Edisi 14/Tahun V/September 2009

Page 1


2 www.bipnewsroom.info

komunika Edisi 14/Tahun V/September 2009

Menangkap Potensi Ekonomi Lebaran Bagi bangsa Indonesia, hari raya Idul Fitri atau yang biasa disebut Lebaran tidak hanya menjadi milik mereka yang beragama Islam, namun telah meluas melintasi sekat-sekat suku, etnis dan agama. Tidak berlebihan jika dikatakan Lebaran sudah menjadi kegiatan kultural seluruh anak bangsa, tanpa peduli apa latar belakang primordialnya. Dimensinya yang sangat luas, memungkinkan Lebaran menjadi momen yang pas bagi bertemunya berbagai macam aktivitas budaya, sosial dan ekonomi masyarakat. Secara tidak langsung, Lebaran menciptakan sikap saling tolong-menolong di antara warga, dan menjadi ajang paling efektif untuk mendistribusikan kesejahteraan. Hal itu bukan saja tercermin dari pembayaran zakat fitrah, akan tetapi juga dari pembelanjaan tunjangan hari raya (THR) yang diterimakan kepada para pekerja, dimana keduanya mampu memberikan kontribusi positif terhadap kehidupan warga kurang mampu. Melalui zakat fitrah, mereka yang tergolong mampu di bidang ekonomi diwajibkan memberikan makanan pokok, atau uang yang nilainya setara, kepada masyarakat yang tidak mampu. Dengan cara demikian, tidak ada lagi anggota masyarakat yang menyambut Lebaran dalam keadaan kekurangan pangan. Sementara dengan pembelanjaan uang THR, pendapatan para petani dan pedagang kecil bisa ikut terdongkrak, karena komoditas mereka dibeli oleh para pekerja dengan harga memadai. Sementara itu, kegiatan mudik yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari Lebaran Idul Fitri, turut memberi andil terhadap mengalirnya devisa dari kota ke desa. Saat pulang kampung, para pekerja migran yang mencari nafkah di Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia, akan membawa pulang uang dalam jumlah yang sangat besar untuk dibelanjakan di daerah asal. Hal ini tentu akan memacu gairah roda ekonomi setempat untuk berputar lebih cepat. Geliat ekonomi pada saat Lebaran memang terbilang luar biasa. Berdasarkan perhitungan para pakar, di Jakarta saja setidaknya terdapat delapan juta pekerja migran. Mereka umumnya menerima THR dari perusahaan sebesar dua kali upah minimum regional. Artinya, ada dana

Investasi di Daerah Lebaran adalah momen yang terlalu berharga untuk dilewatkan begitu saja. Di kotakota besar, seperti Jakarta, ketika bank, bursa efek, dan kantor tutup kemudian dibuka kembali setelah libur panjang hampir sepekan, setidaknya udara Jakarta akan bersih dari biasanya. Hal yang saya sayangkan, mestinya peristiwa mudik ini bisa dijadikan momentum bagi daerah untuk menawarkan lapangan kerja bagi orang yang tengah pulang kampung. Bukannya malah sehabis mudik, justru membawa lebih banyak lagi tenaga kerja ke ibukota. Semestinya selain soal brosur peta mudik yang memuat lokasi wisata, ATM, pom bensin, bengkel, mestinya disertakan peta potensi jasa dan industri daerah, siapa tahu ada pemudik yang tertarik untuk bekerja dan berinvestasi di daerah.

desain: ahas/danang foto: bf-m, danag

Budi D. <budipresxxxx@yahoo.co.id>

Hutan Kalimantan Terbakar! Sering terjadi kebakaran hutan di Kalimantan tapi jarang sekali terdengar kebakaran di hutan Kalimantan-nya Malaysia. Tak ada kebakaran besar-besaran di Serawak, Sabah atau Brunei hanya di Kalimantan-nya Indonesia! Apa dan mengapa bisa jadi begini, inilah misteri kebakaran hutan Kalimantan kita. Apakah kita biarkan begitu saja terpanggang, gundul dan menjadi tanah gersang penuh alang-alang? Sabah, Brunei, Serawak hutannya masih hijau, lebat padat dan penuh fauna flora tropika. Ada juga daerah yang dibolehkan jadi perkebunan, peternakan dan berbagai bisnis lainnya. Sudah hampir tiap tahun kita mengalami kebakaran hutan Kalimantan, apakah Pemerintah tak mempersiapkan diri sebelum terjadi? Ataukah karena sudah biasa ya jadi biasa-biasa saja hingga kita hanya pasrah saja pada hutan dan api? Kalau kita tak jaga baik-baik

setidaknya Rp 16 triliun yang dikucurkan oleh pasca lebaran tak banyak berubah. Kesejahteraan perusahaan kepada para pekerja. Dan oleh pekerja, masyarakat pun tak mengalami perkembangan dana itu sebagian besar akan dibelanjakan untuk berarti. Kendati diakui laju roda ekonomi pada kepentingan Lebaran di kampung halaman. Itu saat Lebaran berputar sangat kencang, namun belum termasuk penghasilan yang diperoleh tenaga pasca Lebaran ekonomi kembali melambat dan kerja di kota-kota besar lainnya dan juga mereka akhirnya normal kembali setelah mencapai titik yang tergolong sebagai pekerja kerah biru alias ekuilibrium. pekerja berpenghasilan Padahal jika di-manage besar. Pendek kata, jumdengan baik, momentum potensi ekonomi yang demikian lah peredaran uang di saat Lebaran sangat potensial dibesar ini belum sepenuhnya bisa Lebaran tidak bisa terjadikan starting point menuju dimanfaatkan oleh masyarakat, terutama oleh kalangan dunia tandingi oleh momen hari sistem ekonomi nasional yang usaha. Uang yang berlimpah di besar apapun di tanah air. lebih besar dan kuat. Oleh hari Lebaran, pada akhirnya hanya Peredaran uang yang karena itu, perlu dipikirkan begitu besar di saat Lebaran dihabiskan di sektor konsumsi alih-alih upaya yang tepat dan jitu, meningkatkan produksi merupakan potensi yang agar dana yang keluar dari luar biasa bagi bergeraknya kantong masyarakat ini tidak perekonomian yang lebih pesat, dengan syarat terbuang sia-sia. Langkah-langkah strategis perlu asal dunia usaha bisa menangkap potensi itu dan dirumuskan untuk mengenjot sisi produksi agar menterjemahkannya ke dalam bentuk kegiatan tumbuh seiring dengan naiknya tingkat konsumsi. ekonomi produktif. Jika syarat itu bisa dipenuhi, Upaya tersebut dapat dilakukan, asal ada dukungan maka akan lebih banyak lagi pekerja yang terserap penuh dari masyarakat. di sektor produksi. Kondisi ini dalam jangka panjang Dukungan paling nyata yang bisa dilakukan maakan semakin memperbesar lagi potensi belanja syarakat adalah mengubah tabiat konsumtif mereka masyarakat, sehingga ekonomi Indonesia pun akan menjadi produktif. Kebiasaan berbelanja dalam menggeliat tumbuh semakin pesat. jumlah besar di waktu Lebaran tidak perlu dilarang, Sayang, potensi ekonomi yang demikian besar karena bagaimanapun itu juga memberikan sumini belum sepenuhnya bisa dimanfaatkan oleh mabangan signifikan terhadap perekonomian di aras syarakat, terutama oleh kalangan dunia usaha. lokal. Akan tetapi, akan lebih baik apabila sebagian Uang yang berlimpah di hari Lebaran, pada akhirnya dana yang ada juga disisihkan untuk menumbuhkan hanya dihabiskan di sektor konsumsi alih-alih kreasi di sektor ekonomi produktif, misanya untuk meningkatkan produksi. Sementara diversifikasi, modal usaha, berkarya, maupun berwiraswasta. intensifikasi dan ekstensifikasi produksi masih Semenjak kemerdekaan, bangsa Indonesia tak beranjak dari kondisi seperti pada hari-hari telah mengalami Lebaran sebanyak 65 kali. Namun biasa. Buntutnya, tingkat konsumsi yang sangat demikian, belum pernah sekalipun momen Lebaran tinggi tidak diimbangi dengan upaya menggenjot ini dimanfaatkan untuk mengawali sebuah gerakan pertumbuhan di sektor produksi, sehingga imbas ekonomi baru yang lebih mantap dan mapan, kendati positif melimpahnya dana di waktu Lebaran kesempatan untuk itu terbuka sangat lebar. Tahun terhadap laju pertumbuhan ekonomi tidak bisa demi tahun, Lebaran hanya dipandang sebagai dirasakan masyarakat. peristiwa ritual biasa, bukan sebagai peristiwa Patut disayangkan jika perputaran uang yang ekonomi. Pergerakan devisa besar-besaran yang demikian besar ini hanya berjalan sesaat, dan tidak terjadi di dalamnya hanya dianggap sebagai sebuah menghasilkan multiplier effect atau efek berantai keniscayaan, laiknya gelombang lautan yang akan pasang dan surut dengan sendirinya. apapun terhadap peningkatan kesejahteraan Bagaimana dengan Lebaran tahun ini? rakyat. Bukti menunjukkan, pada Lebaran tahuntahun sebelumnya, kondisi ekonomi masyarakat (g)

hutan Kalimantan, suatu waktu bakal tak ada lagi yang namanya rimba belantara tropika dunia yang unik ini. Lasmianto Sampit, Kalimantan Tengah

Manfaatkan Jejaring Sosial

Social media, termasuk blog, berkembang sangat pesat di Indonesia tahun ini. Saat ini ada sekitar 25 juta pengguna internet di Indonesia, dan satu juta di antaranya adalah blogger . Ini meningkat pesat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 600.000 blogger. Harusnya potensi ini bisa dikembangkan untuk mengurangi besarnya biaya mudik yang harus ditanggung rakyat. Dengan situs jejaring sosial mungkin bisa dikembangkan model silaturrahmi baru berbiaya murah dan terjangkau. Apalagi saat ini di Indonesia tarif internet sudah beberapa kali mengalami penurunan. Andi Chandra Cimanggis, Depok , Jawa Barat

