Pro:aktif Edisi 17/Agustus 2017

Page 1

Perkumpulan KAIL

Edisi 17/Agustus 2017

“Berjejaring dalam Keberagaman di Negara Kesatuan Republik Indonesia�

PI KI R Masa Depan Ada di Komunitas hlm. 1

OPI NI Ke-Bhinneka-an di Dalam Bingkai Kemerdekaan Republik Indonesia hlm. 5

MA SA LA H KI TA Menghadapi Keberagaman Sesama Aktivis hlm. 17

TI P S Olahraga: Menjaga Kebugaran dan Memahami Keberagaman hlm. 34

JA LA N -JA LA N Gedung Indonesia Menggugat: Rumah Bagi Semua hlm. 29


P R O : A K T I F EDITORIAL

PRO:AKTIF adalah majalah yang diterbitkan oleh Perkumpulan Kuncup Padang Ilalang (KAIL) sejak tahun 2003, baik dalam bentuk cetak maupun daring, sebagai bacaan penambah wawasan inspiratif bagi para aktivis untuk mendorong proses transformasi sosial ke arah dunia baru yang lebih adil, setara dan berkelanjutan bagi umat manusia dan seluruh alam semesta. Kunjungi PRO:AKTIF ONLINE di: hp://proaktif-online.blogspot.co.id

Penanggungjawab Navita K. Astuti

Relawan Kontributor Editor: David Ardes Setiady

Administrator Blog: Agustein Okamita

Tata Letak: Fransiska M. Damarratri

Ilustrasi: Umbu Justin

Para pembaca budiman,

K

embali kita berjumpa dalam Pro:aktif dan kali ini memasuki edisi Agustus 2017 dengan membawa tema “Berjejaring dalam Keberagaman di Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Bulan Agustus bagi bangsa Indonesia selalu menjadi bulan penting karena peringatan hari kemerdekaan yang jatuh pada tanggal 17 Agustus dan selalu mengumandangkan refleksi perjalanan untuk merengkuh kemerdekaan tersebut dengan susah payah. Refleksi kemerdekaan kali ini kiranya perlu membawa kita semua untuk mengingat bahwa bangsa ini dibentuk dari keberagaman dan telah menjadi identitasnya sejak semula. Menilik perkembangan dinamika di masyarakat akhir-akhir ini yang seolah menjadikan keberagaman sebagai sumber pertentangan, tentu mengundang keprihatinan tersendiri, bagaimana kita dapat mewariskan nilai luhur yang arif dalam menyikapi keberagaman?

Sylvania Hutagalung Dhitta Puti Sarasvati Umbu Justin Navita K. Astuti Fransiska M. Damarratri Reina Ayulia Kukuh Samudra Any Sulistyowati

Pro:aktif edisi Agustus telah mengumpulkan berbagai tulisan yang kiranya dapat menginspirasi anak-anak bangsa ini untuk merayakan keberagaman sebagai nikmat dan karunia Yang Mahakuasa. Di samping itu, yang paling utama adalah ajakan untuk berjejaring dalam keberagaman yang kiranya akan selalu bisa memantik ideide brilian memajukan negeri ini.

Kuncup Padang Ilalang (cc) 2003-2017

Kita akan mengawali edisi kali ini dengan rubrik MASALAH KITA yang

Penulis:

PRO:AKTIF

ii


diisi oleh Dhia Puti Sarasvati yang menunjukkan kepada kita perihal dinamika yang dihadapi oleh para aktivis saat berinteraksi dengan sesama aktivis. Selain perbedaan karakter, perbedaan paradigma berpikir dan pandangan politik tidak jarang menyulut perdebatan. Situasi demikian tidak harus membuat kita menjadi tersingkir dari pergaulan dengan sesama aktivis atau bahkan hidup ini menjadi terasa begitu menyesakkan. Perbedaan dalam hidup aktivis tak ubahnya dengan realitas kehidupan lainnya, sehingga cara menghadapinya akan sangat penting untuk membuat hidup yang beragam ini memiliki kekayaannya.

mengingat kembali jejak sejarah, bagaimana bangsa Indonesia memang sejak semula dibangun oleh keberagaman dan sudah menjadi identitas warga bangsa ini untuk beragam. Walau berbagai tantangan jaman menerpa, terutama dinamika dunia politik yang menjerumuskan bangsa ini pada pertentangan identitas di akar rumput, selayaknya ada yang harus mengingatkan kembali kepada jejak perjuangan merengkuh kemerdekaan agar bangsa ini tetap menjaga keutuhannya. Kebhinnekaan dalam kemerdekaan perlu dikumandangkan lagi agar segenap bangsa Indonesia ini kembali nyaman dalam keberagaman.

Memasuki rubrik PIKIR dengan penulis Sylvania Hutagalung akan membawa kita pada permenungan menyoal arah masa depan peradaban manusia ke depannya. Memakai kacamata arsitektur, namun tidak terbatas pada dunia kearsitekturan itu sendiri, dimana dimensi pembangunan tidak lagi sebatas pada bangunan ďŹ sik semata. Perluasan dimensi pembangunan yang perlu dirambah oleh penggiat arsitektur sudah memasuki aspek sosial kemasyarakatan yang semata menyesuaikan kepada kebutuhan zaman. Keterlibatan komunitas dalam pembangunan tidak lagi sebagai objek pembangunan, melainkan sebagai subjek yang menuangkan ide di dalamnya. Membawa laporan Biennale tahun 2016 di Venesia sembari mengangkat kondisi dunia arsitektur Indonesia.

Sementara rubrik TIPS mengajak kita untuk mereeksikan manfaat olahraga dalam melebarkan jejaring sosial, sehingga tidak hanya manfaat kesehatan ďŹ sik yang didapat. Kukuh Samudra

Umbu Justin dalam rubrik OPINI mengantarkan para pembaca untuk PRO:AKTIF

iii


Indonesia Raya. Sumber: Wikimedia Commons

menegaskan kembali bahwa berolahraga tidak hanya memperhatikan aspek fisik semata, namun juga perlu memperhatikan aspek sosialnya dengan melakukannya bersama-sama dalam sebuah komunitas ataupun dalam jejaring pergaulan yang tidak sebatas pada satu jenis olahraga saja. PROFIL kali ini, Navita Kristi Astuti bercerita tentang organisasi Peace Generation yang secara konsisten berupaya menyebarkan nilai-nilai universal perdamaian seluas-luasnya, terutama melalui pendidikan di sekolah. Organisasi yang berbasis di Bandung ini, didirikan oleh dua insan dari latar kebangsaan yang berbeda, berupaya membuat dunia menjadi lebih damai dengan memunculkan para agen-agen perdamaian di tingkat lokal. Perkenalan ini sekaligus juga memberikan ajakan terbuka untuk berpartisipasi di dalamnya. Sejenak JALAN-JALAN ke Gedung Indonesia Menggugat yang sarat sejarah perjuangan bangsa Indonesia, PRO:AKTIF

karena di gedung ini, salah satu ide kebangsaan dari Bapak Proklamator yakni Ir. Soekarno berkumandang dalam pledoinya, yakni “Indonesia Menggugat”. Reina Ayulia Rosadiana akan menjadi pemandu bagi para pembaca menjelajah ke sudut-sudut ruangan yang ada di sana. Selain itu, para pembaca juga bisa merasakan suasana di dalam Gedung Indonesia Menggugat yang jauh dari gugatangugatan kebangsaan karena telah bertransformasi menjadi ruang publik yang menjadi titik temu ide-ide segar dari generasi muda Indonesia. Fransiska M. Damarratri menghadirkan film Tabula Rasa dalam rubrik MEDIA kali ini, yang tidak saja menggugah selera makan, melainkan juga menggugah kesadaran kita tentang jalinan keberagaman antar tokoh yang sebetulnya representasi singkat akan identitas hidup ini serta bangsa Indonesia. Keberagaman identitas – baik budaya, logat, bahasa, serta cara berpikir – sebagaimana masakan iv


Minang dalam ďŹ lm tersebut laksana sebuah syarat agar hidup ini semakin nikmat. Analogi perbedaan dalam bumbu-bumbu dan bahan makanan yang diracik sedemikian rupa hingga menghadirkan sensasi kenikmatan di lidah, maka demikian pula kiranya keberagaman dalam hidup. Pemandu RUMAH KAIL kali ini adalah Any Sulistyowati yang akan mengajak pembaca melihat kebun KAIL yang menerapkan prinsip permakultur. Prinsip ini menekankan keragaman jenis, tidak hanya tanaman namun peran dari makhluk yang ada di dalam kebun agar bisa menjaga kualitas alam di sekitarnya. Tidak hanya soal teknis menanam, melainkan ada isu pemanfaatan ruang agar kebun bisa menjadi tempat bermain, dimana anak-anak sendiri berkenalan dengan kegiatan berkebun pula. Akhir kata, terbersit harapan agar para pembaca turut menyerap semangat keberagaman yang telah menjadi nafas hidup bangsa ini selama kurang lebih 72 tahun kemerdekaannya. Salam Bhinneka. Merdeka!

PRO:AKTIF

v


DAFTAR ISI PIKIR

1

Masa Depan Ada di Komunitas

oleh Sylvania Hutagalung

OPINI

Dewasa dalam Menyikapi Informasi

oleh Canggih Hawari

Ke-Bhineka-an Ada di Dalam Bingkai Kemerdekaan Republik Indonesia

8

11

oleh Umbu Justin

MASALAH KITA

17

Menghadapi Keberagaman Sesama Aktivis

oleh Dhia Puti Sarasvati

PROFIL

Peace Generation: Menyebarkan Nilai-Nilai Perdamaian di Dalam Keberagaman

20

oleh Navita K. Astuti

MEDIA

25

Mengurai Beragam Rasa di Tabula Rasa

oleh Fransiska M. Damarratri

JALAN-JALAN

Gedung Indonesia Menggugat: Rumah Bagi Semua

29

oleh Reina Ayulia

TIPS

34

Olahraga: Menjaga Kebugaran dan Memahami Keberagaman

oleh Kukuh Samudra

RUMAH KAIL

Keragaman di Kebun KAIL

oleh Any Sulistyowati

48

Tentang Kontributor

53

Tentang Pro:aktif

54

Mari Berkontribusi!

PRO:AKTIF

41

vi


PI KI R

MASA DEPAN ADA DI KOMUNITAS oleh Sylvania Hutagalung

Menarik atau tidaknya hidup berbanding lurus dengan menarik atau tidaknya pertanyaanmu.

T

ahun 2016 menjadi tahun istimewa dalam dunia arsitektur, dimana seorang Alejandro Aravena, berturutturut, tampil dalam dua panggung prestisius arsitektur dunia, yaitu dengan menjadi kurator Venice Architecture Biennale 2016 dan menerima penghargaan Pritzker dalam waktu yang berdekatan. Hal ini cukup mengejutkan karena baru kali ini

seorang arsitek yang mempunyai pandangan sosialis mendapat kepercayaan setinggi itu. Apalagi di tengah konteks praktik berarsitektur yang masih didominasi pengaruh neoliberalisme. Dunia arsitektur global seperti mendapat kegairahan baru dengan pertanyaan-pertanyaan kritis Araven yang mencoba “menggoyang” karakter praktik arsitektur hari ini, yang steril dan elit. Tema kuratorialnya pun cukup mengigit dengan mengambil judul, “Reporting from the front.” Reporting from the front, atau memberitakan dari garis depan, mempunyai makna bahwa arsitektur, di tengah globalisasi dan keterhubungan nir batas, harus mampu menjadi ‘alat’ yang merekam dan memberitakan kondisikondisi nyata yang ada di sekitarnya. Dengan mengambil analogi jurnalistik, arsitek dan kegiatan berarsitekturnya didorong untuk punya keberanian memberitakan, ketajaman dalam mengkritik, juga integritas dalam Poster utama dari Arsitektur Biennale di Venesia 2016 menceritakan tentang tantangan global praktik arsitektur yang semakin kompleks dan dorongan untuk berkolaborasi lintas batas. Sumber:labiennale.org/en/architecture/exhibition/

