang sederhana itu memiliki pasokan listrik dengan kapasitas 1000 watt. Untuk pemakaian listrik tersebut, Priyatna mengaku tidak mengeluarkan uang sepeserpun tiap bulan. “Selain tak perlu membayar rekening listrik tiap bulannya, kami juga mendapatkan pupuk untuk tanaman, jadi tak perlu keluarkan uang lagi untuk membeli pupuk kimia,” ujar bapak tiga anak itu.

Bioelektrik Hampir semua rumah di Desa Giri Mekar, Kecamatan Cirengkrang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat tercukupi kebutuhan listrik karena kotoran sapi. Sebagian besar penduduk Giri Mekar bekerja sebagai petani dan peternak. Tak kurang ada sekitar 2.000 ekor sapi. “Tiap hari ada kurang lebih 300 ton kotoran sapi. Selama ini, memang dimanfaatkan menjadi pupuk. Sejak tahun 2008 Lem-

Program Pemerintah Pemerintah menargetkan pengembangan dan pengoperasian instalasi biogas sebesar 8.000 unit pada 2012.

6

Penggunaan bioeletrik dalam skala kecil telah diujicobakan di beberapa daerah, khususnya yang belum terjangkau listrik dan punya potensi biogas yakni di Situbondo, Papua, Jambi, Minahasa, Sumatera Selatan dan Bali. Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Maryam Ayuni mengatakan, target tersebut sebagai bagian dari upaya untuk mendiversifikasi dan melakukan konservasi energi. “Pada 2012 kami targetkan minimal 8000 unit instalasi biogas dapat terpasang serta beroperasi,” ujar Maryam. Menurut Maryam, program pengembangan biogas di Indonesia mulai berjalan pada Mei 2008 sampai dengan 2011 dengan bantuan pendanaan dari Belanda, di mana setiap wilayah yang ingin mengembangkan biogas mendapatkan pinjaman sebesar 25%. Awalnya, menurut dia, lokasi pengembangan biogas dilakukan di kabupaten beberapa provinsi terpilih di antaranya Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY), Jawa Timur. “Kita juga sudah melakukan studi di wilayah lain seperti di Bali, NTB dan Sulawesi, mungkin tahun depan akan mulai dikembangkan di sana,” jelasnya. Maryam Ayuni mengatakan, kita harus terus meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan. “Energi fosil tak bisa diperbarui seperti minyak bumi dan batubara semakin mahal. Kita harus segera meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan,” ujar Maryam. Sejumlah energi terbarukan yang potensial dikembangkan adalah angin, biomassa, panas bumi, surya, dan mikrohidro. Kepala Sub Bidang Sarana Rekayasa Tenaga Listrik dan Mekatronik (Telimek) LIPI Bandung, Aep Saepudin, menyatakan energi dari kotoran ternak bisa menjadi seumber energi alternatif. “Kami buat ini karena prihatin dengan krisis energi secara global. Selain itu, Indonesia menargetkan tahun 2025 sudah tercipta energi mix dan sudah memakai 30 persen energi terbarukan,” kata Aep. (Elvira)

baga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung memperkenalkan teknologi bioelektrik,” kata Priyatna. Menurut Aep Saepudin, Kepala Sub Bidang Sarana Rekayasa Tenaga Listrik dan Mekatronik (Telimek) LIPI Bandung, bioelektrik adalah biogas yang dimodifikasi agar menghasilkan listrik. “Selama ini biogas dimanfaatkan untuk memasak dan menghasilkan pupuk organik sebagai buangannya. Gensetnya dimodifikasi dari genset bensin dikonversikan menjadi genset biogas,” ujar pria kelahiran Sunda itu. Peneliti dari Pusat Penelitian Telimek LIPI, Yayat Sudradjat Sumarna menambahkan bahwa biolektrik berarti menggunakan bahan baku organik menjadi energi dalam reaktor sederhana. “Sampah organik dan kotoran sapi, diubah menjadi energi. Selain untuk listrik juga bisa jadi bahan bakar kompor elpiji,” katanya.

Hemat Tanpa Bising Dengan biolektrik, Aep melanjutkan, masyarakat bisa mendapat energi 1000 watt dari tiga hingga lima ekor sapi. “Selain itu, mereka bisa menghemat penggunaan bahan bakar minyak atau gas untuk memasak dan solar sampai 70 persen,” katanya. “Tidak hanya kotoran sapi yang bisa dimanfaatkan menjadi biogas, limbah sayur, sisa-sisa makanan, bahkan tinja manusia bisa dimanfaatkan. Bahkan di Minahasa, biogas dihasilkan dari eceng gondok dicampur kotoran kuda yang banyak dipelihara masyarakat,” tambah Aep. Di kawasan transmigrasi di Muara Jambi dan Batanghari Provinsi Jambi yang belum dialiri listrik, menurut Aep tiap rumah menggunakan genset solar. “Biasanya tiap jam tujuh malam setiap rumah menyalakan genset jadi bunyinya sangat berisik. Tapi sekarang setiap rumah menggunakan genset 1000 watt dan mendapatkan residu pupuk organik untuk perkebunan kelapa sawit mereka,” jelasnya. Menurut Yayat, penggunaan bioelektrik jelas lebih murah dibanding bahan bakar lainnya. “Kualitas tanaman yang menggunakan pupuk organik sisa biogas juga lebih baik daripada yang menggunakan pupuk kimia,” tegasnya. Untuk menghasilkan listrik 1000 Watt, dibutuhkan genset seharga Rp9,5 juta. Menurut Aep, biasanya program itu dibiayai Dinas Peternakan dan Dinas Perkebunan setempat. “Ada juga kerjasama CSR (corporate social responsibility, red) perusahaan swasta,” katanya. Belum Semua Potensi Tergarap Penggunaan dengan skala besar menurut Aep akan lebih menguntungkan dan mendorong untuk Kawasan Mandiri Energi. “Contohnya pesantren di Desa Saung Balong, Kecamatan Majalengka yang memiliki 1500 ekor sapi. Pesantren itu memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga gas organik, angin, dan matahari. Tetapi saat ini baru bioelektrik yang sudah berjalan, semuanya akan diselesaikan pada tahun 2011,” ujarnya dengan dialek Sunda yang kental. Tetapi pengembangan skala besar bukan hal yang mudah. Diakui Aep, jumlah ternak yang dimiliki masyarakat cenderung terbatas, bahkan terkadang hanya sebagai sampingan selain bertani dan berkebun. “ Kalau peternakan besar ditawarkan konsep ini pasti bisa tapi apakah mau memberikan akses untuk orang luar,”ujar Aep. (Elvira)