Tabloid komunika. ISSN: 1979-3480. Diterbitkan oleh Badan Informasi Publik DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Pengarah: Prof. Dr. Moh Nuh, DEA (Menteri Komunikasi dan Informatika). Penanggung jawab: Drs. Freddy H. Tulung, MUA. (Kepala Badan Informasi Publik) Pemimpin Redaksi: Drs. Bambang Wiswalujo, M.P.A.(Kepala Pusat Pengelolaan Pendapat Umum). Wakil Pemimpin Redaksi: Drs. Supomo, M.M. (Sekretaris Badan Informasi Publik); Drs. Ismail Cawidu, M.Si. (Kepala Pusat Informasi Politik Hukum dan Keamanan); Drs. Isa Anshary, M.Sc. (Kepala Pusat Informasi Perekonomian); Dr. Gati Gayatri, MA. (Kepala Pusat Informasi Kesejahteraan Rakyat). Sekretaris Redaksi: Mardianto Soemaryo. Redaktur Pelaksana: M. Taufiq Hidayat. Redaksi: Drs. Lukman Hakim; Drs. Selamatta Sembiring, M.Si.; Drs. M. Abduh Sandiah; Dra. Asnah Sinaga. Reporter: Suminto Yuliarso; Lida Noor Meitania, SH, MH; Karina Liestya, S.Sos; Elpira Indasari N, S.Kom; Koresponden Daerah: Nursodik Gunarjo (Jawa Tengah), Yaan Yoku (Jayapura). Fotografer: Fouri Gesang Sholeh, S.Sos. Desain/Ilustrasi: D. Ananta Hari Soedibyo (TA); Farida Dewi Maharani, Amd.Graf, S.E., Danang Firmansyah. Alamat Redaksi: Jalan Medan Merdeka Barat No. 9 Jakarta Telp/Faks. (021) 3521538, 3840841 e-mail: komunika@ bipnewsroom.info atau bip@depkominfo.go.id. Redaksi menerima sumbangan tulisan, artikel dan foto yang sesuai dengan misi penerbitan. Redaksi berhak mengubah isi tulisan tanpa mengubah maksud dan substansi dari tulisan tersebut. Isi komunika dapat diperbanyak, dikutip dan disebarluaskan, sepanjang menyebutkan sumber aslinya.


3

Fery (21), penjual pulsa di Surabaya, Jawa Timur menemukan uang palsu pecahan 100.000 rupiah. Mulanya ia tak yakin, karena sulit untuk membedakannya dengan yang asli. Sentuhan tangan bisa tertipu oleh kertas uang palsu tersebut. Bahkan, garis tali emas dan gambar bayangan dalam uang tersebut juga terlihat saat diterawang. Namun, setelah Fery lebih teliti ia menemukan perbedaan tali emas uang palsu itu tidak memiliki huruf Bank Indonesia dengan jelas. Sementara garis gambar bayangan di dalam uang palsu juga terlihat kasar dibanding dengan uang aslinya. F e r y mengaku tertipu tapi merelakan kerugian yang dideritanya. "Lain kali saya akan hatihati saja lagi, jika menerima uang dari pelanggan. Uang palsu ini saya buang saja,"ungkap Fery.

"Masih minimnya kesadaran masyarakat Sumbar akan ciri-ciri keaslian uang rupiah dan kurangnya sanksi hukum yang menimbulkan efek jera terhadap pelaku pengedaran uang palsu menjadi faktor meningkatnya jumlah temuan uang palsu pada triwulan dua kemarin," kata Pimpinan BI Padang, Romeo Rissal di Padang, Sabtu. Romeo Rissal mengatakan untuk menekan peredaran uang palsu sendiri, BI selalu melakukan sosialisasi ciri-ciri uang asli. Tujuannya agar masyarakat bisa tahu dan paham

membedakan antara uang asli dan palsu. Diakui, untuk membedakannya itu saat ini memang relatif sulit, karena dengan kecanggihan teknologi uang palsu yang dibuat terkadang bentuk Kian Canggih dan ukurannya hampir menyerupai Peredaran uang palsu dikarenakan uang yang aslinya. situasi perekonomian yang terpuruk, "Bila ada uang palsu yang yang berimbas pada masyarakat yang ditemukan maka masyarakat merasa mendapatkan uang untuk memenuhi dirugikan. Untuk itu masyarakat kebutuhan hidupnya dengan cara perlu mengetahui lebih banyak yang mudah. mengenai ciri-ciri uang asli dan palsu," Meskipun Perusahaan Umum tuturnya. S e c a ra f i s i k k a t a d i a Rasio Temuan Uang Palsu terhadap keberadaan uang palsu dan Uang Kertas yang Diedarkan asli dapat dibedakan dengan kejelian dan ketelitian dengan Rasio Periode (per 100 ribu lembar uang asli) menggunakan konsep dilihat, diraba dan diterawang. Februari 2009 138 Januari 2009

38

Desember 2008

108

November 2008

64

Oktober 2008

65

September 2008

40

Agustus 2008

41

Juli 2008

96

www.bi.go.id

Percetakan Uang RI (Perum Peruri) mencetak uang sedemikian rupa dengan peralatan canggih agar sulit ditiru. Namun hal itu tidak menyurutkan para pemalsu untuk terus beroperasi. Ketika polisi membekuk komplotan pembuat dan pengedar uang palsu di Klaten, Jawa Tengah belum lama ini. Para tersangka mengaku sudah beroperasi selama tiga tahun. Mereka juga mengaku berhasil mengedarkan uang palsu di sejumlah kota di Jawa. Kepada peminat, komplotan ini menjual empat lembar uang palsu dengan selembar uang asli senilai sama. Tersangka menampik sebagai pembuat uang palsu. Mereka mengaku hanya mengedarkan. Sementara uang palsu mereka dapatkan dari seseorang di Solo, Jawa Tengah. Siapapun pembuatnya, hasil karya jaringan pemalsu uang ini tergolong lihai. Secara visual, duit kertas cetakan mereka nyaris sama dengan yang asli. Bahkan, polisi pun mengaku sempat terkecoh. Hasil karya komplotan ini baru bisa dipastikan palsu dengan memeriksanya di bawah sinar ultra violet. Selain itu, dalam tumpukan uang palsu biasanya terdapat duit bernomor seri sama. Banyak di daerah Kantor Bank Indonesia (KBI) Padang pada triwulan kedua 2009 menemukan uang palsu yang beredar di masyarakat mengalami peningkatan 59,3 persen dengan penemuan sebesar Rp4,91 juta dari triwulan pertama sebesar Rp3,08 juta.

Tak Khawatir Bank Indonesia (BI) tak mengkhawatirkan bakal bertambahnya peredaran uang palsu di saat meningkatnya permintaan uang tunai menjelang Lebaran tahun ini, karena kepolisian terus menangkapi para pelaku pencetak dan pengedar uang palsu."Polisi yang terus melakukan penangkapan bagi para pencetak dan pengedar uang palsu telah bisa menekan peredaran uang palsu hingga saat ini," kata Deputi Gubernur BI S Budi Rochadi, di Jakarta, awal bulan ini. Dia menyebutkan bahwa rasio uang palsu hingga saat masih tetap tujuh hingga delapan lembar pada setiap 1.000 juta lembar uang yang beredar."Rasio itu tetap seperti pada tahun lalu, itu akibat gencarnya upaya pihak kepolisian dalam menekan peredaran uang palsu ini," katanya. Budi mengingatkan, tak ada satu pun negara di dunia ini yang mata uangnya tidak bisa dipalsukan. "Yang bisa kami lakukan adalah menekan kemungkinan peniruan mata uang dengan memperbanyak fitur pengamanan di dalam mata uang yang diproduksi," tutur Budi. Budi mengatakan bahwa kekhawatiran bertambahnya uang palsu ini sebenarnya pada saat pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) legislatif pada awal tahun ini. "Pada pelaksanaan pemilu saja tidak ada perubahan rasio uang palsu yang beredar, jadi menjelang Lebaran ini diperkirakan bisa ditekan," jelasnya. Bank Indonesia sebagai satusatunya lembaga berwenang mengeluarkan uang rupiah, yang memiliki tanda-tanda tertentu dengan tujuan nuntuk mengamankan uang rupiah dari upaya pemalsuan. Ciri-ciri uang kertas rupiah antara lain, bahan uang kertas atau bahan lainnya termasuk tanda pengaman uang ditetapkan oleh BI, dan

s a t u k a t a i n d o n e s i a

komunika Edisi 15/Tahun V/September 2009

Uang palsu dan uang asli sukar dibedakan karena sangat mirip. Masyarakat diminta waspada dan secara seksama mengenal jenis uang palsu sehingga tidak dirugikan bertransaksi sebab uang palsu tak bisa ditukar dengan yang asli.