PRO:AKTIF | PIKIR

1


mengungkapkan fakta dan data. Analogi jurnalistik juga mengandung arti penting, yaitu arsitek menjadi “agen” yang kemudian harus berjejaring untuk bisa melakukan produksi pengetahuan bersama. Dalam Relational Aesthetics (1998), Bourriaud berargumen bahwa praktik “seni tinggi” Hal ini menjadi cenderung menjadi monopoli elit dan rawan kunci karena tanpa produksi penge- komodifikasi. Seni partisipatoris menawarkan cara lain, yaitu memperbaiki relasi-relasi tahuan bersama, sosial yang rusak karena praktik ini kegiatan berjejaring melibatkan komunitas sebagai pelaku dan tidak akan memhanya bisa terjadi sekali, yang artinya tidak berikan terobosan bisa dikomodifikasi. Foto Bourriaud diunduh apapun. dari philomonaco.com/intervenant/nicolas-

global saat ini. Meskipun tema biennale menyerukan ajakan untuk berjejaring, pada kenyataannya jejaring justru adalah alat yang dipakai sistem neoliberalisme untuk mengakumulasi semua sumber daya ke puncak-puncak piramida. Seorang kritikus seni dari Perancis, Nicolas Bourriaud, menulis dalam bukunya Relational Aesthetics (1998) mengenai fenomena globalitas beserta eksesnya, bourriaud/ Tema kuratorial yaitu matinya relasi yang digagas Araven memang banyak -relasi sosial dalam masyarakat akibat dikritik sebagai usaha melebarkan ba- komodifikasi. Ya, kita harus mengakui tas arsitektur konvensional. Ilmu arsi- bahwa di masyarakat modern seperti tektur masih dianggap berada di do- sekarang pun, sekat dan kelas sosial itu main ilmu keteknikan, bukan ilmu so- masih begitu nyata. Perbincangan dan sial atau ilmu budaya. Dengan men- kolaborasi lintas batas masih menyisadorongnya ke arah ilmu sosial, banyak kan pertanyaan besar yang belum bisa ahli yang khawatir arsitektur akan dijawab dengan terbuka, mengenai kehilangan “giginya”. Aravena juga siapakah yang diuntungkan dan dicap terlalu ambisius dengan be- siapakah yang dirugikan. Pertanyaan rusaha menjawab tantangan global ini seringkali enggan dijawab karena melalui arsitektur. Seakan arsitektur kita sering kali terjebak pada batas, bisa menjadi pahlawan. Namun, ter- baik batas secara fisik maupun bataslepas dari semua pro dan kontra, kita batas imajiner secara sosial. Kolaborasi harus mengakui bahwa, inilah, untuk dalam konteks masyarakat informasi pertama kalinya, perbincangan lintas bukanlah hal yang baru. Kolaborasi batas terjadi di atas panggung arsi- menjadi syarat mutlak mengingat tektur sekelas Venice Biennale. spesialisasi keahlian adalah roda-roda Tentu, sebuah pameran tidak serta kecil yang menggerakkan inovasi selamerta menjawab semua permasalahan ma ini. Semakin spesifik sebuah keahlPRO:AKTIF | PIKIR

2


ian semakin kecil cakupannya dan semakin dalam penggaliannya. Dengan kata lain, untuk bisa bersinergi, berjejaring menjadi syarat. Dalam tren maker semua orang bisa mempelajari apa saja, dan menjadi maker apa saja, secara MANDIRI. Keran informasi terbuka lebar, akses dan konektivitas ada dalam “jangakauan”. Kita bisa mengambil peran apapun, kapanpun, dan dimanapun. Di sisi lain kondisi ini menyisakan sebuah masalah baru dimana para spesialis tidak mampu berelasi dengan masalah-masalah di luar spektrum kerjanya. Ada keterputusan konteks yang membuat setiap orang berada dalam “gelembungnya” masingmasing. Spesialisasi tidak memungkinkan kita untuk menciptakan mesin yang besar, tapi kita bisa menciptakan sebuah komponen kecil dari mesin besar itu. Patrik Schumacher, seorang arsitek yang mendalami desain parametrik, pernah menganalogikan fenomena maker sebagai “satu komponen kecil dari sebuah mesin yang besar.” Seperti halnya tujuan globalisasi, kita semua berada di dalam “mesin besar” ini untuk tujuan-tujuan berproduksi, tanpa nilai-nilai yang signifikan terhadap relasi-relasi personal di antara para “komponennya”. Kita bergerak bersama dan membangun bersama atas nama “pertumbuhan ekonomi” tanpa pernah mengerti ke mana kita bergerak dan untuk siapa sebenarnya pertumbuhan yang sedang diusahakan ini. Mungkin kesadaran akan peran dan tujuan dari “komponen” inilah yang membuat tema kuratorial pada BienPRO:AKTIF | PIKIR

Ephemeral architecture atau arsitektur yang sementara, menjadi salah satu isu yang panas di ajang Venice Biennale 2016. Arsitektur yang sementara erat kaitannya dengan kondisi kritis, perang, kebencanaan, juga kondisi alam yang ekstrim. Sekolah terapung Makokok di Lagos, Nigeria, menjadi salah satu respon terhadap tantangan perubahan iklim global. Karya ini mendapat penghargaan medali perak dalam Biennale Arsitektur di Venesia 2016. Makoko Floating School di Lagos, Nigeria. Sumber: artnet.com/art-world/makoko-floating-schoolcollapses-architecture-522287

nale di Venesia tahun 2016 menjadi berbeda. Kolaborasi yang tadinya ditujukan bagi pertumbuhan industri dan ekonomi global, coba digeser sehingga lebih menyentuh tujuan-tujuan sosial dan pembangunan komunitas. Lalu, apakah yang harus kita bicarakan ketika kita berbicara komunitas? ‘Komunitas’ adalah topik yang asing bagi masyarakat modern yang terbiasa dengan kemudahan, dan ruang privasi yang besar. Keterhubungan tidak berbanding lurus dengan kedekatan dan relasi yang baik. Komunitas adalah antitesis dari tujuan globalisasi. Dengan memaksimalkan peran komunitas, kita sebenarnya sedang mendorong pemerataan dan akses ke 3


Peristiwa Tsunami di Aceh pada Desember 2004 menjadi titik awal kebangkitan kembali gerakan arsitektur berbasis komunitas. Karakter praktik seperti ini dahulu pernah dimulai oleh tokoh seperti Romo Mangunwijaya, dengan praktiknya di Kampung bantaran Kali Code. Saat ini, motif yang terkait kebencanaan, kekerasan, dan ketidakadilan ruang dalam lingkup urban, menjadi motif utama gerakan arsitektur berbasis komunitas di Indonesia. Tsunami di Aceh. Sumber: hps://weather.com/news/news/ tsunami-debris-indonesia-10-year-anniversary

sumberdaya alih-alih mengakumulasikannya ke puncak piramida. Keterhubungan dalam konteks global tidak lagi dipandang sebagai jalan untuk berproduksi lebih (to produce more) sebagaimana pola pikir masyarakat industri, namun menjadi jalan untuk memberdayakan dan menghadirkan kemandirian. Saat ini banyak bidang ilmu yang mulai berani menyentuh topik mengenai komunitas, walau sering kali masih gagap ketika harus mengurai intensi dan tujuan berkomunitas. Hal ini juga terjadi di dunia arsitektur. Ketika peristiwa berarsitektur harus melibatkan komunitas, yang terjadi justru komunitas berakhir “menjadi� objek, sesuatu yang harus dibantu, masalah yang harus dipecahkan, sebuah PRO:AKTIF | PIKIR

tujuan. Komunitas jarang dilihat sebagai pelaku dari kolaborasi itu sendiri. Arsitektur di era modern hanya percaya diri ketika dia dibicarakan sebagai kerja-kerja keteknikan. Dengan kata lain arsitektur dibatasi hanya untuk arsitek. Di sini arsitektur menjadi sebuah ilmu yang sangat elit, punya bahasa yang tinggi, juga sangat otonom. Arsitektur menjadi monopoli arsitek, seakan tidak ada orang lain yang bisa mengerti dan menguasainya selain arsitek. Dan ini sebenarnya sangat aneh mengingat ilmu ini adalah sintesa dari seni dan keteknikan, yang artinya di dalam ilmu ini terkandung aspek-aspek sebagai ilmu sosial sebagaimana juga aspek-aspeknya sebagai ilmu terapan. Di dunia arsitektur Indonesia sendiri, karakter praktik berbasis komunitas ini cukup banyak mendapat perhatian, baik dari kalangan mahasiswa dan kalangan praktisi. Arsitek dan organisasi yang memilih jalur ini juga bentuknya sangat cair dan lebur dengan organisasi kemasyarakatan. Kita bisa melihat contoh di Ciliwung Merdeka, yang lebih banyak bergiat di jalur advokasi dan politik. Juga ada Arkom Yogya yang memilih bergiat di jalur fasilitasi dan pendampingan masyarakat. Tak ketinggalan ASF-Indonesia yang masih setia bergerak di jalur arsitektural, walau karakter praktiknya sangat lentur dan mensyaratkan kemandirian dan partisipasi aktif dari komunitas yang dilayaninya. Kegairahan seperti ini tentu mendapat respon yang beragam. Sebuah kelompok riset arsitektur mandiri, REM4


Wajah kota Indonesia dengan hamparan permukiman. Sumber: Wikimedia Commons

BUK!, pernah melakukan pemetaan terhadap jejaring praktik dengan karakter partisipatoris, salah satunya adalah praktik arsitektur yang berbasis komunitas. Dari penelitian di 3 kota, Bandung, Solo, dan Jakarta, terlihat bahwa praktik arsitektur komunitas ini lahir dengan dilatari oleh beberapa sebab, yaitu peristiwa bencana tsunami di Aceh, penggusuran yang semakin marak, dan krisis perumahan yang semakin tidak terkendali. Ketiga motif ini juga yang menjadi alasan mengapa praktik arsitektur komunitas lebih banyak ditemui di kota-kota besar di wilayah Jawa. Dari kalangan arsitek muda, tawaran untuk terjun ke masyarakat menjadi suntikan semangat di tengah kejenuhan karakter praktik khas biro. Ada sebuah “ruang main” baru yang sangat cocok dengan darah muda mereka. Pun begitu dengan asosiasi seperti IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) yang mulai melirik karakter praktik seperti ini sebagai sebuah industri baru, yang diperkirakan akan lebih banyak mengambil peran di dunia rancang bangun di masa depan. PRO:AKTIF | PIKIR

Meski demikian, kekhawatiran tak urung hadir, terutama dari kalangan akademisi, yang melihat bahwa praktik ini sebagai ekses dari ilmu arsitektur yang ekspansif. Tidak adanya batas jelas mengenai “kapan arsitek masuk dan kapan arsitek berhenti” membuat semua peran seakan diambil oleh arsitek. Alih-alih berbagi tugas dan berkolaborasi, arsitek dan masyarakat menjadi satu entitas yang sama, tanpa ada keragaman keahlian yang sebenarnya disyaratkan dalam partisipasi aktif di praktik arsitektur komunitas. Konsekuensinya, semua hal yang dilakukan oleh arsitek dianggap sebagai arsitektur. Dan masyarakat yang ikut membangun juga dianggap sebagai arsitek. Etik dalam gelar “arsitek” kemudian menjadi sumir karena tidak adanya justifikasi mengenai “apakah arsitektur” dan “siapakah arsitek”. Kendala lain yang juga mengemuka adalah kecenderungan dunia rancang bangun untuk menstandarkan praktik berarsitektur yang ada. Kecenderungan dari globalisasi memang akhirnya akan mendorong arsitektur komunitas untuk menjadi sebuah industri baru di masa depan. Ini juga ter5


lihat dari usaha IAI yang mulai memasukkan pola dari praktik ini ke dalam materi penataran strata. Usaha ini dipandang oleh banyak kalangan sebagai sebuah pembacaan yang berlebihan mengingat motif “kebangkitan” kembali praktik ini adalah sebuah kebutuhan yang sementara (kebencanaan dan ketidakadilan ruang). Dengan memaksakannya menjadi sebuah industri, secara tidak langsung kita juga memelihara motifnya untuk terus ada demi keberlangsungan indutrinya, hal yang akhirnya menjadi sesuatu yang ironis. Andrea Fitrianto, salah seorang arsitek yang banyak terjun bersama masyarakat, pernah mengungkapkan bahwa keragaman karakter praktik dalam arsitektur di Indonesia saat ini seharusnya dilihat sebagai perluasan “ruang main” saja, tanpa harus “menggoyang” dasar-dasar etika praktik arsitek konvensional. Ketika di masa depan, karakter praktik ini tidak relevan lagi, maka dasar-dasar etik seorang arsitek seharusnya tidak harus ikut berubah. Yang perlu diapresiasi adalah, praktik arsitektur komunitas mampu memperkaya perspektif berar-