8

Listrik dari Kotoran Ternak

Biogas dari kotoran sapi yang diperam telah banyak dipakai sebagai bahan bakar alternatif. Bagaimana bila limbah tersebut juga bisa menghasilkan listrik? Warga Nagari Simarasok, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam, Sumatera Barat tak sekadar mengolah limbah hewan ternak jadi pupuk organik belaka. Dengan dukungan Universitas Andalas (Unand) dan PT PLN (Persero) Wilayah Sumbar, limbah itu mulai dimanfaatkan menjadi sumber energi listrik. Bermula dari keinginan anggota Kelompok Tani Mandiri Energi “Lurah Sepakat” untuk mengalihfungsikan lahan menjadi pertanian organik sejak 2009 lalu. Mereka tidak akan lagi menggunakan pupuk kimia ataupun pestisida untuk lahan

pertanian. “Hanya bahan-bahan alami, misalnya kotoran ternak dan olahan tumbuhan yang dapat ditabur. Konsekuensinya, pupuk alami ini harus kami olah dengan maksimal. Kotoran sapi dan kencing kambing yang bagi sebagian orang menjijikan, bagaikan intan permata bagi kami,” jelas Mayornis Pakiah. Putiah, Ketua Kelompok Tani (Poktan) Lurah Sepakat. Kelompok Lurah Sepakat mengumpulkan ternak sapi dan kambing milik anggota ke dalam satu kandang. “Agar kebutuhan limbah ternak dapat terdistribusi dengan baik kepada tiap anggota,” kata Mayornis. Hasilkan Biogas Tak hanya sampai di situ, berbekal informasi dari Persatuan Petani Organik (PPO) Sumbar, organisasi yang menaungi para petani organik, mereka berupaya menjadikan tumpukan kotoran ternak itu mempunyai nilai lebih. “Kotoran yang sudah tertumpuk

rapi lantas difermentasikan agar bisa menghasilkan biogas. Kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik besar. Dari setiap kantong plastik itu ada selang yang menghubungkan ke tiap rumah. Pada awalnya kami gunakan sebatas untuk memasak di posko kelompok tani,” jelas Syukurius Sutan Rajo Api, Sekretaris Poktan yang bertugas mengembangkan teknologi biogas di Nagari Simarasok. Usaha tersebut dilirik Dr. Ir. Eri Gas Ekaputra, MS dari Fakultas Teknologi Pertanian Unand, dan Ir. Irsal dari Politani Universitas Andalas. Mereka telah mengkaji pemanfaatan energi biogas dari kotoran sapi untuk lampu penerangan dan kompor gas. Dengan sedikit sentuhan pada generator, biogas dapat pula diubah menjadi energi listrik. “Memang belum menggunakan biogas secara keseluruhan. Ada bantuan bensin. Namun penghematan luar biasa. Misalnya satu liter bensin bisa untuk satu jam 800 watt listrik. Dengan bantuan biogas kotoran sapi, bisa jadi 12 jam. Tiga manfaat sekaligus. Gasnya bisa untuk masak dan listrik, kotorannya bisa untuk tanaman,” kata Syukurius.

/ hari dengan daya 850 watt akan menghasilkan 10,2 kWh. Bila harga 1 liter bensin Rp.4.500, maka didapat Rp/kwh sebesar Rp.441,17 kwh,“ kata Syukurius. Mengutip pernyataan Ekaputra, Syukurius menilai pengembangan teknologi biogas dari kotoran ternak untuk sumber energi listrik layak dikembangkan. Pasalnya, Indonesia termasuk negara dengan potensi sumber bio gas yang

tinggi. “Bila setiap harinya, seekor sapi bisa mengeluarkan limbah kotoran sebanyak 18 kilogram dan setiap satu kilogram limbah bisa menghasilkan satu liter gas, bayangkan bila populasi ternak di Indonesia yang jumlahnya mencapai 13 juta ekor dikelola dengan baik. Bisa menjadi alternatif mengatasi kebutuhan listrik nasional,” kilah Syukurius. (dimasnugraha@depkominfo.go.id)

Murah Hasil penelitian Unand menunjukkan bahwa motor bakar untuk generator listrik dari biogas tergolong ramah lingkungan karena emisi gas buang sangat kecil. Tingkat kebisingan pun hanya 85 dB. “Namun demikian, yang paling utama adalah harganya yang murah. Jika harga biaya daya listrik (PLN) sebesar Rp. 616,9 Kwh dan waktu operasional genset 12 jam

Baterei “Belimbing Wuluh” Ala Sunarto Belimbing wuluh atau belimbing sayur biasa dijadikan bumbu masakan dan bahan obat tradisional. Tapi di tangan Sunarto, buah bernama latin Averrhoa bilimbi itu bisa menjadi sumber energi listrik

Belimbing Wuluh memang terdapat banyak di tempat tinggal Sunarto, di Desa Nguntoronadi, Kecamatan Nguntoronadi,

Magetan, Jawa Timur. “Hampir tiap rumah punya pohon belimbing wuluh. Biasanya digunakan sebagai penyedap masakan. Tidak peduli musim kemarau ataupun penghujan jadi jumlahnya banyak sekali. Tapi banyak yang terbuang terinjak-injak,” ujar Sunarto menyayangkan. Tentu banyak yang tak menduga, buah berasa asam itu bisa dimanfaatkan lebih. Sunarto bisa memanfaatkan belimbing wuluh sebagai penghasil listrik. “Asam yang ada dalam blimbing wuluh dapat digunakan sebagai elektrolit baterai sel basah, seperti asam sulfat yang digunakan di dalam baterai mobil,” ujar guru mata pelajaran elektro SMK Bendo 1 Magetan itu.