digunakan sebagai bahan baku pembuatan serta pengaman uang kertas. Pada kertas uang terdapat tanda air yang berupa gambar yang akan terlihat apabila diterawangkan ke arah cahaya. Benang pengaman ditanam di tengah ketebalan kertas seperti dianyam, sehingga tampak sebagai garis melintang dari atas ke bawah. Cetak {{intaglio}}, yakni cetakan timbul yang terasa kasar apabila diraba, sebutnya. Tetap Waspada Ke depan BI dan Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) akan meningkatkan keamanan fitur uang yang akan dicetak dan edarkan ke masyarakat, sehingga susah untuk dipalsukan. Sekadar contoh, untuk pecahan Rp 100.000 emisi 2004, BI dan Peruri akan menambah fitur pengaman baru saat mencetak uang. “Jadi bentuk dan gambar uang masih sama, namun fitur pengamanannya bertambah,� ujar Budi. BI dan Peruri menjadwalkan uang baru yang lebih aman itu sudah beredar di tahun 2010 mendatang. Hal lebih penting dari itu semia adalah sosialisasi tentang lebih mengenal uang asli ini dilakukan di sekolah-sekolah, kasir, dan pihak lain yang sering bersentuhan dengan transaksi keuangan. Romeo Rissal menjelaskan uang palsu yang ditemukan oleh BI merupakan hasil setoran dari bankbank umum, sedangkan uang palsu yang ditemukan di masyarakat dan juga pihak kepolisian di luar hitungan yang dilakukan oleh pihaknya. Dalam menghindari uang palsu masyarakat sendiri ujar dia harus mengetahui beberapa ciri yang harus dicermati seperti tanda air. Pada kertas uang terdapat tanda air berupa gambar yang dapat dilihat bila diterawang ke arah cahaya. "Yang harus dilakukan, jika menemukan uang palsu, segera laporkanlah pada Bank Indonesia atau bank umum atau ke kantor polisi. Hal itu untuk menghentikan peredaran uang palsu tersebut," kata Romeo. Uang adalah urat nadi atau s e b a g a i d a ra h p e r e k o n o m i a n masyarakat. Tiap tahun Bank Indonesia meningkatkan kualitas untuk menghindari dari pemalsuan uang, karena uang palsu berpotensi menghancurkan perekonomian Oleh karena itu, tak ada salahnya untuk tetap waspada dengan keberadaan uang palsu. Terlebih, menjelang Idul Fitri. Sebab, di masamasa seperti inilah perputaran uang demikian kencang dan dianggap ideal bagi pengedar uang palsu untuk beraksi. (heri rubianto)


www.bipnewsroom.info

4

komunika Edisi 14/Tahun V/September 2009

Jauh hari sebelum lebaran, Ana (29) bergegas ke kantor pos di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Pagi itu, ia ikut mengantre bersama puluhan koleganya, sesama perantau untuk mengirim wesel ke keluarganya di Banjarnegara, Jawa Tengah. " Ta k b a nya k , t a p i l e b i h aman jika dikirim dulu. Siapa tahu keluarga di rumah juga membutuhkan," ungkap Ani diamini oleh beberapa rekannya. Ani mungkin satu dari sekian ratusan ribu perantau yang mengirimkan uang kepada keluarganya di kampung halaman, jelang lebaran tahun ini. Kini para perantau bersikap realistis bahwa mereka tidak bisa tepat waktu sampai di desa asal mereka. Oleh karena itu uang untuk keluarga guna menyambut Lebaran dikirim terlebih dulu. Meningkat Pengiriman paket dan wesel menjelang lebaran melalui PT Pos Indonesia Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau mulai mengalami peningkatan dibandingkan dengan hari-hari biasa. "Hari ini masayarakat Tanjungpinang mulai memenuhi kantor Pos Tanjungpinang untuk mengirimkan paket dan wesel pos kepada sanak saudara di luar daerah," kata Account Officer

Negara kaya tradisi seperti Indonesia punya banyak rahasia yang dapat menggerakkan roda perekonomian di luar pakem ekonomi modern. ‘Ekonomi Lebaran’ adalah salah satunya. Tak ada hitungan pasti berapa triliun rupiah uang yang berputar selama momen tersebut. Satu yang pasti, putaran uang itulah yang membantu menggerakkan ekonomi daerah. Di Kabupaten Malang tercatat aliran uang TKI tiap tahunnya rata-rata antara Rp 100 miliar hingga Rp 110 miliar. Transaksi uang yang paling besar dari TKI terjadi pada Ramadan atau menjelang Lebaran. Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Malang Djaka Ritamtama, putaran uang TKI pada Ramadan 40 persen dari total transaksi setiap tahunnya.

PT Pos Tanjungpinang, Sandy Rizario. Peningkatan itu diperkirakan akan mencapai puncaknya satu minggu sebelum lebaran. "Kami belum bisa menghitung berapa persen peningkatannya hari ini, karena belum siap direkap, namun yang jelas meningkat tajam karena masyarakat dari pagi sudah antri untuk mengirim paket barang dan wesel pos," ujarnya. Ani dan kawan-kawannya kebanyakan mengirimkan uang melalui wesel pos instan yang langsung bisa diterima sanak saudara di kantor Pos daerah tujuan hanya dalam sepuluh menit. "Tahun kemaren pengiriman barang ke luar daerah mencapai ratusan kantong dan barang yang datang juga lebih banyak sekitar 500 sampai 700 kantong Pos setiap kali kapal Pelni masuk dari Jawa atau dari daerah lain di Indonesia," ujarnya. Tukar Receh Selain pengiriman uang, fe n o m e n a p e n u k a ra n u a n g pecahan juga menjadi tradisi saat Ramadan. Tahun ini, di Bank Indoensia, Balikpapan, Kalimantan Timur jumlahnya langsung melonjak. Hingga Rabu (17/9), nilainya mencapai Rp 7,3 miliar. “Saat ini 2 loket penukaran

Itu artinya artinya, pada Ramadan ini diperkirakan akan ada sumbangan uang dari TKI yang masuk ke Kabupaten Malang sekitar Rp 40 miliar hingga Rp 44 miliar. Jumlah itu, terang Djaka, masih berdasarkan dari angka resmi yang didapatkan dari Bank Indonesia. Yang dimaksud data resmi adalah pengiriman uang TKI melalui western union, wesel, atau transfer bank. "Sedangkan putaran uang tak resmi jumlahnya juga cukup banyak dan tak terdeteksi," ucap Djaka. Perputaran uang yang tak resmi di antaranya menitipkan uang kepada rekan sesama TKI yang pulang kampung. Sumbangan uang itu didapatkan dari sekitar 10 ribu pekerja yang mengadu nasib di luar negeri seperti di negara-negara Timur Tengah, Hongkong, Taiwan, Malaysia, dan Singapura.

pangan yang meningkat dipicu tingginya konsumsi untuk makanan tradisional pedesaan dan buahbuahan lokal," katanya. Bahkan, pihaknya optimistis, setelah Hari H Lebaran mendatang, konsumsi bahan makanan minuman juga meningkat. Kenaikan ini diperkirakan terjadi selama sepekan. "Secara total, bisa diartikan selama Lebaran mereka melakukan konsumsi belanja selama dua pekan atau setengah bulan. Konsumsi tersebut untuk m e m e n u h i ke p e r l u a n h a l a l bihalal," katanya.

kita tambah 4 lagi menjadi 6 loket,� kata Iman, petugas di Kantor BI Balikpapan. Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memperkirakan kebutuhan uang kartal secara nasional menjelang Lebaran akan naik 160 persen atau mencapai Rp54,2 triliun dibanding kebutuhan pada hari-hari biasa. Kebiasaan masyarakat Indonesia dalam Hari Raya Idu Fitri adalah membagi-bagikan uang kepada kerabat ataupun kepada mereka yang membutuhkan. Bank Indonesia sendiri telah menjamin ketersediaan uang pecahan untuk kebutuhan Lebaran. Deputi Gubernur BI S Budi Rochadi, mengatakan uang kartal tersebut terdiri dari pecahan besar sejumlah Rp49,5 triliun dan pecahan kecil sebesar Rp4,7 triliun. Uang pecahan besar ini terdiri dari Rp20.000, Rp50.000 dan Rp100.000, sedangkan uang pecahan kecil yakni pecahan di bawah Rp20.000. Menurut Budi Rochadi, menghadapi peningkatan permintaan uang ini, bank sentral telah menyediakan uang kartal dan giral mencapai Rp150,8 triliun atau dua kali lipat dari tahun sebelumnya yang hanya Rp76 triliun. "Meningkatnya penyediaan ini karena ada uang pecahan baru (Rp2.000) yang menjadi primadona masyarakat," katanya. Bahkan, Budi Rochadi menyebutkan BI menyediakan uang pecahan Rp2.000 ini mencapai Rp1,8 triliun dari total pecahan kecil Rp4,7 triliun.

Putaran Konsumsi Perputaran uang di pedesaan saat Lebaran mendatang diyakini naik signifikan, karena tingginya daya beli masyarakat di wilayah tersebut. "Apalagi, momen Hari Raya Idul Fitri tahun ini bertepatan dengan akhir pekan, artinya masyarakat yang mudik ke kampung halaman mempunyai rentang waktu belanja lebih panjang," kata Pakar Statistik I n s t i t u t Te k n o l o g i S e p u l u h November (ITS) Kresnayana Yahya, kepada ANTARA belum lama ini. Bagi Yahya, panjangnya waktu berbelanja pemudik di pedesaan mulai tanggal 18 September sampai 24 September, "Itu setara dengan seperempat bulan," katanya. Ia memprediksi, perputaran uang di pedesaan saat Lebaran mendatang akan naik antara 35 persen dan 40 persen. "Padahal, saat akhir pekan normal (tanpa hari besar) perputarannya hanya 10 persen," ujarnya. Kenaikan perputaran uang di desa tersebut, jelas dia, akan terlihat untuk kebutuhan pangan, energi listrik, barang kebutuhan sekunder, pulsa, dan keperluan internet. Saat Lebaran, tidak menutup kemungkinan kebutuhan pemudik untuk berwisata juga tinggi. " S e m e n t a ra , k e b u t u h a n

Lebih dari Rp 50 500 Miliar Ke p a l a B a d a n N a s i o n a l Penempatan dan Perlindungan Te n a g a K e r j a I n d o n e s i a Mohammad Jumhur Hidayat mengatakan jumlah nasional TKI yang mudik pada Lebaran sebanyak 80-100 ribu. Pada hari normal, jumlah tenaga kerja Indonesia yang pulang ke daerah asal sebanyak 40-50 ribu per bulan. Ia mengatakan setiap bulan jumlah tenaga kerja Indonesia yang berangkat ke negara tujuan sebanyak 750 ribu per tahun, sedangkan yang pulang sebanyak 500 ribu orang per tahun. "Jawa Timur adalah penyumbang TKI terbesar," ujarnya. M e n u r u t J u m h u r, j i k a diasumsikan ada 100 ribu orang TKI mudik Lebaran dan mereka membawa masing-masing uang cash Rp 5 juta, artinya ada

sebanyak Rp 500 miliar akan dibawa pulang ke Indonesia. Padahal nilai yang ia ke m u k a k a n tersebut sebenarnya nilai yang p a l i n g r e n d a h . K a r e n a rasanya tidak mungkin para TKI jauhjauh pulang ketanah air hanya membawa pulang uang Rp 5 juta. " S a y a yakin pasti diatas Rp 5 juta. Karena jauh-jauh hanya membawa pulang 5-10 juta itu nilai yang sangat kecil dibanding pendapatan mereka di sana." tandasnya. Dampak dari kepulangan TKI

Di Balikpapan, perputaran uang keluar dari BI Balikpapan selama Ramadan (1/9) hingga Rabu (17/9) kemarin, disebutkan Iman nilainya mencapai Rp 248 miliar.