Berpartisipasi. Sumber: Wikimedia Commons

PRO:AKTIF | PIKIR

sitektur, yang tadinya sangat otonom menjadi egaliter, yang tadinya sempit (sebagai ilmu membangun) menjadi luas (sebagai ruang partisipasi dalam pembangunan), dan yang paling penting, arsitektur kembali ke fitrahnya, sebagai ilmu yang mengakomodasi kebutuhan semua pihak. Arsitektur harus kembali dipandang sebagai platform yang memungkinkan orangorang berpartisipasi dan berkolaborasi secara aktif. Arsitektur adalah alat, bukan tujuan. Dengan kompleksitas permasalahan yang kita hadapi sekarang, dimana satu masalah berpilin erat dengan masalah lain, sulit untuk melihat masa depan yang lestari jika kita masih bergantung pada satu sosok pahlawan untuk menyelesaikan semua permasalahan kita. Kita adalah bagian dari masalah, dan dengan kesadaran ini juga kita mengakui bahwa kita adalah bagian dari solusinya. Kita semua, sebagai bagian dari komunitas. Ironi masyarakat informasi adalah, keterhubungan tidak berbanding lurus dengan kedekatan. Peristiwa ‘terhubung satu sama lain’ bukanlah peristiwa yang didasari oleh inisiatif

Globalisasi dan informasi. Sumber: Pixabay

6


individunya, tapi sebagai kondisi yang tak terhindarkan. Kualitas relasi tidak semakin baik karena tidak ada tujuantujuan bersama yang ingin dicapai. Globalisasi menjadi keniscayaan dan kita semua ikut bergulir bersamanya. Banyak ahli berpendapat bahwa masa depan ada di komunitas. Komunitas bukan saja sebuah bentuk “perlawanan� terhadap sistem global. Komunitas juga adalah arena belajar nyata, dimana kita bisa terhubung langsung dengan tantangan praktis dan isu-isu lokal. Ini adalah jangkar yang membawa kita menjejak kembali ke akar-akar masalah kita, pangkal yang harus kita tilik sebelum meloncat ke pencarian solusi. Berjejaring tidak lagi harus dipandang sebagai sebuah mesin besar dimana kita semua berada di dalamnya. Berjejaring seharusnya dilihat sebagai kumpulan komunitaskomunitas berdaya yang saling menguatkan satu sama lain.

PRO:AKTIF | PIKIR

7


OPI NI

DEWASA DALAM MENYIKAPI INFORMASI oleh Canggih Hawari

Masyarakat dan informasi. Sumber: pastiguna.com

Keresahan menjalari indera Ketika sengketa di mana-mana Lupa akan kebersamaan Seakan mengubur rekam historis Mungkin, persatuan kita Ada di penghujung tanduk.

T

idak bisa dipungkiri kalau akhir-akhir ini memang kerap terjadi gesekangesekan di sekeliling kita, ketika hidup berjejaring dalam satu kesatuan. Indonesia. Padahal usia Negara ini sudah tidak dapat dikatakan PRO:AKTIF | OPINI

muda lagi, tahun ini Negara kita berusia 72 tahun. Tapi bukannya persatuan yang dirasa, melainkan konik ini dan itu yang dialami. Nyatanya memang hal-hal tersebut pasti terjadi, mengingat perbedaan akan selalu ada diantara kita. Kemudian, kemudahan penyebaran informasi dengan adanya media sosial dan keyakinan bahwa haknya untuk berbicara dilindungi oleh undang-undang, yang tidak diikuti dengan kedewasaan kita dalam menggunakannya menyulut berbagai konik di antara kita. Pertanyaannya adalah apakah memang perseteruan ini tidak dapat dihindari ? 8


dengan memandang persatuan dan rekam historis bangsa ini, maka halhal seperti ini seharusnya dapat dihindari. Kebebasan untuk menyatakan pendapat di sini harus diikuti dengan secara bertanggung jawab. Dan bertanggung jawab di sini berkaitan erat dengan kedewasaan. Sehingga gesekan-gesekan yang terjadi di sekitar kita seharusnya dapat dihindari, karena memang perbedaan akan selalu ada. Ketidakdewasaan kita dalam berinteraksi dan bermasyarakat yang menurutku menyebabkan gesekangesekan seperti ini sangat mungkin terjadi. Kemudahan untuk menekan tombol share di media sosial tanpa menelisik lebih dalam, apakah informasi tersebut benar adanya atau tidak,

serta ketidakmampuan kita dalam menempatkan diri ketika melihat informasi tertentu, dan keengganan kita untuk belajar memahami menjadi beberapa penyebab dari keadaan yang ada saat ini. Sekali lagi aku tekankan, ketidakdewasaan kita. Cepatnya arus informasi dan kemudahan untuk menjadi bagian dalam penyebarannya memberi sumbangsih yang besar. Begitu melihat informasiinformasi yang menarik menurut kita, dengan mudahnya kita menekan tombol share dan membagikannya kepada banyak orang. Tidak hanya informasi informasi yang jelas sumbernya, tetapi juga informasi yang hanya berupa pesan berantai pun tidak jarang kita sebarkan dengan mudahnya, membuatnya diketahui oleh banyak orang dan

Sumber: MaxPixel

PRO:AKTIF | OPINI

9


hingga di titik dimana pembuatnya sudah tidak dapat ditemukan lagi. Lalu di mana kedewasaannya jika apa yang kita tulis tidak dapat dipertanggungjawabkan lagi ? Permasalahan akan menjadi-jadi ketika berita tersebut ternyata hanyalah sebuah kebohongan, atau informasi yang telah dibumbui sana sini, sehingga memancing emosi pembacanya. Kemudian pilihan kita yang menjadi bagian dari proses penyebaran berita itu ikut menentukan permasalahan ini. Terlepas dari benar atau tidaknya berita, kebanyakan dari kita memang dengan mudah tergoda untuk menyebarkannya begitu saja tanpa pernah memikirkan apa dampak secara langsung maupun tidak langsung yang dihasilkan ketika kita menyebarkan informasi ini. Berikutnya adalah keengganan kita untuk memahami pendapat dan informasi informasi yang berseberangan dengan kita. Secara alamiah memang manusia akan lebih menyukai orang orang yang memiliki kemiripan dengan dirinya. Begitu juga dengan pemikiran. Setiap orang akan memilih untuk berkumpul bersama dengan orang orang yang memiliki pemikiran yang sama dengannya. Dan hal ini otomatis akan membuat kita tidak memahami secara menyeluruh dari pemikiran dan pendapat lain yang berseberangan dengan kita. Kita tidak memahami karena kita tidak mengenal dengan baik.

yang muncul begitu saja. Perkembangan teknologi, tren generasi milenial dan berbagai efek seperti ďŹ lter bubble di Facebook dan lain sebagainya turut membentuk perilaku kita saat ini. Tapi kembali lagi, ketika memang kita sudah menyadari ada yang salah dengan hal ini, apa kita hanya akan duduk diam dan terus menerus mencari pembenaran dari prilaku prilaku kita ? Tentu saja tidak. Karena mengetahui masalah dan tetap diam akan menjadikan kita bagian dari permasalahan itu. Hal-hal sederhana, seperti menelisik kebenaran sebelum menyebarkan informasi, lalu bijak memposisikan diri ketika hendak menyebarkannya serta usaha untuk keluar dari zona nyaman dan berdiskusi, berinteraksi dan mencoba untuk mengenal lebih dekat orang-orang yang berbeda paham dan memastikan kebenaran informasi adalah langkah awal dari usaha menciptakan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sehat. Karena setiap perubahan berawal dari diri sendiri.

Dari keseluruhan hal tersebut, sudah barang tentu sebagian dari kita pernah melakukannya. Dan jangan khawatir, karena memang ini bukanlah perilaku PRO:AKTIF | OPINI

10


OPI NI

KE-BHINEKA-AN ADA DI DALAM BINGKAI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA oleh Umbu Justin

"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan." Kemanusiaan Universal. Dok. KAIL

P

embukaan UUD 1945 menegaskan kemerdekaan sebagai dasar terpenting bagi terbangunnya Bangsa Indonesia. Kata 'kemerdekaan' adalah titik berat dalam setiap paragraf, terus menerus diingatkan dan ditulis berulang agar menjadi catatan bagi seluruh pergerakan kita menuju sebuah negara yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Gagasan kemerdekaan ini kemudian dimeterai dengan dasar PRO:AKTIF | OPINI

negara, Pancasila, yang pada dasarnya mengandung kedalaman ďŹ losoďŹ tentang kemanusiaan universal suatu bangsa Indonesia yang merdeka. Menggali Universal Merdeka

Makna Kemanusiaan di Dalam Indonesia

Lantas apakah itu suatu kemanusiaan universal yang akan ditumbuhkan dalam Indonesia yang merdeka? 11


Para Bapak Bangsa, pejuang kemerdekaan dan kaum pergerakan sejak RM Tirto Adhi Soerjo, dr. Wahidin Soedirohoesodo, dr. Soetomo dan kawan-kawan dari Boedi Oetomo, sampai kepada para penyusun Pembukaan UUD 1945 adalah para perenung kemanusiaan universal tersebut. Sebelum negara Indonesia lahir melalui proklamasi, sejarah negeri kepulauan ini senantiasa menghujani benak para perintis tersebut dengan riwayat kemanusiaan yang tertindas oleh kolonialisme, intimidasi, intrik kekuasaan, politik kotor adu domba, kerja paksa, dan berbagai cerita yang memberi beban berat bagi bangsa kita. Dari situ tumbuh cita-cita untuk mengubah arah sang sejarah, dari perbudakan menuju kemerdekaan; Para Bapak Bangsa mulai menuliskan masa depan, suatu doa dan pengharapan akan kemanusiaan universal Indonesia yang merdeka. Kemanusiaan universal Indonesia bukan sekedar definisi atau ketetapan seperti sebuah nama yang tercantum di KTP maupun akta kelahiran, melainkan merupakan pengalaman nyata manusia-manusia yang hidup, bernapas dan berjuang di bumi Indonesia. Kemanusiaan yang demikian lahir dari sejarah yang kaya akan pengalaman dan perenungan, otentik dan berdenyut bersama jatuh bangunnya para pelakon. Itulah rakyat yang sebenarnya, Marhaen, kata Bung Karno, menunjuk pada seorang petani muda berpeluh di tanah Jawa, “Saidjah dan Adinda”, karya Multatuli, “Minke” atau “Kartini” dalam karya Pramoedya, semua yang ditindas oleh permainan PRO:AKTIF | OPINI

Pesan kemerdekaan bagi rakyat Indonesia. Sumber: gmniunp.blogspot.co.id

politik kaum oportunis, satu rakyat yang disatukan bukan atas dasar apa pun selain penderitaan. Itulah rakyat satu bangsa yang ditindas, dari satu tanah air yang dijajah, suatu daya bahasa yang dibungkam. Bagi para pemuda yang bersatu menyatakan Soempah Pemoeda 1928, Indonesia adalah pengalaman konkrit, adjective realistis, berupa cita-cita kemerdekaan bagi rakyat, tanah air dan bahasa yang dibungkam. Indonesia adalah situasi sedih yang disatukan dalam penderitaan dan pembisuan. Indonesia pun adalah energi yang berangkat bangun untuk menempuh jalannya, mengubah takdir dan merancang peluangnya sendiri. Inilah Indonesia yang darinya seluruh titik berat makna kemerdekaan dikontemplasikan ke dalam pembukaan UUD 1945. Suatu humanitas yang berbagi penderitaan, yang harus dipulihkan ke dalam martabat asali yang universal, 12


bebas dan merdeka, setara dengan segenap bangsa di dunia. Lebih dari 70 tahun Indonesia merdeka, integritas kebangsaan ternyata perlu dinyatakan kembali dalam konkretisasi yang cukup berbeda: pertanyaan tentang humanitas universal kita datang dari tantangan terpenting, apa itu identitas Indonesia? Sejarah kemerdekaan dicatat dengan berbagai kesedihan kendati begitu banyak kemajuan telah dicapai. Kita telah menyaksikan begitu banyak penyalahgunaan kekuasaan, penganiayaan oleh penguasa pada rakyat atas nama negara, korupsi yang begitu merajalela, hasrat berkuasa yang vulgar dan degradasi karakter politik mencapai taraf paling rendah: hilangnya pola pikir kritis negarawan. Tetapi sebuah gejala juga telah muncul seakan tanpa

preseden, pengingkaran kebhinnekaan, fragmentasi identitas kebangsaan ke dalam pecahan-pecahan egoisme narsistik yang akut. Pertanyaan yang konyol dan menguras akal sehat sekarang berkumandang: siapa-siapa saja, ras mana saja, agama mana saja, kelompok mana saja, dan seterusnya, yang pantas menyandang atribut Indonesia? Indonesia yang diproklamasikan dulu, adalah rakyat tertindas yang bergerak merdeka dan berdaya independen merintis harkat dan martabat kemanusiaannya menjadi komunitas bangsa negara yang berbagi ruang humanitas di antara segenap bangsa di dunia beradab. Kita dibangun oleh penderitaan dan perjuangan yang sama, bukan oleh perkumpulan sesama jenis manusia, sesama ras, sesama agama atau sesama suku dalam suatu keadaan normal

Diversitas pada bahan-bahan pembuatan jamu. Dok KAIL.