Mudah Dibuat Mendapatkan listrik dari blimbing wuluh ini terbilang sangat mudah. Bahan untuk membuat “listrik belimbing wuluh” itu tersedia di mana saja. “Hanya perlu gelas air mineral, lempengan seng, tembaga, tanah liat, kabel. Dan kalau blimbing wuluh tidak ada bisa diganti dengan jeruk nipis,” jelasnya panjang lebar. Untuk mempercepat reaksi kimia, Sunarto juga menggunakan tanah liat. “Tanah liat bersifat asam sehingga campuran antara blimbing wuluh dan lempung (tanah liat) akan menghasilkan reaksi yang lebih bersifat asam,” tegas bapak dua anak itu. Untuk membuat sel sumber energi listrik, tanah liat ditaruh dalam gelas plastik bekas wadah air mineral. Lantas diisi air belimbing wuluh. Dalam setiap gelas plastik berisi tanah dan air belimbing itu diletakkan lempengan tembaga dan seng. Setelah itu, masingmasing gelas dihubungkan dengan kabel guna mengalirkan arus

listrik. “Hasilnya energi listrik pun tercipta dengan tegangan yang lumayan. Kira-kira lima sel mampu mengalirkan tegangan listrik hingga 2,5 volt atau setara satu baterai kering,” tutur Sunarto. Baterei ala Sunarto itu semua mengggunakan barang bekas, ”Jadi murah. Instalasinya cukup mudah, meskipun perakitnya awam dengan elektronika,” tutur Sunarto. Bahkan menurutnya, ada sering ada kunjungan ke tempatnya dari siswa sekolah atau pesantren. “Kemarin ada kunjungan siswi pesantren gontor, awalnya mereka bingung, tapi lewat telepon saja akhirnya bisa juga,” ujar bapak murah senyum itu. Butuh Pengembangan Menurut Sunarto, energi listrik dari belimbing wuluh dapat bertahan lama hingga satu bulan tanpa mati. “Energi yang dihasilkan dapat diperbarui dengan menambahkan atau mengganti gel tanah dan blimbing wuluh,” katanya. Hal itu menurut Sunarto

cukup menghemat uang daripada membeli baterei yang habis pakai langsung dibuang. Dengan “baterei blimbing wuluh” itu, petani di Desa Nguntoronadi dapat memeriksa sawah ketika malam hari. “Bahkan bisa sambil dengar radio dengan baterei blimbing wuluh,” katanya. Di rumahnya, Sunarto memanfaatkan baterei itu untuk menyalakan radio dan lampu. Hingga kini, Sunarto masih terus mengembangkan temuannya agar dapat dikemas praktis layaknya baterai kering. “Sekarang saya sedang mencari alat untuk mengekstrak campuran tanah dan air belimbing wuluh agar menjadi gel, sehingga dapat dikembangkan dalam kemasan yang ringkas sehingga akan menjadi lebih praktis daripada saat ini, kalau itu terwujud maka energi alternatif ini akan menjadi sebuah baterei yang ramah lingkungan,” angan Sunarto. (DNF)

5


Edisi 23

Tahun VI Desember2010

9

Opini

www.bipnewsroom.info

Hemat Listrik Mulai Sekarang Wahyu Handayani Imbauan untuk berhemat listrik sudah sering disampaikan Perusahaan Listrik Negara (PLN), bahkan sampai terasa klise karena terlalu sering diulang-ulang. Terakhir ada semboyan 17-22, yakni masyarakat diimbau untuk mematikan beberapa titik lampu yang tidak perlu dinyalakan pada pukul 17.00 – 22.00. Namun hasilnya masih jauh panggang dari api. Perilaku masyarakat dalam menggunakan listrik masih belum bergeser dari sebelumnya, tetap boros dan tidak efisien.

Secara garis besar, keborosan listrik terjadi karena tiga hal. Pertama, karena penggunaan alat-alat listrik yang tidak sesuai kebutuhan. Kedua, perilaku tidak hemat listrik mayoritas anggota masyarakat. Ketiga, manipulasi serta pencurian listrik. Banyak contoh yang dapat dikemukakan terkait penggunaan alat listrik yang tidak sesuai kebutuhan, misalnya memasang penyejuk ruangan dan lampu berdaya listrik besar untuk ruangan kecil; memakai lemari pendingin, setrika, kompor listrik, pemanggang, pompa air, televisi, dan alat listrik lain yang ber-watt besar, kendati sesungguhnya bisa menggunakan alat listrik yang berdaya lebih rendah. Untuk kasus kedua dapat dilihat dari banyaknya

alat-alat l t l t lilistrik t ikk seperti ti liftt di d gedung-gedung bertingkat, tangga berjalan di mal-mal dan pusat perbelanjaan, komputer, televisi dan alat penyejuk ruangan di perkantoran, yang semuanya dibiarkan menyala saat tidak digunakan. Juga lampu spot reklame, lampu taman, dan lampu dalam ruang yang tetap dinyalakan siang-malam. Itu belum termasuk tindakan jor-jor jor-joran an sebagian warga dalam menggunakan listrik dengan dalih demi keamanan, kenyamanan dan artistik. Sedangkan kasus ketiga yakni manipulasi dan pencurian listrik merupakan penyebab utama pemborosan listrik. Termasuk dalam hal ini adalah manipulasi laporan penggunaan listrik, mengubah meteran listrik sehingga jalannya menjadi lambat, dan tindakan nyantol listrik atau mengambil arus di luar meteran listrik baik untuk kepentingan pribadi, korporasi maupun umum. Tiga hal di atas secara kumulatif menyebabkan beban daya listrik mengalami pembengkakan luar biasa dari yang seharusnya. Akibatnya, pada saat jam-jam puncak (peak hour) jaringan listrik PLN mengalami kelebihan beban (overloading) (overloading).. Kondisi kelebihan beban ini menyebabkan tombol pengaman jaringan secara otomatis akan mematikan arus sehingga terjadilah pemadaman listrik. Jika seluruh konsumen menggunakan listrik secara baik, benar

Jika seluruh konsumen menggunakan listrik secara baik, benar dan bijak, atau dengan bahasa yang lebih lugas, hemat, ketersediaan listrik sejatinya hampir cukup untuk kebutuhan seluruh warganegara Indonesia.