Ubah Jadi Investasi Lebaran memang menjadi salah satu momentum gerak putar uang ke daerah. Namun sayangnya selama ini itu lebih banyak diikuti dengan peningkatan belanja konsumsi para perantau. "Ibaratnya, dana yang berhasil mereka peroleh selama setahun di rantau hanya dihabiskan dalam sepekan di daerah asalnya," kata Edy Purwo Saputro, Ketua Pusat Studi Otonomi Daerah Universitas Muhammadiyah Surakarta. Persoalan sekarang adalah bagaimana sebagian dana para perantau dimanfaatkan untuk membangun daerah asalnya secara kolektif. " Bayangkan jika sebagian dana mereka yang di kisaran Rp5 juta hingga Rp20 juta per orang. Sebagian saja dibelikan hewan ternak untuk investasi dan yang separuh lagi diinvestasikan dalam bentuk deposito pendidikan. Tahun depan mungkin investasinya bisa lebih ditingkatkan lagi," jelas Edy. Tapi hambatan terbesar adalah mengubah cara pandang bahwa perilaku konsumtif yang identik dengan simbol keberhasilan di rantau. "Hal ini bisa dilakukan dengan melibatkan tokoh masyarakat yang diyakini sebagai panutan dan juga melibatkan aparat desa setempat. Hal ini tidak lain dimaksudkan agar perantau dapat memahami maksud dibalik mengubah paradigma konsumtif menjadi investasi," kata Edy. Andai saja hal ini bisa dilakukan serempak oleh semua perantau, maka kemakmuran di daerah bisa benar-benar tercapai. (mth/danang)

itu, kata Jumhur, meningkatkan devisa dari uang hasil kerja TKI. Berdasarkan survei, tiap pemerintah daerah rata-rata mencapai 40 sampai 60 persen. (m/berbagai sumber)


5 s a t u k a t a i n d o n e s i a

komunika Edisi 15/Tahun V/September 2009


www.bipnewsroom.info

6

komunika Edisi 14/Tahun V/September 2009


7 s a t u k a t a i n d o n e s i a

komunika Edisi 15/Tahun V/September 2009

Kesehatan


www.bipnewsroom.info

8

komunika Edisi 14/Tahun V/September 2009


Mengemis menjadi kegiatan terlarang di beberapa daerah. Setelah Pemda DKI Jakarta mengeluarkan Perda Tibum, kini giliran MUI Sumenep mengeluarkan fatwa tentang larangan mengemis. Perlu diterapkan secara hati-hati, karena kategori pengemis sangat bervariasi.

“Beri om, beri bu, beri pak!” suara puluhan anak itu terdengar melengking, meningkahi gemuruh kereta api Fa-jar Utama yang sedang menunggu persilangan dengan kereta api Argo Lawu di jalur Arjawinangun, Kab Cirebon, Jabar. Tangan-tangan kecil itu terulur ke arah jendela, memohon belas kasihan. Seorang bapak melemparkan puluhan keping uang logam pecahan Rp 500 dari jendela. Anak-anak berebut uang receh itu dengan gembira. “Lagi pak, lagi pak, kami belum dapat,” teriak salah seorang anak dengan suara keras. Ketika komunika memotret, sontak anak-anak itu lari lintang-pukang. Sebagian menutupi wajah dengan telapak tangan, sebagian lagi memalingkan muka dan berusaha berlindung di balik semak. Kenapa? “Mereka takut karena di beberapa daerah kegiatan mengemis sudah dilarang,” kata Herman, petugas polisi khusus kereta api yang kebetulan sedang melepas penat di samping komunika. Denda atau Penjara Di Jakarta, mengemis di jalur jalan tertentu memang bisa kena hukuman denda atau bahkan dipenjara, karena melanggar Perda No 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum. Namun bukan pengemis saja yang deg-deg-plas, pemberi sedekah pun harus ekstra hati-hati, karena bisa kena hukuman yang sama. Denda yang diterapkan pun tidak bisa dianggap main-main, maksimal bisa mencapai Rp20 juta. Sementara ancaman hukuman kurungannya bisa mencapai enam bulan. “Ancaman hukuman juga bisa menimpa pengamen, pedagang asongan, atau pengelap mobil di jalur-jalur tertentu,” kata Herman yang mengaku baru saja membaca salinan perda dimaksud. Secara pribadi ia tidak tahu apakah di Cirebon juga ada perda semacam itu, tapi di Jakarta perda tersebut sudah berlaku efektif. Ia mencontohkan, barubaru ini 12 warga disidangkan karena tertangkap tangan oleh Satpol PP ketika memberi sedekah kepada pengemis dan gelandangan atau penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dalam razia terpadu yang digelar Dinas Sosial DKI. “Mereka kaget karena tidak tahu bahwa memberi sedekah ternyata bisa berujung di penjara,” imbuh Herman. Apa kata pihak Dinas Sosial DKI Jakarta menanggapi penangkapan tersebut? Kepala Bidang Pelayanan Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial DKI Jakarta, Hari

Wibowo, menyatakan tindakan tegas itu perlu dilakukan untuk memberi efek jera. "Dengan ditangkap, mereka diharapkan jadi jera dan ke depan tidak lagi memberi sedekah di jalanan, karena ini akan mengganggu ketertiban umum. Selain itu, tindakan tersebut juga akan berimbas pada PMKS sendiri," katanya kepada wartawan di Jakarta, usai razia. Menurut Hari, jika tidak ada yang memberi sedekah maka otomatis para pengemis akan jera. “Tidak mungkin mereka mau nongkrong seharian di satu titik kalau tidak ada yang m e m b e r i ,” ujarnya. Hari menyatakan, tindakan lain yang dapat d i k e n a i sanksi menurut Perda Tibum adalah menjadi calo karcis hiburan, kendaraan umum, atau kegiatan lain; melakukan praktek pengobatan t ra d i s i o n a l atau kebat i n a n tanpa izin; menyuruh orang menjadi pengemis, pengamen, pedagang asongan, atau pengelap mobil; menyediakan dan atau menggunakan bangunan sebagai tempat untuk berbuat asusila; menaikkan dan atau menurunkan penumpang kendaraan umum tidak pada tempatnya; menyeberang jalan tanpa melalui jembatan penyeberangan atau zebra cross; menawarkan diri jadi joki three in one; berdagang di trotoar, halte dan jembatan penyeberangan; pejalan kaki tidak melalui trotoar, hingga membeli barang-barang yang dijual pedagang kaki lima. Mengemis Haram Belum lagi Perda Tibum diterapkan secara penuh di Jakarta, dari Sumenep muncul pula desakan agar orang-orang

yang suka menadahkan tangan di jalanjalan menghentikan kebiasaannya. Desakan itu bukan datang dari pemda, melainkan dari Majelis Ulama Indonesia Sumenep, berupa fatwa yang menyatakan bahwa mengemis hukumnya haram. Fatwa tersebut dipicu oleh banyaknya pengemis yang keluar masuk perkantoran dan rumah-rumah warga, yang oleh MUI setempat jumlahnya sudah di luar kewajaran. Bahkan di bulan Ramadhan, jumlah pengemis semakin bertambah. Tidak hanya nenek-nenek, orang yang kelihatan sehat dan bertubuh kekar pun terlihat berkeliaran mengemis. M U I setempat mengeluarkan fatwa haram bagi orang yang memintaminta, kare-na dalam kon-sep Islam, meminta-minta itu pekerjaan paling jelek. "Dalam syariat Islam sudah jelas, meminta-minta itu perbuatan jelek. Jadi, sikap MUI Sumenep sudah jelas, mengharamkan mengemis," tegas Ketua MUI Kabupaten Sumenep KH Syafraji. Menurut Syafraji, keterlibatan semua pihak diperlukan untuk mencegah masyarakat jadi pengemis. Pemerintah diharapkan memperbanyak program dan pembinaan skill, sementara tokoh masyarakat dan agama diharapkan lebih aktif memberikan penjelasan dan pemahaman agama. "Tangan di atas itu lebih baik dari tangan dibawah. Kalau itu diterapkan secara sungguh-sungguh dan mereka memiliki pekerjaan lain yang lebih halal untuk menghidupinya, maka mata rantai menjadi pengemis akan terputus dengan sendirinya," ujarnya. Pro dan Kontra Adanya fatwa dan larangan dengan ancaman hukuman berat terhadap