PRO:AKTIF | OPINI

13


saudaraan bangsa-bangsa untuk membangun tatanan dunia yang berperikemanusiaan dan berkeadilan. Indonesia yang Merdeka, Indonesia yang Bhinneka

yang relaks untuk membuat kategorisasi. Humanitas para pendiri bangsa, dan para pejuang, adalah kemanusiaan yang menolak ditindas, sejarah yang bergerak mengubah nasib pelakonnya. Mengingkari kebhinnekaan kita adalah sama absurdnya dengan mengingkari riwayat kemanusiaan Indonesia. Ketika para bapak bangsa merumuskan haluan bangsa ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, mereka memahami kemanusiaan Indonesia merdeka dalam perspektif humanitas universal yang memberi tempat pada harkat martabat manusia di atas golongan, pandangan politik, asal-usul geograďŹ s, agama, ras, sukubangsa dan sebagainya. Hanya dengan begitu bangsa Indonesia bisa sejajar dan mengambil peran dalam perPRO:AKTIF | OPINI

Kebhinnekaan atau pluralitas adalah fakta inheren dalam keseluruhan semesta. Setiap unit utuh kehidupan, setiap anasir keberadaan, pasti saling berbeda, Pluralisme adalah pergerakan menuju unitas yang dinamis, paham untuk menghargai pluralitas dan memberi tempat bagi kebersamaan. Bhinneka Tunggal Ika yang dikutip dari kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular (Bhinneka Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa = Berbeda-beda manunggal, menyatu, sebab kebenaran tiada mendua) yang dijadikan metafor keutuhan bangsa pada lambang negara mengisyaratkan pemahaman yang jauh lebih mendalam dari sekadar memberi ruang bagi pluralitas. Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan untuk melakukan satu perjalanan bersama, sebagai manusia bersaudara menuju kebaikan bersama. Semboyan ini melampaui isi kata toleransi yang selama ini kita andalkan sebagai medium kebersamaan. Toleransi hanya memberi ruang secukupnya untuk sekadar ada bersama, saling menghormati dan tidak saling menggangu. Sekadar demikian tidak kan cukup buat meniupkan energi kebangsaan, karena kebersamaan sebagai bangsa meminta kerelaan untuk saling membantu, bekerjasama bahumembahu demi cita-cita bersama. 14


Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan dengan energi yang kuat, dengan perbedaan kita manunggal sebagai pernyataan kemanusiaan yang bersaudara, sebangsa, setanah air dan seia-sekata sebahasa. Lantas apa yang perlu kita lakukan dengan perbedaan? Bukankah di masa ini perbedaan, pluralitas, diversitas menjadi senjata, dan sekaligus duri dalam daging? Perbedaan adalah alamiah, hukum dasar keberlangsungan hidup. Setiap organisme, setiap spesies, setiap individu melakukan diferensiasi, diverting, mengubah jalannya agar mampu menjawab tantangan perubahan dalam hidup. Dinamika adaptasi yang menggerakkan daya kreatif semesta adalah bentuk kehidupan itu sendiri. Kehidupan berjalan menuju diversiďŹ kasi, menjadi kaya dan bervariasi, beragam. Diversitas, keberagaman melalui diferensiasi cara hidup, itulah yang memperluas horison kehidupan dalam semesta raya.

erangkan jati diri yang kaya dari komunitas manusia merdeka dari Sabang sampai Merauke. Itulah untaian kepulauan di tenggara semenanjung Asia, Nusantara, Insulinde, Indische Archipel, Zamrud Khatulistiwa, Ibu Pertiwi, Indonesia (sebutan oleh James Richardson Logan, 1847), begitu banyak nama untuk sebuah kebenaran kemanusiaan yang menderita di tanah air yang sedemikian indah dan kaya -nama yang kemudian menggerakkan para pemuda, para perintis kemerdekaan dan para proklamator untuk menegaskan kemerdekaan. Kita sekarang, pelanjut semangat mereka, harusnya berjuang juga. Membangun, memajukan kehidupan, meluaskan wawasan, merayakan kemanusiaan dan merencanakan hari esok.

Melawan keberagaman adalah melawan daya hidup. Kelompok manusia zombie yang berusaha melakukan radikalisasi diri dengan melawan diversitas sebetulnya sedang melakukan regresi menuju kehampaan. Perbedaan begitu mudah dihadirkan, itulah fakta kehidupan yang memenuhi segenap semesta. Melawan adanya perbedaan artinya mereduksi fakta hidup terus menerus sampai pada absurditas. Indonesia adalah atribut penuh kenangan sejarah, bertabur mimpi dan harapan, sebuah kata yang menPRO:AKTIF | OPINI

15


Kita memang direpotkan oleh para koruptor, politisi rendah kualitas, dan kaum oportunis yang tak pernah surut. Tetapi melawan arus radikalisasi narsistik yang meneror diversitas adalah tantangan yang melelahkan karena sangat mengikis moril dan akal sehat. Kita harus berangkat terus menerus, dari pluralitas menuju pluralisme, menegaskan kembali semboyan kakawin Sutasoma: Bhinneka Tunggal Ika sebagai kebenaran kehidupan. Kita seyogianya terus menerus menjadi Indonesia; mengenakan nama itu sebagai atribut yang melekat pada energi kebangsaan kita yang manunggal dari beribu suku, beragam agama dan kepercayaan, banyak ras, banyak cerita, legenda geograďŹ s dan dongeng asalusul; pada kesadaran bertanah air satu yang terdiri dari mosaik beribu pulau, beratus gunung, jutaan tanjung - teluk, yang menyimpan limpahan kekayaan ratna mutu manikam; satu tutur kata, satu budi bahasa dari bermacam langgam bahasa budaya yang tak mungkin lagi dibungkam: Indonesia.

PRO:AKTIF | OPINI

16


MA SA LA H KI TA

MENGHADAPI KEBERAGAMAN SESAMA AKTIVIS oleh Dhita Pui Sarasvati

Suasana pertemuan peningkatan kapasitas LSM-LSM di Sumba, bulan Mei 2015, yang difasilitasi oleh KAIL bekerjasama dengan HIVOS. Beragam jenis aktivis, beragam tujuan dan cara masing-masing dalam memperjuangkan keberpihakan mereka. Dok. KAIL

T

asya sangat tertarik dengan isu perempuan. Ketertarikannya ini membuatnya bekerja di sebuah LSM yang fokus pada pemberdayaan perempuan, khususnya dalam bidang ekonomi. Sehari-hari Tasya menghabiskan waktunya untuk melatih sekelompok ibu di sebuah kampung untuk menghasilkan produk yang bisa dijual seperti keset dari kain bekas, agenda yang dibuat dari kertas daur ulang, dan sebagainya. Kebetulan, Tasya memperoleh dukungan dari sebuah supermarket retail. Tasya boleh menitipkan karya-karya ibu-ibu di supermarket tersebut. Tasya berasumsi bahPRO:AKTIF | MASALAH KITA

wa dengan mendukung ibu-ibu agar memiliki penghasilan sendiri, maka ibu -ibu tersebut akan lebih berdaya. Suatu hari ada sebuah forum di mana aktivis-aktivis isu perempuan berkumpul. Tasya berkenalan dengan Juwita. Dengan semangatnya Tasya menceritakan apa yang dikerjakannya bersama ibu-ibu di kampung. Juwita pun menanggapi, “Punya penghasilan tambahan tidak serta merta membuat perempuan berdaya. Saya pernah menemukan kasus di mana perempuan menghasilkan uang lebih banyak dari suaminya. Uangnya diambil, lalu digunakan untuk mabuk17


mabukan. Perempuan tetap menderita. Lagi pula, dengan menitipkan produk itu di supermarket, yang diuntungkan adalah supermarket-supermarket itu. Mereka dapat produk dengan biaya murah, lalu dijual dengan harga yang cenderung tinggi. Yang untung? Pemilik modal. Perempuan perlu dibekali pengetahuan yang memungkinkannya melawan sistem patriarkisme dan kapitalisme yang mengekang mereka.” Ilustrasi di atas menggambarkan contoh dua orang aktivis yang merasa bergerak di isu yang sama, tapi sebenarnya berbeda. Walau keduanya samasama peduli pada isu pemberdayaan wanita, namun berbeda pandangan mengenai cara untuk membuat mereka lebih berdaya. Hal yang sama bisa terjadi di bidang lain. Ada aktivis pendidikan yang sangat peduli pada pengajaran nilai moral. Baginya, anak harus dibekali dengan kisah-kisah yang mencontohkan kebaikan. Di sisi lain, ada aktivis pendidikan yang merasa anak boleh dibekali dengan bacaan apa saja, yang penting anak diajak berpikir kritis sehingga bisa mengkritisi apapun yang bisa dibaca. Ada aktivis lingkungan yang tidak keberatan memperoleh pendanaan dari lembaga-lembaga internasional untuk kampanye menyelamatkan lingkungan. Di sisi lain, ada aktivis lingkungan yang lebih percaya untuk membangun kekuatan lokal dengan mengajak masyarakat hidup dari apapun yang dimilikinya, meskipun tanpa ‘bantuan luar’. Dulu, ketika awal menjadi aktivis, dengan lugunya saya pikir semua akPRO:AKTIF | MASALAH KITA

Berjejaring antar aktivis membutuhkan dialog. Dialog memberi tempat pada keberagaman pendapat dan pikiran. Dok. KAIL.

tivis sama saja. Yang membedakan hanya ‘fokus isu yang diperjuangkan’. Ada aktivis pendidikan, lingkungan, perempuan, kesehatan, dan banyak lagi. Tujuan yang mau dicapai sama saja. Semua ingin menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik. Belakangan, saya baru sadar bahwa ‘dunia yang lebih baik’ bagi satu orang bisa sangat berbeda dari ‘dunia yang lebih baik’ menurut orang lain. Ada juga aktivis-aktivis yang punya gambaran serupa tentang ‘dunia yang lebih baik’. Tujuan yang mau dicapai serupa tetapi pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut sangat berbeda. Misalnya, ada yang percaya pada peran negara. Sebaliknya, ada yang cenderung mengabaikan peran negara. Menghadapi aktivis-aktivis yang berbeda tujuan, ideologi ataupun cara, bukanlah hal yang mudah. Sebagai contoh, dari dulu saya tidak bisa menerima penggusuran paksa. Ini berpengaruh pada pilihan politik saya ketika pilkada belakangan ini. Saya tidak setuju dengan calon pemimpin 18


akhirnya menjadi panas, namun tetap gunakan bahasa yang sopan dan tidak merendahkan lawan bicara Kedua, ada kalanya kita harus bersepakat untuk tidak bersepakat. Ketika dialog hanya menghasilkan jalan buntu, mungkin kita harus menyimpan energi kita untuk hal-hal lain yang lebih penting. Tidak semua dialog harus berakhir dengan para peserta Beragam cara aktivis dapat dilakukan untuk memperjuangkan keberpihakan, salah satunya memiliki sikap dan pandangan yang melalui musik. Grup Rupa Bumi, saat memainkan sama. Dialog sekalipun harus tetap musik mereka di kegiatan Ulang Tahun KAIL memberi tempat pada adanya perbe2016. Dok. KAIL daan. Pilih untuk bersepakat untuk tidak bersepakat tapi teruskan peryang melakukan penggusuran paksa juangan dengan strategi berbeda. tetapi juga tidak percaya dengan calon lainnya. Saya memilih menjadi golput. Ketiga, akui bahwa kita tidak tahu Beberapa teman aktivis menuduh saya segalanya lalu belajar lagi. Tidak tidak berpihak pada rakyat karena tid- ada manusia yang tahu segalanya. ak memilih pemimpin yang dianggap Akui ini. Berendah hati bahwa ‘kita bisa membuat Jakarta lebih baik. Ter- tidak tahu’ memungkinkan kita untuk lepas benar atau tidaknya, pilihan poli- belajar kembali. Buka lagi berbagai tik saya dilakukan dengan sadar. Tapi, bacaan terkait, berdialoglah dengan mungkin tidak semua orang bisa orang yang sejalan maupun berseberangan dengan kita. Ujilah apa yang mengerti. selama ini kita percaya. Ketika ada Memilih menjadi aktivis, berarti berani yang berbeda dengan kita, anggap itu untuk menghadapi perbedaan. Kita kesempatan untuk memperdalam pempasti akan bertemu atau berhadapan ahaman. dengan orang-orang yang menentang pandangan kita, termasuk sesama ak- Terakhir, perbedaan tidak boleh memtivis. Bagaimana menghadapinya? buat kita memperlakukan orang lain semena-mena. Tetaplah baik hati. SepPertama, berdialoglah dengan ter- erti yang dikatakan oleh Dalai Lama ke hormat. Berdebat tentang isu yang -14, “Baik kepada orang yang percaya kita pedulikan di forum diskusi itu sah pada agama atau tidak, kepada orang -sah saja. Namun, biasakan fokus pada yang percaya reinkarnasi atau tidak, isu. Perkaya argumen kita dengan data tidak ada satupun [manusia] yang tiddan analisis. Jangan menyerang ak menghargai kebaikan hati dan belas pribadi lawan. Berdialoglah dengan kasih.� terhormat. Sekalipun perdebatan PRO:AKTIF | MASALAH KITA