yang lebih lugas, hemat, ketersediaan listrik sejatinya hampir cukup untuk kebutuhan seluruh warganegara Indonesia. Namun karena adanya keborosan penggunaan oleh konsumen, PLN mengalami defisit listrik. Hal tersebut diperparah dengan masih adanya penggunaan listrik secara besar-besaran oleh pihak tertentu, yang secara keseluruhan mengurangi kemampuan PLN dalam mendistribusikan listrik secara adil dan merata bagi seluruh warganegara. Jelas upaya keras PLN untuk menambah daya akan sia-sia jika tidak didukung perilaku hemat listrik di kalangan konsumen, karena beban terberat PLN sesungguhnya disebabkan oleh ketidakmampuan masyarakat menggunakan listrik secara efisien, bukan pada ketersediaan listrik itu sendiri. Padahal jika

puan PLN dalam mepu layani kebutuhan listrik lay masyarakat bisa naik m hingga 30-40 persen. hi Masyarakat sejatinya bisa dengan ja mudah mendukung m program hemat lispr trik. Berbagai langtri kah sederhana bisa ka dilakukan, misalnya di mengganti lampu pijar m dengan lampu hemat de energi, mengganti peren alatan ala l listrik ber-watt tinggi tin in dengan yang lebih rendah, mematikan seluruh alat listrik saat tidak digunakan, meminimalisasi penggunaan penerangan di siang hari, dan yang lebih penting adalah tidak melakukan manipulasi dan atau pencurian listrik dengan dalih apapun. Kuncinya terletak pada kemauan masyarakat untuk melakukan penghematan listrik, yang didukung dengan adanya sanksi yang jelas dan tegas bagi para pemboros listrik. Selama ini, berbagai kampanye hemat listrik gagal menekan pemborosan karena tidak didukung dengan sanksi yang tegas bagi pelaku pemborosan. Padahal tanpa adanya sanksi yang nyata, imbauan untuk berhemat listrik hanya akan dianggap sebagai angin lalu belaka. *) Ibu rumahtangga, tinggal di Wonosobo Jateng

Kembangkan Pembangkit Listrik Aliran Datar Oleh:

Priya Hutama

Pada dasarnya ada dua tipe generator listrik yang digerakkan oleh sungai berarus datar. Pertama yang turbinnya ditaruh mendatar, kedua dibangun tegak.

Saking gemasnya lama menunggu listrik masuk desa tak pernah tiba, seorang perempuan asal Nangroe Aceh Darussalam (NAD) nekat membuat sendiri pembangkit listrik mini untuk menerangi kampung. Kebetulan ada air terjun di dekat desa tempat tinggalnya hingga warga berhasil swadaya memenuhi kebutuhan listrik sendiri. Begitu juga seorang ibu di Jawa Barat yang “geregetan� hingga berani memberikan modal untuk membangun generator mini-hidro. Ternyata permintaan dari desa lain banyak, hingga ia jadi produsen mini-hidro. Sayangnya kita masih dicengkeram kepercayaan bahwa pembangkit listrik mini hanya bisa kalau di tempat itu ada air terjun. Ternyata tidak! Penasehat ahli Menteri Pertahanan bidang teknologi di era Juwono Sudarsono, Ir. Roy Heru Trisnamurti, pernah mengatakan Indonesia belum pernah mengenalkan apalagi memakai teknologi pembangkit listrik memakai turbin aliran sungai datar. Menurutnya Austria sudah lama memanfaatkan Sungai Danube yang mengalir rata

guna membangkitkan listrik berukuran megawatt. Dua tipe Pada dasarnya ada dua tipe generator listrik yang digerakkan oleh sungai berarus datar. Pertama yang turbinnya ditaruh mendatar sehingga arus sungai menggerakkan kisi-kisinya dari samping. Kedua dibangun tegak sehingga arus air menggerakkan kisi-kisi dari bawah, persis seperti kincir yang dibuat orang di Sumatra Barat, atau daerah lain yang selama ini dipakai untuk pengairan tapi belum untuk generator listrik. Oleh karena arus sungai datar umumnya lebih pelan maka pembuatan jumlah kisi-kisi serta perbandingan rasio girnya sangat menentukan cepat lambatnya perputaran dinamo. Perancis sudah lama memakai teknologi itu. Negara ini memang kampiun di bidang pelistrikan di samping Swedia hingga banyak ahli kelistrikan kita belajar di sana. Di negeri penyuka seni ini, bahkan sudah maju sekali. Mereka memproduksi pembangkit listrik air sungai datar ukuran mini hingga dapat digendong pakai ransel oleh para pengelana guna menerangi kemahnya. Kalau mau dipakai alat itu hanya tinggal diapungkan di sungai dengan kedalaman tertentu hingga bisa memutar turbin dan mengjasilkan listrik untuk keperluan perkemahan. Patut Digunakan Sebenarnya teknologi ini sudah

diperkenalkan di Indonesia sejak awal tahun 1980-an, tapi hingga 30 tahun setelah itu belum juga terlaksana. Padahal teknologi itu paling memungkinkan bagi daerah yang memiliki sungai besar seperti Riau dengan Sungai Rokan, Siak, Kampar, dan Indragiri. Di Jambi ada Sungai Batanghari dan Tungkal. Di Sumsel ada Sungai Musi, dan Lalang. Di Kalbar ada Sungai Kapuas, Kalteng punya Sungai Barito, Sampit, dan Sebangau. Sementara Kalsel ada Sungai Barito juga di Kaltim ada Sungai Mahakam dan Karangan. Di Pulau Jawa sendiri ada Bengawan Solo dan Brantas yang masih dapat dimanfaatkan, walau tidak sebesar sungai-sungai di luar pulau padat ini. Jadi kenapa tidak teknologi itu diadopsi untuk memenuhi kebutuhan listrik di pedalaman yang dekat dengan sungai?


10

Edisi 23

Daerah

www.bipnewsroom.info

Jika anda melihat, mendengar dan memiliki kisah unik dari seluruh nusantara untuk dituliskan dan ingin berbagi dalam rubrik Kibar Daerah dan Lintas Daerah, silahkan kirimkan naskah kepada redaksi komunika melalui surat ke alamat redaksi atau melalui e-mail: komunika@bipnewsroom.info atau bip@depkominfo.go.id

Kibar Daerah

Sanimas "Plus-Plus"

Sumater Utara Sum

Masyarakat Kampung Bustaman, Semarang, Jawa Tengah kini tahu betul manfaat penting Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas). Selain bisa menyehatkan lingkungan, ternyata program itu juga bisa digunakan memenuhi kebutuhan listrik. Masyarakat Kampung Bustaman, Semarang, Jawa Tengah kini tahu betul manfaat penting Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas). Selain bisa menyehatkan lingkungan, ternyata program itu juga bisa digunakan memenuhi kebutuhan listrik. Namanya MCK Pangruti Luhur, fasilitas di Kampung Bustaman itu tergolong plus, selain untuk mandi, cuci, kakus juga tersedia bangunan gedung serbaguna, tempat pendidikan anak usia dini, dan air bersih dalam bak penampungan. Selain itu hanya dengan Rp500, warga dapat memasak bergantian dengan kompor gas. “Sebelum ada MCK, masyarakat biasa menggunakan di Kali Semarang yang berseberangan dengan Kampung Bustaman. Tapi warga bertekad mendirikan MCK yang lebih permanen dan multiguna. Jadilah seperti ini,” kata Azhar, Ketua RW Biogas “Feces” Biogas dari kotoran manusia memang sangat sulit diterima dengan akal sehat,