pengemis ini tak pelak menimbulkan pro dan kontra. Pihak yang pro menyatakan peraturan dan fatwa semacam itu sudah saatnya dikeluarkan, karena semakin hari jumlah pengemis semakin banyak dan mengganggu. Sementara yang kontra menganggap, peraturan dan fatwa semacam itu tidak akan menyelesaikan masalah. Estu Rahmi Sanani, Ketua Lembaga Bantuan Hukum APIK Jakarta misalnya, menganggap PMKS hanya dapat dihilangkan dengan menghilangkan akar penyebabnya. “Perda terlihat hanya menyembunyikan bopeng dan carut marut kota, bukan mengatasinya," katanya. Menurut Estu, persoalan pengemis, anak jalanan, pedagang kaki lima, sopir kendaraan umum yang mengambil dan menurunkan penumpang di sembarang tempat, pengguna kendaraan umum yang naik turun sesuka hati, dan berbagai hal yang dilarang dalam Perda tersebut, bukanlah semata-mata persoalan ketertiban umum. Akar permasalahan ada pada kemiskinan, tata ruang kota dan disiplin warga yang masih minim," ujarnya. Ia menambahkan, mengatasi ketiga akar masalah hanya dengan melarang lewat peraturan dan ancaman kurungan serta denda yang berat, tanpa kebijakan dan program konkret, tidak akan berhasil. Alih-alih memecahkan masalah, peraturan ini justru membuka masalah baru karena menghilangkan hak tinggal dan hak kerja kaum marginal kota. Sementara itu, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie menyambut baik fatwa haram yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumenep Jawa Timur serta Perda Tibum DKI Jakarta yang melarang profesi pengemis. Menurut Aburizal Bakrie, fatwa haram MUI ditujukan untuk kebaikan supaya setiap orang tidak sekedar melihat pada uang yang dihasilkan dari mengemis tapi pada harga diri. "Untuk menghapus persepsi penghasilannya Rp9 juta per bulan. Karena itu, kita lakukan suatu gerakan-gerakan, MUI menyatakan haram, DKI melarang, kita dukung itu. Mengemis itu harga dirinya hilang, bukan hanya uang," lanjutnya Ia melanjutkan, penanganan untuk para pengemis sebenarnya sudah diupayakan oleh Departemen Sosial melalui suatu program yang membawa mereka ke perumahan dan memberi pendidikan keterampilan agar tidak mengemis lagi. "Sudah ditangani, sedihnya adalah setelah dididik, gagal bekerja, mereka mengemis lagi," ujar Aburizal. Pro-kontra boleh saja terjadi, namun Pengamat sosial dari Universitas Gadjah Mada, Prof Mudiyono mengingatkan, jika perda dan fatwa yang berkaitan dengan pengemis benar-benar akan diterapkan, definisi tentang pengemis harus dijelaskan secara gamblang terlebih dahulu. Hal ini, menurut Mudiyono, karena istilah pengemis sendiri pengertiannya sangat banyak. Ada orang yang mengemis karena memang tidak punya apa-apa, ada yang karena malas bekerja, ada yang kondisi fisiknya tidak memungkinkan melakukan ativitas lain selain mengemis, ada yang karena hobi, namun ada pula yang menjadikan kegiatan mengemis sebagai profesi. “Pengemis mana yang dilarang, harus jelas kategorinya. Kita tentu tidak boleh melarang orang yang mengemis karena terpaksa. Masalahnya, dalam praktik kita sulit dibedakan mana pengemis palsu dan mana yang beneran,” kata pria berambut putih ini. Ia menambahkan, pemerintah tidak boleh pukul rata dalam menangani masalah pengemis ini. Kehati-hatian perlu dijaga, agar hasilnya tidak kontraproduktif atau bahkan makin menyengsarakan masyarakat yang memang bener-benar hidup sengsara. “Bukankah menurut UUD 1945 fakir miskin dan anak-anak terlantar seharusnya dipelihara oleh negara, bukan malah dilupakan dengan menjaga jarak dengan mereka,” pungkasnya. (wahyu-dari berbagai sumber)

s a t u k a t a i n d o n e s i a

9

komunika Edisi 15/Tahun V/September 2009


www.bipnewsroom.info

10

komunika Edisi 14/Tahun V/September 2009

LINTAS LEMBAGA

LINTAS DAERAH Lampung

Departemen Perhubungan

Dirikan Posko Mudik Pemerintah Provinsi Lampung membentuk 10 posko mudik bersama di tempat-tempat yang berpotensi macet, di antaranya di Taman Hiburan Pantai Pasir Putih, Taman Hiburan Pantai Mutun, dan Terminal Rajabasa. Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Lampung Zainal Abidin Hasan, Selasa (1/9) mengatakan, sejumlah dinas terkait seperti Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan dan Pol PP akan dlibatkan dalam posko siaga tersebut. Posko bersama itu akan mulai diaktifkan sejak H-7 sampai H+7, dan diharapkan dapat membantu kelancaran dan kenyaman pemudik. Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Lampung Wiwiek Ekameini mengatakan, pihaknya akan menempatkan tenaga medis di posko bersama itu dan melibatkan seluruh Dinas Kesehatan kabupaten/ kota se Provinsi Lampung. (Gita) Jawa Tengah

Siapkan Area Istirahat untuk Pemudik Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Solo mempersiapkan lima tempat peristirahatan bagi pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi, baik mobil maupun sepeda motor. Kelima lokasi rest area tersebut terdapat di Jl. Bhayangkara, Serengan, Jl. Adisucipto, Laweyan, Jl. Juanda, Jebres (samping tempat pemungutan retribusi), jalur lingkar utara (ring road) Mojosongo, dan Jl. Kol. Sugiyono, Banjarsari (sub terminal Kadipiro). Menurut Kepala Dinas Perhubungan Solo, Yosca Herman Sudrajat, rest area tersebut akan dibuka pada H-7 dan beroperasi selama 14 hari hingga H+7 Lebaran. Di area peristirahatan tersebut akan ditempatkan sejumlah petugas dari Dinas Kesehatan Kota (DKK), Dishub, PMI, rumah sakit, anggota kepolisian dari Poltabes Solo dan Satpol PP Kota Solo. Fasilitas yang disediakan di rest area meliputi: ruang istirahat, makan/minum, cek kesehatan, bengkel, ruang parkir, telepon, peta/ informasi, dan tempat beribadah. (toeb) Jawa Timur

Bagikan Raskin Lebih Awal Memasuki Ramadhan dan Idul Fitri gejolak harga sembako biasanya terjadi, khususnya beras dan minyak goreng. Di Jember, kenaikan harga sembako sudah diawali oleh kenaikan harga gula hampir 50 % sehingga menjadi Rp10 ribu/kg. Angka ini merupakan harga gula tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Pemkab Jember bersama-sama Bulog Sub Divre Jember sepakat mengucurkan beras raskin lebih awal sebagai langkah antisipasi. Dengan mendistribusikan beras-beras raskin lebih awal, diharapkan distribusi raskin bisa tepat waktu dan tepat sasaran. “Untuk mengantisipasi permintaan beras masyarakat yang cenderung meningkat, serta kemungkinan kenaikan harga beras hampir 0,16-2,2% menjelang Idul Fitri, kami juga menggelar pasar murah beras Bulog,” imbuh Subali Agung Gunawan, wakil Kepala Perum Bulog Sub Divre Jember. (mc_humas/jbr) Nusa Tenggara Timur

Butuh 13 ribu Guru Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini membutuhkan tambahan tenaga 13.000 guru untuk memenuhi kekurangan guru yang ada dari tingkat SD hingga SMA yang saat ini hanya memiliki tenaga berjumlah 50.000 guru. Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO) Propinsi NTT Thobias Uly di Kupang, Selasa (8/9). Untuk memenuhi kebutuhan guru tersebut, Dinas PPO melakukan koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota agar pada setiap penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD) diprioritaskan untuk tenaga guru. Kekurangan guru tersebut akan mempengaruhi pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2010 mendatang, karena pada tahun 2010 semua sekolah wajib menerapkannya mengingat ujian nasional (UN) tahun ajaran 20092010 sudah menggunakan sistem itu. “Dinas juga mendorong dan memfasilitasi guru-guru untuk melanjutkan studi Sarjana (S1) serta sertifikasi guru profesional sebanyak 3.422 orang guru pada 2006 dan 2007. Semua untuk meningkatkan kualitas guru,” jelas Thobias Uly. (kkopeng)

Pemudik 2009 Melonjak 3,25 Juta Jumlah penumpang angkutan lebaran tahun 2009 mengalami lonjakan sebesar 3,25 juta orang. Perkiraan jumlah penumpang musim mudik kali ini lebih tinggi sekitar 5% ketimbang tahun lalu yang sebanyak 3,09 juta orang. Guna memenuhi kebutuhan aramada selama masa mudik lebaran itu, Departemen Perhubungan telah mendata kesiapan moda transportasi darat, laut, maupun udara. Sebanyak 34.358 angkutan darat berupa bus siap menampung 16,55 juta penumpang sepanjang mudik lebaran 2009. Departemen Perhubungan mencatat jumlah bus mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu yang mencapai 34.395 unit, namun kapasitas angkutnya meningkat dibanding tahun lalu yang sebanyak 16,50 juta orang. "Sebab beberapa perusahaan melakukan peremajaan dengan kapasitas yang lebih besar," tutur Menteri Perhubungan Jusman S. Jamal di Jakarta, Rabu (9/9). Sedangkan kereta api, telah siap 227 unit dengan kapasitas angkut mencapai 3,71 juta orang. Pada musim mudik lebaran tahun 2008 lalu, Pemerintah menyiapkan 223 kereta api dengan kapasitas angkut 3,67 juta orang. Untuk angkutan laut telah disediakan angkutan sebanyak 725 kapal dengan kapasitas angkut 3,19 juta orang. Jumlah angkutan laut tahun 2009 ini lebih tinggi ketimbang tahun lalu yang sebanyak 593 kapal dengan kapasitas angkut 2,04 juta orang. Sementara angkutan udara selama mudik lebaran 2009 diperkirakan mencapai 276 juta pesawat dengan kapasitas angkut 2,28 juta orang. Jumlah armada pesawat ini lebih kecil dibandingkan tahun lalu yang mencapai 280 pesawat dengan kapasitas angkut 2,11 juta orang. Meski begitu, kapasitas angkut armada pesawat tahun ini lebih besar lantaran beberapa perusahaan penerbangan mengganti pesawat dengan kapasitas yang lebih besar. (www.dephub.go.id)

Badan Amil Zakat Nasional

Zakat Atasi Kemiskinan Lokal Zakat di tiap daerah hendaknya bisa mengatasi kemiskinan di daerah setempat." Pernyataan ini disampaikan oleh Direktur Pemberdayaan Zakat Departemen Agama RI Prof. Dr. H. Nasrun Haroen, MA dalam Muzakarah Zakat Profesi (1/9). Menurut Nasrun Haroen yang juga Sekretaris Dewan Pertimbangan BAZNAS, kalau semua lembaga amil zakat bergerak, takkan ada orang miskin di Jakarta ini. Ia mengingatkan disini ada BAZIS DKI, ada BAZNAS dan LAZ-LAZ besar ada di Jakarta kantornya. Tetapi kenyataannya kita belum mampu mengangkat hidup orang fakir dan miskin dengan zakat. Lebih jauh ditegaskannya, peran pemerintah harus kuat dalam pengelolaan zakat. Di setiap lembaga pengelola zakat harus ada orang-orang yang mengerti agama, mengerti hukum-hukum zakat, tidak cukup dengan semangat saja. Sebagai contoh, penyaluran zakat atas nama asnaf fisabilillah tidak bisa ditafsirkan macammacam oleh amil zakat, ujarnya. (www.depag.go.id) Departemen Kesehatan