19


PR OF IL

Peace Generation: Menyebarkan Nilai-Nilai Perdamaian di Dalam Keberagaman oleh Navita K. Astuti

S

ebuah negara berdiri atas keputusan bulat warganya menyatukan diri dan aspirasi di dalam satu kesatuan bangsa, bahasa dan tanah air. Namun, layaknya sebuah keluarga, para anggota saling berbeda sifat dan selera, hal yang sama dihadapi oleh setiap bentuk kesatuan yang menyatakan diri sebagai negara. Negara terdiri dari bermacam-macam sifat dan karakter warganya. Sifat dan selera yang saling berbeda dari setiap warga dapat menimbulkan gesekan maupun perselisihan apabila tidak dikelola dengan baik. Kita dapat belajar dari pengalaman konik yang terjadi di Ambon, Poso, Papua, Kalimantan (konik Dayak-Madura), Aceh maupun Timor Leste. Perbedaan yang ada, baik dari aspek suku, agama, adat istiadat tidak disadari sebagai kekuatan, melainkan telah menjadi bumerang bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Ketika sebuah bangsa dapat menyadari kekuatan dari perbedaan yang ada di antara mereka, maka perbedaan tersebut justru dapat menciptakan energi positif untuk kemajuan negara. Salah satu dari segelintir komunitas yang memiliki kesadaran untuk merawat dan mempromosikan nilai-nilai PRO:AKTIF | PROFIL

perdamaian di dalam keberagaman negara Indonesia adalah Peace Generation (selanjutnya disebut PeaceGen). Didirikan oleh dua orang dengan latar belakang berbeda, Irfan Amalee yang merupakan warga Indonesia dan Eric Lincoln yang berkewarganegaraan Amerika Serikat, PeaceGen berdiri pada tahun 2007. Kegiatan PeaceGen sehari-hari beralamat di Jalan Suling no. 17, Turangga, Bandung, Jawa Barat.

Pendiri Peace Generation: Irfan Amalee dan Eric Lincoln Fokus Utama: Perdamaian

Pendidikan

Sesuai dengan tagline mereka yang tercantum di alamat website www.peace-generation.org , yang berbunyi : To reach peace. Teach Peace. Promoting peace education throughout 20


Kegiatan lanjutan pasca Sekolah CERDAS, guru-guru mengadakan pelatihan perdamaian kepada siswa-siswinya di MTs Muhammadiyah 1 Magelang the globe, PeaceGen menyebarkan nilai -nilai perdamaian di dalam keberagaman melalui pendidikan. Irfan Amalee dan Eric Lincoln memulai misinya dengan membuat modul pendidikan perdamaian. Ide besarnya muncul dari mereka berdua, yang kemudian dikembangkan secara bersama-sama di dalam tim PeaceGen. Urat nadi utama dari modul tersebut adalah pendidikan tentang 12 nilai dasar perdamaian, yaitu : Menerima Diri, Prasangka, Sukuisme, Perbedaan Agama, Perbedaan Jenis Kelamin, Perbedaan Status Ekonomi, Perbedaan Kelompok atau Geng, Memahami Keragaman, Memahami Konik, Menolak Kekerasan, Mengakui Kesalahan dan Memberi Maaf. Modul tersebut kini sudah terbit dalam berbagai bahasa, antara lain versi Bahasa Indonesia untuk muslim dan krisPRO:AKTIF | PROFIL

tiani, versi Bahasa Inggris, dan PGKids untuk balita. Modul tersebut juga sudah diterbitkan dalam Bahasa Filipina oleh cabang PeaceGen di sana dan sedang disusun versi Bahasa Malaysia oleh Peace Gen Malaysia. Modul ini sudah diterapkan pada 40.000 lebih siswa. Pembelajaran Berbasis 12 Nilai Dasar Perdamaian Dua belas nilai dasar perdamaian dijabarkan lagi ke dalam 6 langkah praksis, yaitu: Kata Kunci dan Hikmah, Pemanasan, Inti Pelajaran, Model dan Praktik, Evaluasi atau Penugasan (Peace di Rumah) dan ditutup dengan doa. Dimana isi modulnya sendiri berisi pembelajaran yang full color, berisi games dan komik. Dengan demikian, modul pendidikan perdamaian ini dapat langsung dijadikan pembelajaran yang menyenangkan. 21


PeaceGen memang tidak berhenti di pembuatan modul saja. Aksi nyata berupa praktik pembelajaran dari modul perdamaian merupakan kegiatan berikutnya. Pelatihan demi pelatihan bernapaskan perdamaian telah dan akan terus digulirkan. Salah satu saran utama pembelajaran modul perdamaian ini adalah para guru maupun aktivis, agar di kemudian hari pembelajaran tentang perdamaian ini dapat diajarkan kembali ke sekolah dan komunitas masing-masing. Pelatihan untuk para guru (Training for Teachers) telah diadakan oleh PeaceGen baik secara mandiri maupun dalam berbagai bentuk kerjasama antara lain: Sekolah CERDAS (Ceria, Damai dan Siaga Bencana) yang merupakan kerjasama PeaceGen dengan Lazismu (Lembaga Amil Zakat Infaq Shodaqoh Muhammadiyah) dan MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center). Kerjasama ini merupakan pelatihan terhadap para pengajar SMP dan SMU dengan peserta berasal dari 16 sekolah Muhammadiyah, 1 sekolah negeri dan 3 sekolah Kristen di Jawa Tengah. Rangkaian kegiatan Sekolah CERDAS dimulai dari ToT guru selama dua hari, dilanjutkan dengan pendampingan, pembentukan duta Sekolah Cerdas, implementasi pengajaran, pembangunan budaya dan kebijakan sekolah selama enam bulan. Hasil dari proses penerapan Sekolah Cerdas di 20 sekolah ini akan menjadi model percontohan untuk 100 Sekolah Cerdas, hingga tahun 2018.

PRO:AKTIF | PROFIL

Kegiatan pelatihan nilai-nilai dasar perdamaian untuk para guru Sekolah Pembaharu Muda, adalah kerjasama PeaceGen dengan Surya Institute dan Ashoka. Di kegiatan ini, para guru diajak belajar tentang 12 nilai perdamaian dari PeaceGen, nilai-nilai changemaker dari Ashoka dan metode matematika Gasing dari Surya Institute. Kick for Peace adalah kegiatan lainnya yang merupakan kerjasama PeaceGen dengan Papua United, berlokasi di Lapas Anak Bandung. Kegiatan ini melibatkan beberapa anak muda lintas agama, pembina lapas dan anak-anak

Kegiatan Kick For Peace di Lapas Anak Bandung 22


binaan. Pelaksanaan kegiatan berupa rangkaian pertandingan sepak bola yang dilanjutkan dengan kampanye perbaikan lapangan sepak bola di Lapas Anak Bandung. Peacesantren adalah kegiatan PeaceGen lainnya yang menggunakan modul 12 nilai dasar perdamaian. Kegiatan ini dilakukan untuk anak-anak muda Kegiatan PeaceTival yang diadakan di Makassar, usia SD, SMP dan SMA sebagai tanggal 12 Februari 2017, merupakan event musik, alternatif pesantren kilat saat pameran dan aktivitas seru dan mengasyikkan seputar perdamaian. Ramadhan. Uniknya, pembelajaran nilai-nilai dasar perdamaian ini bisa Peace, Eat for Peace yang dikemas dilakukan secara bertingkat, yaitu dari sesuai tema perdamaian. Yang terbaru guru-guru yang telah memahami 12 adalah PeaceZone, yaitu arena bermain nilai dasar perdamaian mengajarkan permainan-permainan pertama di kepada anak didik usia SMA, kemudidunia yang bertemakan perdamaian. an anak-anak SMA tersebut mengajarkan adik-adiknya di SMP, dan anakanak SMP mengajarkan adik-adiknya yang berada di SD. PeaceGen juga sering mengadakan kegiatan seru lainnya dalam rangka menyebarkan nilai perdamaian. Diantaranya PeaceTival, yaitu festival perdamaian pertama yang dilakukan hampir setiap tahun. Acara Peace Camp, Talk î ‰e Peace, Walk î ‰e

Kegiatan pelatihan nilai-nilai dasar perdamaian untuk siswa sekolah

PRO:AKTIF | PROFIL

Kegiatan terbaru dari PeaceGen, merupakan arena bermain dan belajar nilai perdamaian untuk anak.

23


Ajakan Terbuka untuk Menjadi Agen Perdamaian Bentuk berjejaring lainnya yang diinisiasi oleh PeaceGen adalah ajakan untuk menjadi Agen Perdamaian (Agent of Peace, selanjutnya disebut AoP). Dengan meniru struktur penyebaran virus, PeaceGen bermaksud mendorong peningkatan penyebaran nilainilai perdamaian di masyarakat melalui ajakan untuk menjadi agen perdamaian. Untuk menjadi AoP bisa dengan berbagai cara, diantaranya dengan belajar 12 nilai dasar perdamaian, menjadi volunteer, berdonasi dan sebagainya. Para AoP diminta untuk mengajarkan 12 nilai dasar perdamaian ke komunitasnya masing-masing. Sedikitnya, setiap AoP membina dua orang calon AoP. Dari setiap calon AoP yang sudah dibina, melanjutkan membina dua orang calon AoP, begitu seterusnya.

dengan kondisi tidak saling memahami� maka koridor utama PeaceGen dalam penyebaran nilai-nilai perdamaian adalah melalui pendidikan. Karena melalui pendidikan perdamaian, semakin banyak orang menjadi tercerahkan, terinspirasi dan tergerak untuk menyebarkan kepada lebih banyak orang lainnya. Selain itu, PeaceGen juga menyadari bahwa penyebaran nilai perdamaian tak dapat dilakukan sendiri. PeaceGen banyak melakukan kegiatannya dengan berjejaring dan bekerjasama dengan banyak komunitas maupun organisasi yang mendukung nilai-nilai perdamaian. Dengan demikian, harapannya perdamaian senantiasa terjaga di bumi pertiwi kita, Indonesia. Salam perdamaian!

Saat ini, beberapa AoP yang telah memahami 12 nilai dasar perdamaian membentuk beberapa kelompok lainnya untuk semakin menyebarluaskan nilai-nilai perdamaian. Seperti misalnya, Young Interfaith Peacemaker Community (YIPC) Indonesia yang berfokus pada kerjasama antar orangorang muda lintas agama. Penutup PeaceGen adalah bentuk nyata berjejaring di dalam keberagaman. Hal ini dipahami dengan sangat baik oleh para pendiri maupun tim yang mendukung keberlangsungan kegiatan PeaceGen sejak dahulu hingga saat ini. Berbekal keyakinan bahwa “kekerasan diawali PRO:AKTIF | PROFIL

Permainan ular tangga perdamaian, sambil bermain, anak-anak dapat memahami nilai-nilai perdamaian

24


M EDIA

MENGURAI BERAGAM RASA DI TABULA RASA oleh Fransiska M. Damarratri

“Bawangnya bawang impor. Dia murah tapi hambar. Ah, kalau ini bawang lokal, rasanya tajam. Cium! Hasil dari tanah kita sendiri. Kamu bingung kenapa bawang impor itu lebih murah daripada bawang lokal? Mak juga bingung."