Berdayakan Warga Pangruti Luhur berarti bekerja dengan penuh keiklasan. MCK itu resmi beroperasi mulai Juli 2006. “Ini hasil kerjasama dengan perusahaan Gurdah, Jerman dan bantuan Pemerintah Kabupaten Semarang,” tandas Wahyono. Sebetulnya sudah ada beberapa bangunan seperti MCK Pangruti Luhur. Misalnya MCK plus berbahan bakar feces di Yogyakarta, Mojokerto, Solo dan Bali. Mengelola MCK dengan biogas feces gampang-gampang mudah, kata Wahyuno, banyak yang tidak bertahan lama karena masyarakat kurang antusias dan sulit mengubah kebiasaan di MCK. “Mereka lebih suka buang hajat di kali dengan alasan tidak mengeluarkan biaya tapi mereka tidak memikirkan kesehatan,” jelas Wahyono. Di Panruti Luhur, tiga orang warga bertugas membersihkan kamar mandi, WC, mengontrol perlatan, serta mengatur antrian air dan kompor gas. Bergantian, Amir, Rustam dan Yadi menjaga lima unit kamar mandi dan enam WC. “Untuk mandi dikenakan tariff Rp 500, buang hajat Rp 500, mandi dan buang hajat Rp 600, masak dengan kompor gas Rp 500 dan air pam per dua jam Rp 1000,” 100 jelas Amir. Dari hasil menyewakan MCK ini, setiap orang mendapatkan Rp300 set ribu per bulan dan uang makan Rp 5000 per hari. “MCK ini dibuka untuk unt umum nonstop 24 jam. Bagi siapapun yang membutuhkan, sia siap sia dilayani dengan baik dan keamanan terjamin,” tutur Amir. kea

Menurut Wahyono, pengelola MCK Pangruti Luhur, meskipun memanfaatkan gas dari kotoran manusia, namun gas tersebut tidak berbau.

meski diakui sangat menguntungkan. “Dengan dapur umum yang dibangun dengan menggunakan bahan bakar ini, setiap pagi saya bebas memasak air dengan membayar Rp500. Apalagi jika ada warga yang punya perhelatan, kita bisa numpang memasak di sini,” ungkap Sakdillah (52), warga Bustaman. Proses pembuatan biogas ini berlangsung selama hampir satu tahun. “Kita mencampur feces dengan kotoran kambing dan sapi seberat 8 kuintal, baru terbentuk biogas dengan endapan panas dan enzim yang masih hidup tanpa dicampur apapun,” jelas Azhar. Menurut Wahyono, pengelola MCK Pangruti Luhur, meskipun memanfaatkan gas dari kotoran manusia, namun gas tersebut tidak berbau. “Hasil pemasakan dari biogas ini menghasilkan panas yang lebih tinggi dan pemasakan lebih cepat dibanding elpiji atau minyak tanah,” katanya. “Pemanfaatan kotoran manusia tidak berbau karena telah melalui proses pengelolaan biodigester yang dapat mengubah feces menjadi biogas,” ungkap Azhar, yang juga menjadi pengelola Sanimas.

Tahun VI Desember 2010

Dipatenkan Wahyono menyatakan jika dalam lima tahun ke depan gas yang dihasilkan stabil dan biayanya mencukupi maka biogas ini akan disalurkan ke rumah-rumah penduduk yang jaraknya sangat berdekatan. “Sehingga bisa langsung digunakan oleh masing-masing rumah tangga, tidak perlu mengantri seperti sekarang ini. Satu harapan kedepan, biogas dari bahan bakar feces ini akan didaftarkan menjadi hak paten,” jelas Wahyuno. Selaku koordintor MCK plus, Wahyono menilai tidak ada kendala selama masyarakat masih mau buang hajat ke tempat ini. “Karena biogas yang dihasilkan bergantung warga. Apalagi jumlah penduduk Kampung Bustaman termasuk padat yaitu sekitar 150 kk. Khusus untuk kamar mandi dipisahkan dengan WC agar kotoran yang dihasilkan tidak tercampur dengan bahan-bahan sintetis seperti sabun mandi, sabun cuci dan shampoo,” jelasnya. MCK multiguna itu banyak mendapat perhatian publik. Bahkan sang pengelola, Azhar dan Wahyono sempat menjadi pembicara di beberapa kegiatan. “Ada juga penghargaan dari Gubernur Jawa Tengah saat Hari Air Sedunia tahun 2008,” jelas Wahyono. (wiwik)

Papua

J Jawa Barat Jawa Tengah

Lintas Daerah Sumatera Utara

Tahun 2011 Era Kebangkitan Pendidikan Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Utara Syaiful Syafri mengatakan, tahun 2011 akan dijadikan sebagai era kebangkitan dan percepatan peningkatan kualitas pendidikan di daerah itu. "Jajaran Disdik Sumut termasuk di kabupaten/kota seSumut sudah melakukan berbagai persiapan dan pembenahan bagi meningkatkan dan pemerataan kualitas pendidikan," katanya di Medan, Rabu (8/12). Langkah-langkah percepatan peningkatan kualitas tersebut diantaranya dengan mengejar ketertinggalan, dimana ada kekurangan akan langsung diisi, dan kelemahan-kelemahan segera diperbaiki. “Metode mana yang lemah itu akan terus ditingkatkan, kemudian sarana apa yang diperlukan itu harus dikembangkan," katanya. Oleh karena itu, pihaknya telah melakukan rapat koordinasi dengan seluruh kepala dinas pendidikan kabupaten/kota se-Sumut yang melahirkan 11 kesepakatan dalam percepatan peningkatan kualitas pendidikan di Sumut. Ke-11 kesepakatan tersebut antara lain fungsi Disdik Sumut sejak 2010 sampai tahun berikutnya adalah melakukan pembinaan dan koordinasi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan percepatan peningkatan mutu pembelajaran. Salah satu strategi peningkatan mutu pembelajaran adalah dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini akan menjadi fokus kegiatan dinas kabupaten/kota maupun Disdik Sumut dalam rangka mewujudkan pendidikan di Sumut pada 2012 berbasis digital. "Kita harapkan dengan 11 kesepakatan tersebut kualitas peserta didik kita ke depannya dapat lebih meningkat lagi. Dengan demikian kualitas pendidikan diharapkan tidak kalah dengan daerah-daerah lainnya yang saat ini berkembang pesat," katanya. (diskominfo sumut)