Mobil Laboratorium POM Keliling Maraknya peredaran makanan/minuman, obat dan kosmetik yang mengandung bahan berbahaya membuat Badan Pengawasan Obat

Termegah di Asia Tenggara Dengan latar depan tepian Sungai Mahakam yang membelah Kota Samarinda, Kalimantan Timur, masjid ini menjadi ikon baru kota. Bangunan dalam kompleks Islamic Center Samarinda ini berdiri di atas lahan seluas sekitar 12 hektar. Luas bangunan keseluruhan mencapai 50 ribu meter persegi. Masjid ini dikelilingi selasar penghubung Gerbang Utama dan Menara Utama ke bangunan utama masjid. Ratusan kolomnya

dilapis cat texture halus dengan umpak batu alam oster yellow. Pada dinding sisi dalam menempel lampu-lampu lapis kuningan dengan warna kekuningan sebagai penerang di malam hari yang menimbulkan kesan romantis. Bangunan Masjid Islamic Center Samarinda yang diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 16 Juni 2008 terdiri atas tiga bagian yaitu, halaman depan, lantai dasar dan utama. Pada halaman depan yang disebut

Plaza Dalam dan Plaza Luar mampu menampung jamaah sebanyak 10.000 orang. Sedangkan area parkir mampu menampung 391 mobil dan 430 sepeda motor. Di Plaza ini terdapat Fountain di sisi kiri dan kanan yang berfungsi sebagai tempat wudhu. Lantai dasar masjid digunakan

dan Makanan (Badan POM) RI meningkatkan kualitas pengawasan dan pengamanan barangbarang yang beredar di masyarakat. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan POM RI dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, MS, MKes, SpFK saat peluncuran mobil laboratorium keliling, Senin, (7/9) di Kantor Badan POM, Jakarta. Peluncuran mobil laboratorium keliling ini dilakukan untuk melancarkan pemeriksaan atau sampling di berbagai lokasi. “Selama ini proses tersebut dilakukan Badan POM dengan mendatangi lokasi yang dimaksud, mengambil sampel dan kemudian dikirim ke laboratorium di kantor Badan POM. Dengan adanya mobil laboratorium keliling ini, maka pemeriksaan tersebut dapat dilakukan saat itu juga di lokasi dengan menggunakan peralatan yang tersedia pada laboratorium keliling,” jelas dr. Husniah. Laboratorium keliling ini dapat difungsikan untuk pengawasan makanan yang mengandung bahan berbahaya, pengawasan kosmetik yang mengandung bahan berbahaya, pengawasan obat palsu, pengawasan produk Tanpa Ijin Edar (TIE), serta pengawasan produk kadaluarsa. Saat ini pengawasan difokuskan pada makanan yang mengandung bahan berbahaya seperti Formalin, Borax, Rhodamin B, Methanyl Yellow, Arsen, Sianida, Residu Pestisida dan pengawasan parsel lebaran dari makanan kadaluarsa serta makanan yang mengandung unsur haram dalam agama Islam. Laboratorium keliling yang diluncurkan saat ini berjumlah 8 unit, 7 unit akan dioperasikan di wilayah DKI Jakarta dan 1 unit akan dioperasikan di wilayah Serang. Dr. Husniah berharap agar laboratorium keliling ini juga dapat segera direalisasikan di seluruh Indonesia. (puskomblik

depkes)

Departemen Agama

Lebaran Kemungkinan 20 September Menteri Agama M. Maftuh Basyuni mengatakan, lebaran Idul Ftri atau 1 Syawal 1430 H kemungkinan akan jatuh pada hari Minggu 20 September 2009. “Kenapa hari raya tersebut jatuh pada tanggal 20 September 2009, karena menurut perkiraan kami pada 19 September 2009 atau 29 Ramadhan tersebut, hilal sudah berada di atas ufuk antara 3-5 derajat,” kata Menteri Agama Maftuh Basyuni sebelum rapat paripurna DPR RI di Jakarta, Senin (14/9). Jadi dengan demikian sudah dapat dijadikan penetapan 1 Syawal, kecuali pada hari tersebut terjadi mendung, hujan dan bulan tidak dapat dilihat, sehingga kemungkinan bisa ada ketentuan lain. “Namun petugas kami sudah disiapkan untuk melihat hilal tersebut diengkapi dengan peralatan yang sangat canggih, sehingga kemungkinan salah sangat kecil, dan jajaran LIPI, Boscha, dan Depkominfo juga sangat aktif membantu pendeteksian hilal tersebut,” ujar Menag. Mengenai kepastian penetapaan hari raya akan dilakukan di dalam Sidang Isbat yang akan dilakukan pada hari Sabtu 18 September 2009, mendengarkan masukan dari Ormas Islam yang ada di Indonesia. Diharapkan pemajuan lebaran yang berdasarkan penanggalan jatuh pada 21 September 2009 dapat diterima oleh semua pihak. Sementara itu, pihak Muhammadiyah sudah pula menetapkan 1 Syawal 1430 pada 20 September 2009 dan mereka sudah memiliki cara penghitungan tersendiri dan diharapkan lebaran tahun ini bisa bersamaan, tanpa menimbulkan masalah.

sebagai ruang pertemuan. Biasanya dipakai untuk acara seminar dan resepsi pernikahan dengan kapasitas mencapai 5000 undangan. Pada lantai ini juga digunakan untuk area parkir kendaraan 200 mobil dan 138 buah sepeda motor. Selain itu juga disediakan toilet pria dan wanita untuk para jamaah. Di lantai ini terdapat penampungan air bersih untuk toilet dan tempat wudhu. Bedug dengan diameter 1,8 meter dapat dijumpai di Lobby utama ketika pertama kali memasuki lantai dasar. Kemegahan

(mf)

dari Islamic Center sangat terasa apabila kita sampai di Lantai utama ruang sholat yang mampu menampung 20.000 ribu jamaah. Kemegahan terasa dengan adanya plafon kubah utama yang berbentuk "Dome" yang dihiasi lampu lapis kaca patri pada bagian tengah paling atas. Kubah ini diilhami dari Masjid Haghia Sophia Istambul, Turki. Ada juga empat menara setinggi 66 meter yang desainnya diilhami dari Masjid Nabawi Madinah. Di sekeliling bangunan terdapat pohon kurma sebagai peneduh yang memberi ciri khas Timur Tengah, yang ditanam di halaman depan Masjid. (mth)


Jawa Timur Pasar Murah Legakan Warga Harga bahan pokok yang mulai merangkak naik sejak awal Ramadhan membuat sebagian warga panik. “Di pasar, kenaikan harga kebutuhan pokok bervariasi antara 20 hingga 40 persen setiap jenisnya,“ keluh Aisyah (35), ibu rumah tangga. Menurut Hariyanto, Kepa-la Disperindag Jember kenaikan harga selalu muncul pada saat

ramadhan tiba. Namun Hariyanto berharap masyarakat tidak perlu panik karena kepanikan justru menimbulkan gejolak harga. “Jangan melakukan aksi borong karena nantinya akan membuat harga terus melonjak,”pintanya. Untuk menjaga kestabilan harga Disperidag Jember menyelenggarakan pasar murah di sepuluh kecamatan yang dikategorikan miskin. Tahun ini pasar murah digelar bekerjasama dengan pabrik gula dan distributor kebutuhan pokok lainnya. “Kami menggelar pasar murah agar warga miskin dapat membeli kebutuhannya dengan harga murah,” tegas Hariyanto. Pasar murah juga digelar di

Makodim Jember. Pasi Ops Kodim 0824 Jember Didik, mengatakan pasar murah ini digelar dalam rangka menekan tingginya harga kebutuhan pokok yang terus melambung naik. “Diharapkan dengan adanya pasar murah masyarakat bisa mendapatkan kebutuhannya,“ katanya. Didik menjelaskan barang kebutuhan pokok di pasar murah dijual dibawah harga pasar. “Harga gula yang di pasaran mencapai Rp 9.500 per kilogram, di pasar murah ini hanya dijual dengan harga Rp 7.500 per kilogram,“ katanya. Selain gula, juga dijual beras, sarung dan m i n y a k goreng. ”Komoditas itulah yang kenaikannya s a n g a t d i ke l u h k a n o l e h masyarakat di Jember dan sangat dibutuhkan untuk kebutuhan lebaran mendatang, “katanya. Sementara itu, Hariyanto menegaskan bahwa pasar murah tidak diperuntukkan bagi mereka yang memanfaatkan moment ini untuk kepentingan pribadi, “Kadang mereka sengaja mendatangi pasar murah, kemudian membeli dalam jumlah besar dan menjual kembali dengan harga pasar,” jelasnya. O l e h k a r e n a i t u , p i h a k n ya mengantisipasi tersebut dengan membatasi jumlah pembelian barang. Ahmad Siddiq salah satu warga dari Desa Sukorambi yang menjadi obyek tempat penyelenggaraan pasar murah

menyatakan kegembiraannya. “Saya sangat senang dengan adanya pasar murah karena sangat membatu warga disini,” jelasnya. Tidak hanya itu, dengan digelarnya pasar murah membatu masyarakat Sukorambi yang k e b a n ya k a n p e t a n i , b u r u h kebun dan pedagang. “Dengan digelarnya pasar murah dan harga barang yang dijual tentunya relatif lebih murah dari harga pasaran, itu sangat menguntungkan warga disini,”cetusnya.(mc_humas) Kalimantan Selatan Tuah "Perda Ramadhan" Terik matahari di Banjarmasin membuat Widi (23) merindukan warung makanan. Sebagai pendatang baru dan musafir di bulan puasa ini ia memiliki keringanan untuk sekadar membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Widi memang baru pertama kali ke Banjarmasin tepat bulan puasa. Tiba di rumah saudaranya, Widi pun bertanya. ”Kak, kenapa tidak ada yang jual makanan dan minuman, Ya?”. Iman, sang kakak menjelaskan kalau di Banjarmasin sebelum jam 4 sore dilarang berjualan makanan maupun minuman. Selain itu kegiatan merokok di tempat umum juga dilarang sebelum azan magrib berkumandang. Perda bulan Ramadhan ini juga akan melarang kegiatan tempat hiburan selama Ramadhan untuk, membuka restoran, rumah makan dan sejenisnya, serta makan dan minum di tempat umum, dikategorikan pelanggaran. “Pelanggarnya dikenakan sanksi yang pengawasannya dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja,” kata Kabag Pol PP Kota Banjaramsin Drs Nazamudin.