Judul Tahun Durasi Sutradara Produksi Pemeran

: Tabula Rasa : 2014 : 107 menit : Adriyanto Dewo : Lifelike Pictures : Dewi Irawan, Jimmy Kobagau, Yayu Unru, Ozzol Ramdan

I

tulah sepenggal percakapan Mak dan Hans ketika subuh-subuh berbelanja di sebuah pasar kota Jakarta. Hans, berkulit legam dan berambut keriting, sedang memakai kaos berpola celup-ikat warna-warni, yang baru dibeli dari uang saku Mak. Selanjutnya mereka pulang membawa beragam barang. Hans memikul beras di pundaknya. Ia bersikeras tidak mau memanggil becak. “Ah tidak usah Mak! Kita harus hemat,” serunya sembari menyeberang jembatan.

Hans tergeletak semalaman di atas jembatan penyeberangan kereta. Sumber: tabularasafilm.com

Jembatan seakan menjadi perumpaan visual yang kerap muncul di film Tabula Rasa (2014) besutan Adriyanto Dewo. Jembatan menjadi jalur para karakter menuju pengalamanpengalaman baru. Hans, yang dimainkan dengan menyentuh dan jenaka oleh aktor dari Wamena, Jimmy Kobogau, beberapa kali beradegan di

atas jembatan. Pertama kali, kita menjumpai Hans memanjat pagar jembatan dan hendak melompat menjelang serangkaian kereta commuter yang sedang melaju. Kedua, Hans ternyata terjatuh ke belakang dari percobaan bunuh diri tersebut dan terlelap hingga pagi. Di situ lah Mak dan Uda Natsir menemukannya.

PRO:AKTIF | MEDIA

25


Dengan kepala terluka, Hans dibawa oleh Mak (Dewi Irawan) ke Takana Juo, rumah makan masakan Padang miliknya. Di sana Mak bekerja sama dengan Uda Natsir (Ozzol Ramdan) dan Uda Parmanto (Yayu Unru). Ketiganya mengungsikan diri dari tanah Minang ke Jakarta pada 2009. Gempa meluluhlantakkan desa mereka. Hanya berbekal ‘delapan tulang’ mereka merintis Takana Juo. Parmanto menjadi juru masak pengeksekusi resepresep Mak. Natsir membantu mengurus operasional. Hans sendiri adalah seorang putra daerah Serui, Papua, yang mahir bermain sepakbola. Dahulu di panti asuhan tempatnya tinggal, dialah sang pemimpin doa makan untuk 14 saudara angkatnya. Namun dia memilih merantau ke Jakarta setelah seorang agen nasional memuji kepiawaiannya. “Kenapa tidak ke Persipura atau Perssidafon saja?” tanya mama angkat Hans suatu malam. Hans pun menukas, “Di Jakarta nanti, saya akan jadi orang hebat.” Namun nasib tidak baik bagi Hans, kariernya kandas. Ia menjadi gelandangan yang bertahan hidup dengan memunguti beras di lantai gudang saudagar. Saat berlari mengejar truk, Hans kalah oleh anakanak muda. Kakinya sekarang terseokseok. Suatu malam, Hans membuka kotak sepatu sepakbola di tempat bernaungnya, sebuah kolong berdinding kardus. Setelahnya kita diajak melihat sebuah memori permainan sepakbola antara Hans dan rekan-rekannya dari PRO:AKTIF | MEDIA

Papua. Mereka bermain di antara tumpukan kontainer yang identik dengan area pelabuhan. Kaki Hans pun telanjang tanpa alas kaki. “Gol‼!” teriak mereka. Hans pun pulang dengan senyuman. Sembari mengeringkan keringat, kita melihat rosario bersalib tergantung di lehernya.

Hans membantu Mak berbelanja ke pasar setiap harinya. Sumber: tabularasafilm.com

Pasar, kereta, gudang, jalanan, dan truk. Itulah latar cerita film ini. Jakarta ditampilkan apa adanya, tempat di mana banyak orang dari berbagai penjuru datang mencari peruntungan. Mak menunjukkan rantai produksi ibukota dengan berbelanja ke pasar setiap subuh lalu naik becak pulang. Rumah makan mereka sederhana di pinggiran kota, membumi dengan tungku kayu, gilingan cabai, alat pemarut dan pemeras santan dari kayu. Serangkaian konflik muncul setelah mereka semua berinteraksi. Perbedaan logat dan bahasa tidak membantu. Sepanjang film, tiga karakter Minang menampilkan dialog bahasa daerahnya yang kental. Akan tetapi intonasi dan gerak tubuh sering memberi isyarat tentang apa yang sedang dibicarakan. 26


Dapur Takana Juo yang sangat sederhana dan penuh dengan sensasi sensori menjadi ruang interaksi. Sumber: tabularasaďŹ lm.com

Gulai kepala ikan. (Sumber: erieknjuragan.com: Tabula rasa, makanan adalah itikad baik untuk bertemu.)

Di antara konik-konik itulah masakan khas seperti ayam balado, rendang, dendeng batokok lado hijau, papeda, ikan kuah kuning, gulai kepala ikan berhasil mengurai rasa dan pikiran para karakter. Momen-momen kebebasan muncul dari aksi bersama berbagi ataupun meramu masakan. Seringkali penguraian rasa hati muncul dari proses mengurai rasa di lidah. Adegan penyadaran muncul setelah sesuap-dua suap tersantap. Proses meracik bahan dan bumbu pun menjadi papan komunikasi antar tradisi dan pengalaman. Magisnya, semua seakan terjadi karena idealisme Mak memilih bahan-bahan alami Indonesia.

ini berarti ketiadaan gagasan yang sudah diasumsikan sebelumnya. Sebuah kondisi di mana pikiran kita bersih dari prasangka. Lebih jauh lagi, tabula rasa adalah gagasan tentang sifat manusia dalam ďŹ lsafat. John Locke memaparkan bahwa kita lahir dengan tabula rasa tanpa pengetahuan dan pikiran. Lalu pengalaman dan sensori kita memberi kita data dan membentuk pikiran kita; kepribadian, perilaku sosial, emosional, dan kecerdasan.

Mungkin dari situlah kata tabula rasa, yang berarti papan tulis kosong dalam bahasa Latin, dipilih. Sekarang, frasa

Hans dan Mak menikma ikan kuah kuning dan papeda buatan Hans.

PRO:AKTIF | MEDIA

Tidak ada plot cerita yang berliku-liku. Terkadang ada ashback yang diberikan. Namun, sedikit sekali yang disajikan tentang latar belakang Serui dan Papua. Sedangkan gambaran tentang tanah asal Mak dan kawankawannya hanya muncul dari bingkai foto maupun lukisan. Yang kita tahu, daerah tersebut dilanda gempa tahun 2009. Apabila merujuk kejadian nyata, maka bisa jadi Mak dan kawan-kawan berasal dari kota Padang atau sekitarnya. Film ini fokus bercerita tentang hal-hal aktual dan dekat. Selain cerita latar yang minim, kita lebih banyak diberi27


kan visual-visual Jakarta sehari-hari yang jauh dari hingar-bingar. Rutinitas kota dimunculkan dari kereta commuter yang rutin lewat saat hari gelap. “Jam berapa kereta yang paling akhir lewat?� tanya Mak ketika khawatir terhadap Hans. Setiap kali Takana Juo tutup, rutinitas bersih-bersih dimulai. Neon temaram berpendar menerangi ruangan. Mungkin itulah latar yang sesuai, tanpa bumbu-bumbu kepalang rumit. Interaksi mereka pun kadang canggung, layaknya orang-orang yang berbeda namun saling ingin berbagi. Kita sepertinya diperbolehkan menebak-nebak sesuai dengan rasa hati kita. Yang jelas, mereka menjadi dekat benar-benar karena mengalami pengalaman berbagi. Meski perbedaan dan

prasangka menjadi ganjalan di awal, pengalaman-pengalaman itu membantu mereka mengurai rasa yang mereka miliki. Di akhir cerita kita melihat Hans memakai kaos biru polos. Kontras dengan bajunya di awal cerita: merah dan compang-camping. Ia menyusuri jalanan melawan arus motor, mobil, dan truk kota Jakarta.

___ Referensi Tabula Rasa. hps://en.wikipedia.org/wiki/ Tabula_rasa#Philosophy. Diakses 25 Juli 2017.

Para karakter Tabula Rasa (Sumber: erieknjuragan.com)

PRO:AKTIF | MEDIA

28


JA LA N -JA LA N

GEDUNG INDONESIA MENGGUGAT: RUMAH BAGI SEMUA oleh Reina Ayulia

B

erkunjung ke Kota Bandung tak lengkap rasanya apabila tidak beromantisria dengan bangunan bersejarah dan berbagai peristiwa penting di dalamnya yang dapat menumbuhkan kecintaan kita terhadap Indonesia. Banyak sekali peristiwa yang terjadi pada masa sebelum kemerdekaan yang begitu inspiratif dan dapat diaktualisasi ke kehidupan kita dewasa ini. Kota Bandung selalu mengingatkan kita kepada seorang proklamator kemerdekaan Indonesia yang tumbuh dan berkembang di tatar Priangan ini, siapa lagi jika bukan Presiden RI yang pertama, Soekarno. Pada tahun 1930 terjadi sebuah peristiwa penting yang menjadi nafas baru pergerakan kemerdekaan Indonesia. Empat anak muda Indonesia bernama Soekarno, Gatot PRO:AKTIF | JALAN-JALAN

Suasana diskusi di kafetaria Gedung Indonesia Menggugat (Dok. Nunun Nurhayati, 2017)

Mangkoepradja, Maskoen, dan Soepriadinata diadili di muka pengadilan Landraad di Bandung atas tuduhan yang serius yakni makar, sebuah upaya merobohkan kolonialisme Hindia Belanda yang berkuasa pada masa itu. Soekarno membuat sebuah naskah pledoi yang menggambarkan situasi politik internasional dan akibatnya pada masyarakat Indonesia di bawah penjajahan kolonialisme. Naskah tersebut diberi judul ‘Indonesia Menggugat’, naskah pledoi yang luar biasa hebat dalam analisisnya. Umurnya waktu itu tidak lebih dari 29 tahun, ia tulis dalam sempitnya dinding penjara Banceuy, Bandung untuk ia bacakan di depan para pengadil Belanda. Gedung ini telah ada sejak tahun 1907 yang berfungsi sebagai tempat tinggal 29


(Hartono, 2006). Pada tahun 1917 atas instruksi pemerintah kolonial HindiaBelanda rumah tinggal ini beralih fungsi menjadi pengadilan (landraad) hingga Jepang merebut Bandung dari Belanda. Pada masa Kemerdekaan Indonesia gedung ini sempat digunakan dengan berbagai fungsi seperti kantor Palang Merah Indonesia (1947-1949), kantor KPP Pusat (19491955), Bagian Keuangan Kantor Pelayanan dan Kas Otonom, Sekretariat Provinsi Jawa Barat (19551970) dan Bidang Metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat (1970-2003). Setelah kosong satu tahun kemudian di tahun 2004 dilakukan pemugaran dan selesai tahun 2005 (Hartono, 2006). Gedung ini berstatus sebagai aset Pemprov Jabar dan merupakan Bangunan Cagar Budaya Kota Bandung yang pengelolaannya di bawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat (Disbudpar).