Jambi

Penetapan Fungsi Kawasan Hutan Tim Terpadu Kementerian Kehutanan yang diketuai Dr. Senawi, MP meninjau delapan kabupaten di Provinsi Jambi dalam rangka penetapan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan di provinsi tersebut. Delapan kabupaten dimaksud terdiri dari Kabupaten Batanghari, Muaro Jambi, Tanjungjabung Timur, Tanjungjabung Barat, Tebo, Sarolangun, Merangin, dan Kabupaten Bungo. Ketika melepas keberangkatan tim di Ruang Mayang Mangurai Bappeda Provinsi Jambi, Rabu (8/12), Gubernur Jambi Ir. H. Ahmad Fauzi, MTP, menyampaikan bahwa perencanaan tata ruang dan sistem perencanaan pembangunan samasama menekankan proses yang tepat agar terwujud alokasi ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta menciptakan keseimbangan tingkat perkembangan wilayah. Menurut Gubernur, hingga tahun 2010 ini Rencana Perda Tata Ruang Provinsi Jambi sebagaimana telah diusulkan untuk disahkan bersama-sama DPRD belum dapat dibahas, meskipun draft Raperda-nya telah disampaikan bulan September 2010 yang lalu. (sunarto/humas pemprov jambi)

Kalimantan Barat

MoU Sister City Pemkot Singkawang dengan Yang Mey City Walikota Singkawang Hasan Karman telah menanda tangani MoU Program Kerjasama Sister City antara Singkawang dengan YangMey City, Taiwan. “Ini kunjungan persaudaraan sekaligus penandatanganan kerja sama meliputi bidang kebudayaan dan parawisata, pertanian, pendidikan, ekonomi dan perdagangan,” katanya, di kantor Walikota Singkawang, Rabu (8/12) Menurut Hasan, kerjasama di bidang pertanian ditujukan untuk meningkatkan SDM pertanian terampil, aplikasi teknologi modern, dukungan sarana/prasarana, jaminan pasar/market, keterkaitan antar sektor, promosi efektif, dan sistem/rantai pemasaran pendek. Adapun peningkatan sarana dan prasarana diantaranya pengolahan hasil ternak dan sayur (home industry), teknologi budidaya (pengairan dan organik ), pemasaran (kios dan pasar sayur dan hasil ternak), pembangunan sarana penanganan limbah pertanian. Untuk bidang pendidikan, melakukan sistem pendidikan terpadu dari jenjang TK,SD, SMP, SLB, prasarana/sarana lengkap/canggih, metode/media pembelajaran menggunakan IT, lingkungan sekolah bersih/tertata. Adapun peluang kerjasama di bidang pendidikan diantaranya pembelajaran bahasa Indonesia, Mandarin dan Inggris, pembelajaran kesenian dan olahraga serta pembelajaran keterampilan komputer. “Program yang bisa direalisasikan dalam waktu dekat adalah pertukaran guru bahasa indonesia, Mandarin, Inggris, pertukaran guru keterampilan dan kesenian, pertukaran siswa berbakat dan berprestasi, serta program magang siswa (home stay) memanfaatkan waktu libur sekolah,” kata Hasan Karman. (MC singkawang)


Edisi 23

Tahun VI Desember2010

Kementerian Luar Negeri Tumbuhkan Demokrasi Berbasis Lokal Demokrasi berbasis lokal merupakan salah satu poin yang telah disepakati oleh para delegasi yang menghadiri Bali Democracy Forum (BDF) III. “Pentingnya demokrasi yang tumbuh dari situasi lokal diharapkan mampu membuat demokrasi di kawasan Asia semakin berkembang dan kuat di masa mendatang,” jelas Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Kusuma Habir, pada konferensi pers penutupan BDF III di Nusa Dua, Jumat (10/12). Kusuma menjelaskan pertemuan yang dihadiri beberapa kepala negara di Asia selama dua hari itu mengedepankan pembahasan mengenai bagaimana sistem demokrasi membantu mencegah timbulnya konflik kekerasan dan mengapa pengembangan demokrasi dan ekonomi penting untuk membangun perdamaian. Sebelumnya dalam pembukaan acara yang berlangsung 9 sampai 10 Desember itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu menyatakan, “Tema sentral yang diangkat pada forum ini sangat tepat dan relevan. Tepat karena salah satu tantangan utama bagi sebagian besar negara demokrasi di dunia adalah bagaimana mencapai perdamaian dan stabilitas, yang

Lintas Lembaga

sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan didambakan oleh masyarakat,” kata Presiden. Sebagai tindak lanjut dari pembahasan di BDF III ini telah dibentuk lembaga yang akan mengimplementasikan hasil forum ini, yaitu Institute for Peace and Democracy di Universitas Udayana. Juru Bicara Kemenlu, Michael Tene menyatakan, capacity building building,, seminar, workshop mengenai demokrasi, pemantauan praktek-praktek pemilu di negara anggota dan bahkan program pelatihan untuk pelaksanaan pemilu akan dilakukan oleh institut ini. Acara itu dihadiri Presiden Korea Selatan, Lee Myung-bak, Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei Darussalam dan Kay Rala Xanana Gusmao, Perdana Menteri Republik Demokratis Timor-Leste, 18 Menteri dan sejumlah pejabat tinggi serta delegasi dari 71 negara dan peninjau.(RA)

"ANTARA ditugaskan untuk menyebarkan berita-berita atau informasi yang mencerdaskan kehidupan bangsa, menyatukan dan menjaga keutuhan bangsa dan negara," katanya dalam sambutan hari ulang tahun (HUT) ke-73 ANTARA di Jakarta, Senin (13/12). Tifatul mengemukakan, ANTARA sebagai media dapat disebut menjadi pilar ke empat demokrasi, setelah eksekutif, legislatif dan yudikatif. Dalam fungsi dan peran strategisnya inilah, ia menambahkan, ANTARA harus mampu menyajikan berita yang akurat dan berimbang, sehingga menjadi acuan kepercayaan masyarakat. Kantor Berita ANTARA didirikan pada tahun 1937 oleh Adam Malik, Soemanang, Pardu Kartawigoena dan Sipahoetar. Sejak Juli 2010 ANTARA berubah status menjadi Perusahaan Umum (Perum) melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 40/2007 yang ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. (antara)

Kementerian Komunikasi dan Informatika Menkominfo: LKBN Antara Harus Atasi Distorsi Informasi Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Tifatul Sembiring, mengharapkan Perum ANTARA dalam perkembangannya harus terus berkarya, makin cerdas, dan mampu mengatasi distorsi informasi yang ada di masyarakat.