MUDIK JASMANI VS MUDIK ROHANI Bagi sebagian besar penduduk Indonesia, hari raya Idul Fitri dan mudik nyaris dianggap sebagai satu kesatuan. Setiap kali mengucapkan kata Lebaran, yang terbayang dalam ingatan adalah orang-orang yang berjejalan di berbagai moda transportasi untuk pulang ke kampung halaman. Lebaran selalu diiringi mudik, dan mudik selalu terjadi saat Lebaran. Meminjam istilah Prof Nasaruddin Umar, mudik dan Lebaran sudah seperti garam dan rasa asinnya, keduanya sulit dipisahkan. Padahal jika ditinjau dari etimologi atau ilmu asal-usul kata, Idul Fitri berasal dari dua kata, ‘id dan fitri. Kata 'id dalam bahasa Arab bermakna `kembali', menunjukkan bahwa hari raya ini selalu berulang dan kembali datang setiap tahun. Sedangkan kata fitri berasal dari kata fathara yang berarti ‘membedah’ atau ‘membelah’. Bila dihubungkan dengan puasa, maknanya adalah `berbuka puasa'. Makna etimologis Idul Fitri jelas tidak ada sangkut-pautnya dengan makna kata mudik yang berarti ‘menuju ke udik’ alias pulang kampung. Lantas mengapa Idul Fitri selalu dikaitkan dengan mudik? Patut diduga, pada awalnya

semua terjadi gara-gara ulah para perantau yang selalu memanfaatkan waktu Lebaran untuk berbondong-bondong pulang ke kampung halaman. Mereka mentahbiskan anjuran untuk saling berkunjung, bersilaturahim dan bermaaf-maafan dengan sanak saudara di hari Lebaran, sebagai dasar untuk melegitimasi kegiatan eksodus tahunan yang mereka lakukan. Kegiatan itu pada akhirnya berkembang menjadi tradisi, lalu berubah lagi menjadi semacam ritual. Namun demikian, kendati terjadi pada waktu yang bersamaan dan sulit dipisahkan, sejatinya Lebaran Idul Fitri dan mudik tetaplah dua hal yang berbeda. Idul Fitri lebih bersifat religiustransendental, sedangkan mudik lebih bersifat bersifat sosio-kultural. Yang pertama dilakukan dalam rangka ‘abduhu atau beribadah, yakni hubungan antara makhluk dengan Khalik-nya. Sedangkan yang kedua lebih berdimensi budaya yang diselaraskan dengan asas muamalat atau hubungan antar manusia. Sayangnya, mudik akhirnya turun kelas sekadar menjadi kebiasaan. Dalam bahasa Inggris, kebiasaan diterjemahkan sebagai habit, yang berarti, “a recurrent,

often unconscious pattern of behavior that is acquired through freq-uent repetition”, atau perilaku yang sering dilakukan secara tak sadar dan diulangi secara terusmenerus. Otomatisasi terjadi di sini, sehingga setiap Lebaran tiba, orang tanpa pikir panjang langsung memutuskan untuk mudik tanpa alasan yang jelas selain mudik itu sendiri. Irasionalitas adalah sisi unik dari kebiasaan mudik yang tidak dijumpai di negara manapun di dunia. Dalam kasus ini, intelektualitas, jabatan

Adapun sanksi tersebut yaitu ancaman pidana kurungan antara tujuh hari sampai tiga bulan dan atau denda antara Rp 50.000 sampai Rp 7,5 juta. Di Kalimantan Selatan, ada dua daerah yang mempunyai peraturan daerah (Perda) yang biasa disebut Perda Ramadhan. Pertama, Perda Kota Banjarmasin Nomor 4 Tahun 2005 tentang larangan kegiatan pada Bulan Ramadhan yang merupakan revisi Perda 13/2003. Kedua, Perda Kabupaten Banjar Nomor 10 Tahun 2001 tentang membuka restoran, warung, rombong dan yang sejenis serta makan, minum dan atau merokok di tempat umum pada Bulan Ramadhan, direvisi menjadi Perda Nomor 5 Tahun 2004. Bagi yang membuka tempat hiburan dan restoran, warung, rombong dan sejenisnya, diancam pidana kurungan paling lama tiga bulan dan atau denda paling banyak Rp 7,5 juta. Sedangkan bagi yang makan minum di tempat tersebut juga diancam pidana kurungan paling lama tujuh hari dan atau denda Rp 50.000. Larangan juga berlaku buat restoran, rumah makan, warung, rombong dan sejenisnya. Namun, bila usaha tersebut dilakukan u n t u k m e nye d i a k a n o ra n g orang berbuka puasa, maka Pemko Banjarmasin memberikan dispensasi dengan memberikan izin membuka usahanya dari pukul 17:30 Wita. Mengenai penyidikannya akan dilakukan oleh pejabat PNS di lingkungan Pemko Banjarmasin,

yang diberi kewenangan khusus. Wewenang khusus itu diantaranya menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana pelanggaran perda. Selain larangan Kegiatan Pada Bulan Ramadhan, maka THM seperti karaoke, diskotek dan pub dilarang melakukan operasionalnya, sehari sebelum bulan Ramadhan sampai sehari setelah Hari Raya Idul Fitri. Sedangkan untuk hotel berbintang dan restoran internasional yang termasuk kategori melayani tamu asing yang non muslim diperkenankan memberikan pelayanan antar ke kamar. Namun, restorannya tetap harus tutup. Khusus untuk salon kecantikan dan sejenisnya, Pemko pun memperkenankan menjalankan usahanya dari pukul 10:00 sampai 17:00 Wita. Tetapi, para pemilik salon dilarang memberikan hidangan makanan atau minuman kepada tamunya. ’’Pada intinya, kita akan mengefektifkan Perda Ramadhan tersebut agar kekhusukkan umat Islam melaksanakan ibadah puasa bisa terjaga,” harap Nazamudin. Namun demikian, Pemko Banjarmasin masih akan memberikan batas toleransi secara khusus untuk wilayah terminal dan pelabuhan, dengan alasan lokasi mereka tempat berkumpul para pekerja keras. (rina)

Jika anda melihat, mendengar dan memiliki kisah unik dari seluruh nusantara untuk dituliskan dan ingin berbagi dalam rubrik keliling nusantara, silahkan kirimkan naskah kepada redaksi komunika melalui surat ke alamat redaksi atau melalui e-mail: komunika@bipnewsroom.info atau bip@depkominfo.go.id

dan status sosial, tampaknya tidak mempengaruhi perilaku mudik seseorang. Tidak pandang bulu orang itu profesor atau tidak sekolah, kepala kantor atau office boy, pekerja kantoran atau pengangguran, semua mudik dengan cara dan gaya yang sama. Semua tak mau ambil pusing apakah mereka untung atau justru rugi jika melakukan kegiatan tahunan tersebut. Mereka juga enggan memikirkan risikorisiko yang mungkin dihadapi di perjalanan menuju kampung halaman, termasuk kemungkinan macet, sakit, kesulitan angkutan, maupun keterbatasan dana. Mereka semua berpikir bahwa mudik itu ya... seperti itu. Jika mengikuti makna etimologis Idul Fitri yang berarti ‘kemba-li berbuka’ atau tegasnya berakhirnya puasa, saat Lebaran tidak mudik pun sejatinya tidak apa-apa. Toh bertemu sanak saudara dan saling memaafkan bisa saja dilakukan di luar bulan Syawal. Perasaan kita saja yang kadang kurang sreg jika Lebaran tidak bertemu dan bermaafmaafan dengan sanak-saudara di kampung halaman. Toleransi sosial kitalah yang membuat kita yakin bahwa kehadiran secara fisik di kampung adalah suatu keharusan, meskipun tidak ada satupun tuntunan syariat yang mendasarinya. Padahal jika ditimbang lebih dalam, mudik juga mendatangkan banyak mudharat, diluar berbagai manfaat yang dikandungnya. Salah satunya adalah mencuatnya sikap

konsumtif yang kadang lepas tak terkontrol. Kebiasaan membeli makanan dalam jumlah besar, pesta-pora, pesiar, boros dan bermewah-mewahan di kampung, adalah contoh bagaimana mudik tak lebih dari kegiatan menghambur-hamburkan uang. Bayangkan apa yang akan terjadi jika akumulasi modal, keuntungan atau gaji yang diperoleh selama satu tahun bekerja di kota tibatiba habis dalam hitungan hari karena mudik jasmani itu? Substansi dari Idul Fitri sejatinya adalah pulang ke kampung halaman rohani, artinya kembali ke hati nurani yang bersih dan suci. Tesis yang mendasari, setelah satu bulan penuh jiwa manusia dibasuh dengan puasa, dilanjutkan dengan membayar zakat fitrah, dan diakhiri dengan saling memaafkan satu sama lain, maka hati manusia diharapkan bisa kembali suci laksana hati bayi yang baru lahir. Transisi dari hati yang kotor ke hati yang bersih dan suci inilah yang disebut dengan mudik rohani. Mudik semacam inilah yang sejatinya dibutuhkan umat manusia. Sepanjang peradaban manusia, Idul Fitri telah diperingati sebanyak 1.430 kali. Khusus di Indonesia, Idul Fitri yang disertai mudik sudah berlangsung sejak tahun 1900-an, atau sekurangkurangnya 100 kali. Tapi karena mudiknya mudik jasmani, jangan heran jika sampai sekarangpun masih sulit mencari manusia berhati bersih di negeri ini... (gun)