Atas inisiatif dari sekelompok masyarakat, gedung ini diajukan untuk bisa diaktivasi oleh publik sebagai monumen bersejarah, museum dan ruang publik. Di tahun 2005 ini juga menandai pemberian nama Gedung Indonesia Menggugat (GIM), pemberian nama ini nampaknya untuk tetap menjaga bara semangat perjuangan dan perlawanan atas kesewenang-wenangan. GIM sendiri terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 5, letak gedung yang agak menjorok ke dalam terkadang bisa mengecoh siapapun yang hendak datang namun tak awas pada plang yang terdapat di muka gerbang masuk. Di GIM ada sebuah ruangan yang tata ruangnya disesuaikan dengan saat Soekarno membacakan pledoi, kemudian agak masuk ke dalam ada sebuah ruang mirip aula besar yang sering digunakan untuk diskusi dan berbagai kegiatan lainnya. Sebenarnya jika sedang tidak terburu-buru mengejar

Muka bangunan Gedung Indonesia Menggugat. Dok Pribadi, 2017

PRO:AKTIF | MEDIA

30


Kegiatan Komunitas Aksakun di Aula Utama GIM. Dok. Pribadi, 2011

agenda diskusi, di kiri-kanan menuju aula ada petikan-petikan pledoi Soekarno, lalu apabila sedikit cermat dalam membaca pledoi kita akan menemukan Soekarno muda gemar baca buku kiri. Sedang di sebelah kanan bangunan terdapat kafetaria kecil untuk sekedar mengisi perut jika jumud dengan diskusi formal di aula atau sekedar ngopi murmer ala sachetan yang bisa menjadi penghangat tukar wacana bersama kawan. Sebenarnya jika dibandingkan dengan diskusi di aula, kafetaria GIM lebih dapat menawarkan keakraban yang intens untuk bertukar pikiran dan menggagas sebuah kegiatan, bahkan tak jarang menjadi awal mula kisah asmara. Beragam topik pembicaraan yang mengemuka dari hal yang berbau kanan hingga ke kiri-kirian, dari yang PRO:AKTIF | MEDIA

tradisional hingga yang modern. Tanpa sekat, inklusif, dan hanya jam tutup yang bisa membatasi. Melalui diskusi terbentuk proses pembelajaran dan proses lahir gagasan baru, generasi muda yang berpikir luas, kritis dan semakin memahami budaya bangsanya. Tahun 2011 menjadi kali pertama saya ke GIM, belakangan kunjungan itu saya reeksikan sebagai kali pertama saya bersentuhan dengan kawankawan yang berbeda lintas ilmu. Sebagai mahasiswa jurusan pendidikan arsitektur, menyimak wacana-wacana yang berkembang dalam obrolan yang ada di sana ibarat membukakan kotak pandora dalam diri saya. Selain diskusi-diskusi, beberapa komunitas sempat hidup di sana, satu diantaranya Komunitas Aksara Sunda 31


Kuna yang disingkat menjadi Aksakun, komunitas yang juga sempat saya ikuti. Di komunitas tersebut saya berjumpa dengan mahasiswa lain yang berbeda jurusan seperti sejarah, sastra, geograďŹ atau seniman, penyiar radio, budayawan, aktivis, dll. Intensnya saya bersentuhan dengan teman-teman yang berbeda latar belakang di dalam komunitas membangun kesadaran jika sinergitas itu penting! Hari-hari selanjutnya di luar jadwal Kelas Aksakun, saya sering datang ke GIM karena banyak kegiatan-kegiatan yang menarik untuk menambah wawasan. Tak jarang jika sedang jenuh kuliah, saya sering ‘kabur’ ke GIM. Selalu ada hal yang baru dan orang-orang baru yang bisa untuk diajak berbincang dan selalu saja ada pembicaraan yang sangat inspiratif dan menggugah semangat saya sebagai mahasiswa untuk melakukan suatu perubahan. Keasyikan ini mulai meredup seiring hutang akademik yang harus dilunasi.

bulat yang ada di kafetaria itu, tapi tak lama berselang ada saja yang ikut duduk di sana kemudian saling menyapa, berkenalan dan berbincangbincang. Anehnya tak pernah ada rasa canggung, meskipun saya sendiri baru kenal hari itu. Sempat terjadi perubahan pengelolaan di lingkungan GIM yang semula dikelola oleh komunitas kemudian diambil alih kembali oleh Disbudpar Jawa Barat. Namun semangat penggunaan ruang tidak berubah. Bu Nunun, staf Disbudpar, menganalogikan GIM ini sebagai rumah bagi semua orang, mereka bisa datang untuk berkegiatan, berbicara dan berbagi. Suasana diskusi di kafetaria GIM. Dok. Pribadi, 2011.

Tahun 2016 saya datang kembali ke GIM kali ini bukan sebagai mahasiswa, tapi sebagai anggota Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung atau yang lebih dikenal sebagai Bandung Heritage. Meski sudah sekitar dua tahun berselang, saya tidak merasakan perubahan yang kentara. Kopi sachet masih setia menemani diskusi. Pemilihan meja bundar rasanya pilihan tepat. Dengan bentuk meja seperti itu, tidak ada sudut yag bisa menutup ruang diskusi, di antara kawan yang mengobrol kita bisa saling melirik. Saya bisa duduk sendirian di kursi PRO:AKTIF | MEDIA

32


pemikiran dan keberagaman. Nilainilai kebangsaan selalu menjadi nafas dalam berbagai kegiatan yang disajikan oleh GIM. Kemudian saya menjadi teringat dengan kata-kata Soekarno dalam naskah Indonesia Menggugat :

Naskah pledoi ‘Indonesia Menggugat’ ditulis oleh Soekarno di penjara Banceuy, kota Bandung.

Dan fungsi beliau sebagai pelayan publik seperti selayaknya ibu di rumah yang harus mampu mendengarkan, mengarahkan dan memahami berbagai keberagaman yang ada. Beliau meyakini bahwa generasi muda jangan dibatasi pemikirannya apalagi dicekal untuk mempelajari sesuatu hal namun harus selalu didukung dan diarahkan agar berkembang ke jalan yang lebih baik. Semakin banyak tahu, anak muda akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih bijaksana.

“Fadjar itu makin lama makin terang, dan walau dihalang-halangi oleh kekuatan manusia jang bagaimana djuga, walau ditjegah oleh kekuatan-wadag dari negeri manapun jua, walaupun ditjegah oleh kekuatan-duniawi dari pada segenap negeri di atas segenap bumi ini, ia tidak boleh tidak harus, tentu, pasti akan diikuti oleh terbitnja matahari jang menghidupkan segala sesuatu jang harus hidup dan mematikan segala sesuatu yang harus mati.” ___ Daar Pustaka Hartono, D. (2006). Indonesia Menggugat, Pemugaran sebuah Monumen Perjuangan Bangsa. Geger Sunten: Bandung NN. (2005). Indonesia Menggugat, Pidato Pembelaan Bung Karno di Muka Hakim Kolonial, Bandung.

Itulah yang membuat saya mengerti, mengapa setiap datang ke GIM saya tidak pernah merasa asing, selalu ada senyum-senyum ramah dengan tangan yang terbuka lebar. GIM memang rumah tempat berkumpulnya segala PRO:AKTIF | MEDIA

33


TI P S

MENGHADAPI KEBERAGAMAN SESAMA AKTIVIS oleh Kukuh Samudra

K

Komunitas olahraga yang dibangun bersama-sama. Dok. Pribadi

ita telah sepakat bahwa olahraga bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran. Dari tubuh yang sehat, lantas berpengaruh terhadap jiwa yang sehat. Seperti adagium Yunani yang terkenal, “Mens sana in corpore sano” yang artinya, “Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat”. Manfaat lain dari olahraga yang tidak banyak orang sadari adalah olahraga dapat memperluas pergaulan. Dengan PRO:AKTIF | TIPS

semakin luas pergaulan, semakin banyak orang yang kita temui dan semakin besar peluang kita bertemu dengan bermacam jenis orang. Dari interaksi dengan beragam jenis manusia itulah yang mendorong kita untuk memahami keberagaman. Bagi teman-teman yang hendak atau baru memulai berolahraga, di bawah ini beberapa tips agar kita mendapatkan manfaat optimal dari olahraga. Baik yang berkaitan dengan kebugaran 34


jasmani, maupun dengan sosial.

yang

berkaitan

Pilih olahraga yang sesuai dengan minatmu Saat ini berbagai macam olahraga beserta fasilitas telah tersedia. Olahraga tersebut ada yang bersifat individu, kelompok, permainan, atau yang bersifat non-permainan. Beberapa orang lebih gemar olahraga kelompok seperti futsal, tetapi beberapa lebih enjoy melakukan olahraga individu seperti bersepeda atau lari. Olahraga permainan biasanya lebih asyik dilakukan, tetapi kita perlu mencari teman atau lawan tanding yang terkadang susah-susah gampang. Contohnya adalah tenis. Sementara ada juga olahraga yang sifatnya bukan permainan seperti lari atau yoga. Ada beberapa olahraga yang dapat dipelajari dengan mudah seperti lari, ada yang perlu waktu lama untuk dapat mahir melakukannya seperti basket atau bulutangkis. Pertimbangkan ketersediaan waktu, budget, dan tujuan anda dalam berolahraga. Jika anda tidak memiliki banyak waktu dan ingin segera mendapatkan manfaat dari olahraga, pilihlah olahraga yang mudah dan terjangkau. Jika anda merasa cocok dan enjoy dengan sebuah olahraga tertentu jangan ragu untuk ikut komunitas dan berlatih secara giat. Bahkan jika anda kebetulan memiliki rejeki berlebih, tidak ada salahnya ikut kursus atau membayar pelatih.

pada ‘kompetisi’ melawan diri sendiri, biasanya membutuhkan determinasi diri yang lebih tinggi. Tidak jarang orang yang baru pertama mencoba olahraga akan semangat di awal, kendor di tengah, dan bahkan berhenti sama sekali setelah melakukannya tidak lebih dari hitungan jari. Salah satu cara untuk mengatasi hambatan ini adalah mencari komunitas atau teman dengan hobi yang sama. Untuk olahraga permainan, kendala biasanya adalah dalam mencari teman. Beberapa olahraga membutuhkan minimum peserta agar dapat bermain dengan enjoy. Apapun jenis olahraganya, mencari Kegiatan lari (jogging) dapat dilakukan sendiri maupun berkelompok. Dengan berkelompok, kegiatan lari menjadi sarana mengenal keberagaman serta meningkatkan motivasi untuk menyehatkan raga . Dok. Pribadi.

Bergabung dalam komunitas olahraga Olahraga seperti lari atau bersepeda, yang sebetulnya lebih menekankan PRO:AKTIF | TIPS

35


teman atau komunitas dengan minat yang sama adalah menguntungkan. Anda bisa menemukannya di sekolah, kampus, lingkungan kerja, klub olahraga atau melalui media daring yang saat ini mudah diakses. Untuk dua yang terakhir, biasanya anggota klub berasal dari bermacam jenis latar belakang yang tentu saja lebih menarik. Berinteraksi dengan sesama anggota komunitas Olahraga adalah momen ketika orang hendak santai dan ingin lepas sejenak dari rutinitas. Saat istirahat atau menunggu giliran, coba ajak anggota komunitas atau lawan bermain untuk berbincang-bincang. Olahraga juga membantu untuk mencairkan suasana. Dosen killer atau atasan yang galak tidak jarang menunjukkan sifat berlawanan sama sekali saat olahraga dibandingkan keseharian. Dengan berbincang, kita bisa lebih mengenal satu sama lain. Apalagi dalam sebuah komunitas dengan latar belakang yang beragam, kita bisa memahami manusia secara lebih luas.

Sebagai awal mula sebuah kegiatan, olahraga dapat menjadi sarana untuk mencairkan suasana, seperti yang dilakukan oleh kakak pendamping dan adik-adik di Hari Belajar Anak di gambar ini. Dok. KAIL.

gat latihan tetap terjaga. Kegiatan latih tanding bisa menjadi pilihan. Selain itu dengan latih tanding, kita bisa memperluas pergaulan. Yang perlu diingat tanding adalah:

saat

latih

Jika ada rejeki berlebih, tidak ada salahnya untuk sekadar membawa kudapan sehat agar komunitas lebih akrab.

Atur jadwal dan kesepakatan dengan mitra latihan. Bicarakan secara terbuka mengenai waktu, tempat, konsumsi, dan pembagian porsi ďŹ nansial jika dibutuhkan.

Mengadakan Latih Tanding atau Latihan Bersama

Sebagai tuan rumah, kita wajib untuk melayani tamu dengan sebaik-baiknya. Beri informasi dan kemudahan kepada tamu kita semisal mereka baru pertama kali berkunjung. Mengacu pada

Sekadar latihan rutin terkadang membosankan. Perlu suasana agar semanPRO:AKTIF | TIPS

36


tanding untuk saling belajar, saling berkomunikasi, dan membina relasi. Belajar dalam hal ini bukan sekadar urusan teknis olahraga. Namun, bisa juga tentang manajamen latihan, tipstips ďŹ nansial, dll. Mengikuti Turnamen

atau

Mengadakan

Latih tanding memiliki cakupan yang lebih terbatas pada dua klub. Jika ingin mendapatkan jaringan yang lebih luas dalam satu waktu, kita bisa mencoba mengikuti turnamen atau bahkan mengadakan turnamen sendiri.