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Percepatan Pertumbuhan Kewilayahan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemnakertrans) akan mengorientasikan dengan menjadikan model pembangunan transmigrasi sebagai model strategi pembangunan

yang komprehensif yang bisa dijadikan sebagai salah satu model percepatan pertumbuhan kewilayahan. “Pertumbuhan kewilayahan ini akan kita sarankan untuk menjadi salah satu model pembangunan daerah terluar ataupun daerah perbatasan yang bisa disebut juga dengan teras Indonesia,” kata Menakertrans Muhaimin Iskandar usai upacara peringatan HUT Korpri ke-39, HUT Dharma Wanita Persatuan ke-11 dan Hari Bhakti Transmigrasi ke-60 di Kantor Kemnakertrans, Jakarta, Senin (13/12). Hal ini menurutnya, setelah mempelajari 60 tahun program transmigrasi, mengevaluasi, merefleksi dan pengalaman yang luar biasa dari berbagai kekurangan maupun keberhasilan dalam program transmigrasi. “Nah, disitulah akan kita orientasikan ke sana,” ujarnya. Orientasi lainnya adalah akan mempercepat pembangunan ketransmigrasian yang ada. “Kawasan transmigrasi yang ada akan kita percepat pembangunannya dengan menambah infrastruktur-infrastruktur pendukung utama seperti pasar, jalan, sekolah dan perguruanperguruan,” jelasnya. Ditegaskannya bahwa, Kemnakertrans saat ini tidak lagi berorientasi kepada jumlah, walaupun jumlah peminat transmigrasi masih banyak sekitar 200 ribuan KK. “Orientasi kita lebih utama adalah menciptakan suatu ketahanan pembangunan ekonomi dan sosial kemasyarakatan dibandingkan kuantitas,” ujarnya. (Az)

11

www.bipnewsroom.info

Kementerian Pendidikan Nasional Evaluasi Utuh Lewat Ujian Nasional Menteri Pendidikan Nasional, Mohammad Nuh mengatakan, konsep pemerintah dalam Ujian Nasional (UN) adalah menilai atau mengevaluasi secara utuh dari kompetensi yang harus diisi oleh anak-anak selama dalam proses belajar mengajar yaitu kompetensi mulai dari efektif, psikomotorik, dan kognitif, semuanya dicerminkan dalam bentuk mata pelajaran. “Oleh karena itu, seluruh mata pelajaran harus dievaluasi untuk menentukan kualitas atau keberhasilan atau tingkat capain dari anak-anak sekolah tersebut,” kata Mohammad Nuh di Kemendiknas, Jakarta, Senin (13/12). Hanya saja, lanjut Mentri M. Nuh, siapa yang mau mengevaluasi, maka harus dibagi-bagi, karena tidak mungkin seluruhnya ditarik ke nasional. Lebih lanjut ia menyampaikan, yang menjadi persoalan adalah sering kali konsep yang lama UN, dianggap terpisah tidak memperhatikan proses belajar mengajar atau prestasi selama anak-anak mulai dari kelas satu sampai ke kelas tiganya, dan hal itu yang menjadi sorotan. “Kita pertimbangkan evaluasi tersebut, dan kita gabung dengan ujian yang diselenggarakan secara nasional. Jadi konsep pemerintah yang jelas, proporsi ujian nasionalnya lebih tinggi dibandingkan dengan ujian sekolah,” ungkapnya. (Gs)

Wajah Kita

Awas Elestrik!

“Awas elestrik, sing ngemek mati!” Artinya: Awas listrik, yang menyentuh mati! Peringatan di gardu listrik di pulau Jawa zaman penjajahan Belanda itu sangat menakutkan. Sepertinya, kaum inlander sengaja dibuat miris kepada benda tak kasat mata bernama elestrik ini. Tak heran orang awam berusaha menjaga jarak sejauh mungkin dengan listrik. Jika listrik padam, orang-orang akan merasa aman karena ter-

hindar dari kemungkinan kesetrum. mati kesetrum Itu dulu, tapi sekarang kondisinya terbalik. Lima detik saja listrik padam, koor bernada kecewa akan berkumandang di manamana. Maklum, imbas kedipan listrik selama lima detik itu bisa fatal. Kekacauan produksi bisa terjadi lantaran mesin pabrik berhenti bekerja. Transportasi bisa kacau-balau atau bahkan lumpuh karena radar bandara dan lampu lalu-lintas padam. Aktivitas moneter terganggu akibat komputer di bursa saham hang. Nyawa terancam lantaran respirator, mesin cuci darah dan alat pacu jantung di ruang operasi ngadat. Pendek kata, banyak aktivitas manusia terancam (bukan sekadar terganggu) gara-gara listrik padam. Sepertinya, aktivitas manusia modern tak akan berjalan normal tanpa listrik. Lihat saja di kantor-

kanto orang seperti kehilangan kantor, akal, bengong, tak tahu harus berbuat apa, saat listrik padam. berbu Ibu-ibu rumahtangga masa kini Ibu-ib dan para pramuwisma di rumahd rumah mewah akan menganggur sejenak karena tak bisa mengerjakan aktivitas mencuci, menyetrika, atau pun memasak, lantaran semua alat berbasis listrik mendadak jadi onggokan barang tak berguna. Itu belum termasuk yang remeh-temeh misalnya terpaksa puasa nonton televisi, tidak main game, atau meredam niat ber-ponsel-ria untuk sementara waktu lantaran catu daya menara operator ponsel turut pula almarhum. Contoh di atas baru ketika listrik padam beberapa saat, bukan berjam-jam, berhari-hari atau berminggu-minggu. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi jika listrik padam dalam waktu lama, suasana pasti akan chaos. Unjuk rasa antipemadaman listrik akan terjadi di manamana. Bahkan bisa merembet ke urusan politik segala, karena penguasa dinilai tidak mampu menyediakan “kebutuhan dasar” bagi rakyatnya. Gawat kan? Anehnya, meski semua orang butuh listrik dan bahkan sudah dianggap sebagai kebu-