s a t u k a t a i n d o n e s i a

11

komunika Edisi 15/Tahun V/September 2009


12 www.bipnewsroom.info

komunika Edisi 14/Tahun V/September 2009

Saat Lebaran tiba, para perantau di ibukota mudik ke kampung halaman. Desa yang semula senyap, tibatiba ingar-bingar oleh suara musik dan celoteh jejakadara berdialek Jakarta. Sapaan “elu-gue”, dentum suara pemutar cakram digital, dan gebyar baju modis warna-warni, kontras dengan kesahajaan warga yang tinggal di daerah minus ini. Suara audio system terasa menghentak dada. Dua gadis berbaju cekak asyik bergoyang dangdut, diiringi lagu “Kucing Garong” yang mengalun dari VCD player. Di sofa lapuk ruang tamu, orangtua, tetangga dan kerabat duduk melingkar, menonton pentas dadakan itu. Mereka terkekehkekeh sambil menikmati aneka penganan, kue kering dan minuman yang tersaji di atas puluhan piring. Itulah gambaran suasana hari raya Idul Fitri di salah satu rumah di Desa Dawungan, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Bagi warga setempat, Lebaran “resminya” adalah acara untuk kumpul keluarga, selain tentu saja saling bersilaturahmi dan maafmemaafkan setelah setahun tidak saling sua. Tapi secara “tak resmi”, acara itu juga dimanfaatkan untuk makan enak, hiburan, sekaligus unjuk keberhasilan selama mereka bekerja di ibukota. Sudah menjadi tradisi, saat kumpul keluarga warga tidak akan saling menanyakan apa saja hasil merantau ke ibukota dalam setahun. Bagi mereka, itu sesuatu yang “ora sopan” (tidak sopan). Tapi cukup dengan melihat hidangan yang disajikan, perabot rumahtangga, serta perangkat elektronik atau kendaraan yang ada di rumah itu, orang sudah bisa mengukur apakah si empunya rumah tergolong sukses, biasabiasa saja, atau bahkan gagal di rantau. Maka jangan heran, jika semua pekerja migran di desa ini akan menjaga harga diri habis-habisan

dengan memajang apapun yang mereka miliki di ruang tamu. Sutini (23) dan adiknya Mila (20) yang tadi bergoyang dangdut misalnya, sengaja memboyong VCD player dan perangkat audio system yang mereka beli di pasar Glodok Jakarta ke desa. Mereka juga membeli berkaleng-kaleng biskuit mahal dan aneka penganan untuk suguhan tamu-tamu yang datang ke rumah. “Ribet juga sih bawanya, habis uang banyak pula, tapi puas bisa mbuktiin pada tetangga kalau kehidupan gue di Jakarta gak jelek-jelek amat,” ujar Sutini bangga. Tak hanya itu, agar orangorang lebih yakin kalau di Jakarta mereka cukup berhasil, sebelum mudik kakak beradik ini mengganti telepon seluler mereka dengan seri terbaru yang banderol harganya di atas Rp 3,5 juta. “Bangga juga sih kalau di desa hp gue gak ada yang nyaingin. Soal uang habis, itu soal lain. Uang bisa dicari, tapi harga diri ora iso dituku (tak bisa dibeli— red),” ujar Mila sambil nyengir. Biar Tekor Asal Nyohor Pepatah Betawi, “biar tekor asal nyohor (terkenal)” rupanya sangat lekat di kalangan pekerja migran asal Desa Dawungan. Mereka yang di Jakarta sehari-hari bekerja sebagai pembantu rumahtangga, pelayan toko, buruh, pedagang asongan, penjual bakso, mie ayam, jamu, dan pekerja informal lainnya, tak enggan merogoh kocek dalamdalam agar bisa tampil trendi di hari Lebaran. Yang mereka borong bukan hanya perhiasan dan pakaian, tapi juga barang barang elektronik, perabot rumahtangga, bahkan kendaraan bermotor. Joko Suryono (29) misalnya, rela menguras seluruh tabungannya untuk membayar uang muka sebuah sepeda motor baru, tepat seminggu sebelum mudik ke Dawungan. Pedagang bakso yang biasa mangkal di kawasan Johar Baru Jakarta ini tak mau ambil pusing, kelak bisa mencicil angsuran atau tidak. “Sebodo amat lah, itu urusan nanti. Yang penting saya bisa mudik naik motor bareng kawan-kawan,” ujarnya mantap. Saat Lebaran tiba, ia senga-ja memarkir sepeda motor kebang-

gaannya tepat di depan pintu rumah, tujuannya apa lagi kalau bukan untuk pamer. Ia ingin para tetangga angkat jempol dan memberinya selamat. “Ingatase (meskipun hanya—Red) tukang bakso, bisa beli motor, kan hebat,” kata Joko, dengan mimik serius. Lain lagi cerita Marman (30), menjelang Lebaran lalu, pedagang mie ayam yang mangkal di depan Stasiun Jatinegara Jakarta ini memborong perabot rumah tangga diantaranya lemari, spring bed, karpet dan sofa di sebuah toko di Jatisrono Wonogiri. Semua ia lakukan agar rumah yang selama ini ditempati orangtuanya tampak lebih bergaya di hari Idul Fitri. “Kalau barang-barang elektronik saya sudah punya, beli pada Lebaran tahun lalu. Tahun ini giliran beli perabot rumah tangga. Doakan saja Lebaran tahun depan bisa beli mobil, ha ha ha,” ujar bapak tiga anak ini terbahak. Sementara Martini (23), pekerja konveksi di kawasan Cakung Jakarta, mengaku uangnya habis untuk memborong perhiasan yang memang khusus ia persiapkan untuk menyambut Lebaran. “Dari pada untuk beli ini itu yang tidak berguna, mendingan buat beli kalung, cincin, sama gelang. Nanti habis dipakai nampang di kampung, kan bisa dijual lagi,” katanya. Apapun alasannya, semua pekerja migran asal Dawungan tampaknya setuju bahwa penampilan di kampung saat Lebaran adalah hal yang penting. Terlepas itu dianggap pamer atau bukan, yang pasti tradisi semacam itu menurut mereka akan terus berlangsung. “Sudah menjadi tradisi kami, sulit untuk mengubahnya. Mungkin orang lain menganggap hal semacam itu negatif, namun menurut kami biasa-biasa saja,” ungkap Marman. Tetap Kesepian Di luar bulan Syawal, Desa Dawungan memang lebih mirip dengan “desa jompo” atau “desa anak-anak”. Pantas disebut begitu karena penduduk yang menghuni seribuan rumah di desa ini hanyalah orang-orang berusia lanjut dan anak-anak. Sementara

para pemuda dan penduduk usia produktif lainnya, semua hijrah mencari penghidupan ke Jakarta. Sarmin (47), mantan kepala desa setempat mengisahkan, pada hari-hari biasa, mencari enam pasang anak muda untuk bermain voli saja sulit. Kerja bakti untuk pembangunan pun sering terhambat, karena yang datang semua kakek-kakek. “Tahun lalu ada KKN dari Universitas Sebelas Maret Solo, mau bikin masjid di sini gagal, gara-gara yang datang kerja bakti manula renta semua,” ujarnya. Tidak adanya tenaga usia produktif di desa ini membuat kegiatan harian di desa ini nyaris terhenti. Tanah-tanah dibiarkan tandus tak terurus, rumah-rumah kotor berdebu, fasilitas umum pun banyak yang dibiarkan rusak. Di siang hari, yang tampak hanya anak-anak dan orang-orang tua terpekur di halaman menghitung waktu. “Sehari-hari, desa ini seperti desa mati saja,” kata bapak dua anak ini. Tapi wajah desa yang senyap itu sontak akan berubah ingarbingar ketika para perantau pulang kampung di hari Lebaran. Saat itu, hampir setiap rumah menyetel perangkat audio-video dengan suara keras, bahkan ada yang memasang loudspeaker di pohon segala. Jalan desa juga ramai oleh lalulalang anak-anak muda yang sibuk ngeceng dengan dandanan modis. Banyak juga pasangan remaja yang wira-wiri menunggang sepeda motor berbagai merek, yang baru mereka beli di kota. Aneka tontonan pun digelar di desa ini, ada pentas dangdut, wayang kulit, jaranan. “Bahkan ada turnamen sepakbola plastik berhadiah kambing di lapangan Dawungan, yang pesertanya bisa mencapai belasan grup,” tutur Sarmin. Uniknya, kendati berada nun jauh dari Jakarta, logat pembica-

raan anak-anak muda di desa yang jaraknya sekitar 40 km dari ibukota kabupaten Wonogiri ini lebih mirip orang Betawi ketimbang orang Wonogiri. “Mungkin karena banyak anak muda yang lahir di Jakarta, semua memakai bahasa Betawi lengkap dengan elu-gue-nya. Saking kentalnya nuansa Jakarta di desa ini, sampai-sampai rasanya ibukota pindah ke sini,” kelakar Sarmin. Sayang, keramaian itu tak berlangsung lama. Tak sampai satu bulan Lebaran berlalu, para pekerja migran dari Dawungan berangsurangsur berangkat kembali ke Jakarta. Ironisnya, untuk ongkos ke ibukota, mereka tak segan-segan menjual apapun yang sudah mereka beli. VCD player, telepon seluler, televisi, perabot rumah, sepeda motor, mereka lego dengan harga sangat murah. “Pembelinya biasanya pedagang dari Jatiroto, Jatisrono atau Wonogiri. Mereka umumnya sudah tahu, di hari itu banyak orang butuh duit, sehingga mereka bergerilya dari pintu ke pintu untuk mendapatkan barang murah berkualitas bagus,” kata Budiyanto (40), guru SD Dawungan I. Budi mengaku sering menasihati warga agar tidak berpola hidup konsumtif, akan tetapi nasihat itu hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri, alias tidak digubris. Saat diingatkan, rata-rata warga berkomentar sama, “Gak apa-apa sekarang dijual, Lebaran depan kita beli lagi yang baru,” ujarnya menirukan ucapan warga. Maka, pasca Lebaran, nyaris tak ada yang tersisa di Dawungan, selain kesepian, rumah-rumah kotor, anak-anak yang menangis ditinggal bapak-ibunya, dan orangorang jompo yang memandang nanar hari demi hari berlalu. Kalau saja hati mereka bisa berbicara, mereka pasti akan bilang, “Ah, andai saja Lebaran terjadi setiap hari... (wahyu)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.