tuhan pokok, perlakuan bangsa ini terhadap listrik masih terbilang primitif. Alih-alih menggunakan sumber daya ini seefisien mungkin, orang-orang sepertinya malah berlomba-lomba menggunakannya secara boros dan berlebihan. Yang mampu dan mau membayar mengeksploitasi lisrik untuk kebutuhan yang sejatinya tidak perlu. Contoh, ada lho, orang kaya di Jakarta yang menerangi kolam ikan di depan rumahnya dengan lampu sorot 1.000 watt, atau setara dengan daya listrik di dua rumah sederhana. Sementara yang tidak mau membayar memilih mengeksploitasi listrik dengan cara ilegal: mencuri setrum dengan berbagai cara, tanpa peduli daya yang ia pakai sejatinya hak orang lain. Sayangnya, di banyak tempat di Indonesia, masyarakat cenderung permisif terhadap eksploitasi listrik. Orang yang sedang punya hajat entah itu pesta perkawinan atau sunatan, misalnya, “diperbolehkan” menggunakan listrik secara loss stroom. Atas nama kepentingan umum, warga “diizinkan” memasang penerangan jalan gratis berdaya ratusan watt dengan mengambil arus listrik langsung dari kabel

utama. Dengan dalih tidak mampu, beberapa anggota masyarakat “terpaksa” nyantol listrik untuk dialirkan ke rumah tanpa bayaran satu sen pun, dan itu semua dianggap sebagai hal yang wajar belaka. Sepertinya listrik dianggap milik nenek-moyang sendiri, sehingga bisa dipergunakan semau-maunya. Banyak orang malas berpikir bahwa untuk memproduksi listrik diperlukan biaya besar, sementara sumber daya pembangkit yang tersedia terbatas. Banyak orang tidak peduli, negara masih mensubsidi listrik dalam jumlah yang sangat besar. Dan banyak yang tidak mau mengerti bahwa tindakan mengeksploitasi listrik untuk hal-hal yang tidak seharusnya, apalagi secara ilegal, akan membuat setrum PLN tekor sehingga listrik menjadi sering padam. Mungkin sekarang perlu dibuat peringatan baru di gardu-gardu listrik, yang bisa mengingatkan bahwa ulah manusialah yang sejatinya membuat listrik sering padam. Bunyinya, “Jangan sentuh, elestrik bisa mati!” (gun)


12

Edisi 23

Tahun VI Desember 2010

ilus : www.pixmac.com

www.bipnewsroom.info

Melewati malam di Desa Karangtengah Grumbul Kalipondok Kecamatan Cilongok Banyumas saat ini tidak cuma ditingkahi suara jangkrik atau binatang malam. Suara siaran televisi atau musik mengalun dari speaker aktif dari rumah penduduk yang tersebar di lereng barat daya Gunung Slamet. Semua warga tak lagi menggunakan lampu minyak untuk penerangan dalam dan luar rumah masing-masing. Suasana itu tak terbayangkan sembilan tahun lalu, sebelum Sarno Ichwani (51) memperkenalkan kincir air sebagai pembangkit listrik sederhana. Bermula dari keengganan harus berulangkali mengisi accu sebagai sumberdaya pengeras suara mesjid tahun 1992, Sarno Ichwani berpikir untuk membuat pembangkit listrik. Memperhatikan teknologi kincir air yang telah digunakan di desa tetangga, Semaya, akhirnya Sarno membeli dinamo bekas motor, blok magnet, kawat kumparan; karet dan segulung kabel di Pasar Wage Purwokerto. Semua peralatan itu dirangkai dengan roda kayu pemutar berjari-jari 50 cm dan 20 cm. Memanfaatkan derasnya arus air yang meluncur dari perbukitan Sarno melakukan uji coba berulangkali. Hingga pada suatu hari Sarno yang hanya bersekolah hingga kelas 4 Sekolah Dasar ini berhasil mendapatkan arus listrik. Keberhasilan Sarno Ichwani membuat sumber listrik dengan kincir air dilirik warga desa. Kini hampir 93 rumah di desanya tak gelap lagi di malam hari. Ada warga yang membuat sebuah kincir air untuk sebuah rumah, ada yang berbagi dua atau tiga rumah.

Sebuah kincir air dengan dua magnet dapat menghasilkan arus listrik setara 600 watt. Cukup untuk menghidupkan tiga lampu hemat energi, sebuah pesawat televisi dan menyetel tape deck atau VCD dengan suara stereo. “Sepanjang arus air cukup dan peralatan yang terpasang tidak rusak, di sini tak pernah kenal byar pet seperti di kota,” gurau Sarno. Untuk membuat sebuah kincir air hingga dapat mengeluarkan arus listrik dengan dua magnet diperlukan biaya dua juta rupiah. Rajin melakukan pemeliharaan dengan memperhatikan kebersihan saluran air, memberikan oli pelumas pada as roda-roda membuat kincir air ini dapat berfungsi 24 jam dalam jangka waktu sekitar dua tahun lamanya . “Kelemahan warga disini yang harus diatasi adalah agar mau lebih perhatian pada pemeliharaan kincir ini,” kata Sarno. Disamping tentu saja memelihara sumber air agar tetap mengalir dengan debit cukup yang mampu memutar roda-roda kincir air. Sarno Ichwani, sosok sederhana dan sangat terbuka untuk berbagi pengetahuan dan keterampilan membuat kincir air sebagai pembangkit listrik ini. Atas keberhasilan usaha “menerangi” desa, ia mendapat penghargaan sebagai Pelopor Teknologi Alternatif oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah. Listrik telah memenuhi kebutuhan desa Karangtengah Grumbul Kalipondok. Dengan potensi air melimpah, pembangkit listrik teknologi sederhana dan biaya pemeliharaan yang murah bukan tidak mungkin kincir air bisa menerangi desa-desa lain yang belum terlayani fasilitas listrik. (Foto dan Narasi: Agus S. Budiawan)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.