Melalui tenis, penulis mendapatkan beragam manfaat, salah satunya adalah pengembangan karakter pantang menyerah serta kesempatan untuk mengenal sifat-sifat orang yang berbeda melalui kegiatan turnamen atau pertandingan persahabatan. Dok. Pribadi

poin (a) dalam hal ďŹ nansial, tuan rumah lazimnya memberi jamuan kepada tamu. Namun, sesuaikan dengan budget klub Anda. Seringkali masalah perjamuan bukan berarti harus mewah, tetapi setidaknya memenuhi kebutuhan dasar dalam berolahraga seperti air mineral. Sebagai tamu, kita harus bertanggung jawab dan menghormati lawan tanding kita. Hadir lebih awal di lokasi adalah salah satu contoh. Selain itu, terkadang ada beberapa konvensi atau aturan yang berbeda di lingkungan tuan rumah yang perlu kita jaga. Pergunakan latihan bersama atau latih PRO:AKTIF | TIPS

Atmosfer turnamen akan terasa lebih menantang dan bergelora dibandingkan sekadar latih tanding. Dengan atmosfer yang lebih menantang, akan menarik peserta yang lebih luas. Yang perlu diperhatikan dalam menyelenggarakan turnamen adalah: a. Kita perlu mengukur sumber daya. Jangan sampai turnamen yang kita selanggarakan memiliki kualitas yang buruk dan membuat kapok peserta. b. Menjaga sportivitas adalah hal yang mutlak. Jika tidak, alih-alih mendapatkan teman baru dan membina keberagamaan, yang bisa terjadi adalah sebuah bibit permusuhan. c. Esensi dari turnamen adalah kompetisi. Namun, kompetisi sebaiknya hanya terjadi di lapangan atau saat pertandingan berlangsung. Manfaatkan waktu jeda sebagai ajang silaturahmi. 37


Sportif Sportif bisa berarti jujur dan bertanggung jawab. “Bermainlah, tapi jangan pernah bermain-main dengan permainanmu,� demikian kata seorang bijak. Artinya, saat kita bermain atau olahraga kita dituntut untuk fokus dan mengerahkan upaya maksimal. Bermain-main dengan permaian, bisa berarti tidak jujur, berlaku licik, atau tidak mengerahkan tenaga secara maksimal hanya akan merusak tujuan yang hendak kita capai dari olahraga. Dari Tenis untuk Menjadi Semakin Dinamis Penulis sendiri dalam olahraga memilih tenis sebagai hobi. Sejak kecil penulis telah didorong berolahraga untuk belajar dan menekuni paling tidak satu bentuk olahraga permainan. Hingga sekarang, penulis masih aktif bermain tenis dan masih terus belajar untuk mengembangkan permainan. Lebih dari 10 tahun penulis berlatih Mengenal banyak orang dari berbagai latar belakang melalui media olahraga. Sumber: kunsan.af.mil

tenis, ada beberapa nilai dan manfaat yang penulis dapat petik: 1. Olahraga membantu dalam belajar Di saat suntuk dan penat, olahraga dan berkeringat menjadikan tubuh dan pikiran lebih segar. Penulis yang rutin tenis 1-2 kali per pekan pernah mencoba tidak tenis selama 1 bulan. Yang terjadi badan justru sering pegal dan lesu. Beberapa penelitian populer bahkan menyebutkan dengan berolahraga, kemampuan otak dalam mengolah informasi akan meningkat. Hal ini karena otak kita sebetulnya membutuhkan suplai oksigen yang lancar. Sementara olahraga dapat membantu melancarkan sirkulasi oksigen ke otak. 2. Olahraga mengajarkan untuk bekerja keras Dosen pembina UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa)-Tenis penulis pernah bercerita bahwa dia mengajarkan anaknya olahraga agar anaknya belajar kerja keras. Dalam dunia akademik, mencontek adalah jalan pintas seorang pelajar untuk mendapatkan skor yang baik. Namun, dalam olahraga, mencontek menjadi tidak relevan. Kemampuan atlet seratus persen adalah buah kerja keras dia dalam berlatih. Anda bisa ‘mencontek’ gaya pukulan Roger Federer, atlet tenis terbaik dunia, dengan melihat videonya berulang kali. Namun, untuk menjadi juara dunia seperti Roger Federer tanpa kerja keras adalah mustahil. 3. Olahraga memberikan kesem-

PRO:AKTIF | TIPS

38


Roger Federer di French Open 2008. Sumber: Wikimedia Commons

patan untuk mengenal begitu banyak orang Tenis selalu memiliki stereotip sebagai olahraga yang mahal. Saya tidak menampik pendapat demikian. Namun, penulis yang besar di kota kecil seperti Karanganyar, menemui kenyataan bahwa hampir semua lapangan masih gratis. Oleh karena itu, dengan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan di kota, tenis di kota kecil masih terjangkau bagi kalangan kelas menengah bawah. Di kota kecil, tidak jarang seorang pejabat tingkat kabupaten bermain dengan tukang becak yang secara strata sosial termasuk di bawah. Dalam kesempatan lain penulis mengikuti turnamen alumni perguruan tinggi tempat penulis kuliah. Dari situ penulis dapat berinteraksi dengan para alumni yang sudah bekerja dan jauh lebih mapan secara ďŹ nansial daripada PRO:AKTIF | TIPS

tukang becak yang penulis temui. Mereka rata-rata memiliki cerita yang unik dengan topik yang beragam. Meski demikian, topik yang mereka bincangkan kebanyakan berbeda dibandingkan dengan klub tukang becak berada. Kalaupun katakanlah kita ambil satu pijakan tema, yaitu ekonomi, sudut pandang antara para alumni perguruan tinggi sangat jauh berbeda. Dari berbagai klub tenis yang diikuti, kita jadi lebih paham mengenai cara berpikir orang yang bermacammacam. Meski harus diakui, tidak semuanya baik. Namun, dengan demikian kita akan lebih cerdik dan bijaksana dalam melihat sebuah persoalan. 4. Latih tanding dan mengadakan turnamen sebagai sarana untuk belajar berorganisasi 39


Penulis pernah bertanggung jawab mengadakan sebuah latin tanding dengan universitas lain saat masih mahasiswa. Dari situ kami saling berinteraksi dan bertukar informasi. Tiap organisasi atau klub, masalah yang dihadapi ada yang berbeda ada juga yang mirip. Dari situ kita bisa saling berdiskusi dan bertukar pengalaman. Wawasan kita kita juga lebih terbuka, bahwa untuk tiap organisasi untuk masalah yang sama bisa jadi penanganannya berbeda. Beda lagi pengalaman saat didapuk sebagai ketua turnamen. Mengadakan turnamen ternyata tidak semudah yang dipikir. Meski memiliki banyak rencana dan ide di kepala, melakukan eksekusi bagi penulis yang minim pengalaman organisasi ternyata cukup sulit. Saat itu penulis banyak mengalami hambatan bahkan turnamen yang direncanakan terancam gagal. Namun, dari proses itu penulis belajar banyak terutama dalam hal memecahkan masalah, berinterksi, dan berkomunikasi dengan orang lain. Empat manfaat bermain tenis yang penulis sebutkan di atas tentu saja sangat subjektif. Pembaca pasti memiliki pengalaman dan memperoleh manfaat yang berbeda-beda dalam berolahraga. Selain bahwa olahraga bermanfaat bagi kebugaran, olahraga sarana yang baik untuk memperluas pergaulan dan memperluas sudut pandang. SALAM OLAHRAGA!

PRO:AKTIF | TIPS

40


RU MA H K A IL

KEBERAGAMAN DI KEBUN KAIL oleh Any Sulistyowati

Beragam tanaman di Kebun KAIL. Dok. KAIL

Sejak tahun lalu KAIL telah mengembangkan halamannya menjadi sebuah kebun. Kebun tersebut berisi beraneka ragam tanaman. Ada tanaman sayuran, buah-buahan, umbiumbian, bunga-bungaan dan berbagai pohon kayu. Kebun tersebut dirancang dengan menggunakan prinsip-prinsip Permakultur. Mengapa Permakultur? Menurut Wikipedia [1], permakultur adalah sebuah sistem pertanian yang memanfaatkan pola-pola dan bentukbentuk yang ada di alam. Pola-pola PRO:AKTIF | RUMAH KAIL

dan bentuk-bentuk ini kemudian diadaptasi untuk perancangan berbagai sistem yang dibutuhkan manusia, seperti pertanian, pembuatan bangunan, dan bahkan sistem ekonomi. Hasil akhir yang diharapkan dalam jangka panjang adalah sebuah sistem pertanian yang kompleks dengan produksi pangan dan materi yang tinggi tetapi dengan input yang minimal. Sistem ini mula-mula dikembangkan oleh David Holmgren dan Bill Molisson sejak tahun 1978. Pada awalnya istilah permakultur mengacu 41


Rancangan awal pengembangan zonasi kebun KAIL. Dok. Pengembangan Kebun KAIL

pada permanen agrikultur (pertanian permanen), tetapi kemudian berkembang dan meluas menjadi permanen kultur, yang mencakup pula aspek sosial dan ekonomi. Dalam permakultur digunakan pendekatan cara berpikir sistem yang menyeluruh [2]. Pendekatan ini tidak hanya memperhatikan elemen-elemen, tetapi juga sangat menekankan pada hubungan antar elemen. Dengan pendekatan ini diharapkan akan dihasilkan sinergi, yaitu hasil keseluruhannya lebih besar daripada penjumlahan masing-masing bagian-bagian. Sistem permakultur dikembangkan dengan menggunakan tiga prinsip utama, yaitu (1) peduli pada bumi/alam, PRO:AKTIF | RUMAH KAIL

(2) peduli pada sesama manusia, (3) pembagian keuntungan yang adil. Tiga prinsip utama ini kemudian diturunkan menjadi prinsip-prinsip perancangan permakultur yang lebih praktis, dalam bentuk strategi perancangan dan pengelolaan lahan. Strategi-strategi yang digunakan di dalam permakultur sangat bervariasi sesuai dengan kondisi alam dan budaya masing-masing [3]. Zonasi di kebun KAIL Salah satu keunikan permakultur adalah adanya sistem zonasi. Sistem zonasi dibuat untuk memaksimalkan hasil dengan minimum upaya pengelolaan. Zonasi dibuat dengan nomor 0 sampai 5, yang didasarkan pada intensitas pengelolaan dan jaraknya dari rumah 42


Beragam tanaman di bed Kebun KAIL bagian depan. Dok KAIL

sebagai pusat pengelolaan permakultur. Semakin jauh dari rumah, semakin besar nomor zonasinya. Rumah dan kebun KAIL berusaha mengembangkan sistem zonasi tersebut dengan cara sebagai berikut: Zona 0, yaitu Rumah KAIL Rumah KAIL dirancang dengan menggunakan sebanyak mungkin prinsip-prinsip selaras alam. Bahan kayu yang merupakan sumberdaya yang dapat diperbarui dipilih sebagai elemen desain utama rumah. Untuk meningkatkan nilai keberlanjutannya dipilih kayu-kayu bekas dari bongkaran rumah-rumah yang tidak terpakai. Untuk meminimalisir damPRO:AKTIF | RUMAH KAIL

Menara Cacing di Bed Kebun KAIL. Dok KAIL

pak pembuatan rumah terhadap alam, sumberdaya yang tidak diperbarui digunakan sesedikit mungkin. Penggunaan semen, pasir, besi dan bahan-bahan tambang lainnya diminimalisir. Penggunaan bahanbahan tersebut terutama untuk memenuhi fungsi keamanan dari rumah yang sulit digantikan dengan bahan yang lain. Untuk komponenkomponen yang memungkinkan menggunakan bahan bekas, maka penggunaan bahan bekas lebih diutamakan daripada bahan yang baru. Keramik, kaca dan kloset yang ada di Rumah KAIL merupakan bahanbahan bekas. Rumah KAIL juga meminimalisir penggunaan energi dengan cara menggunakan banyak bukaan untuk mengurangi 43


penggunaan listrik nerangan dan AC.

untuk

pe-

Zona 1, yaitu bagian kebun yang terdekat dengan Rumah KAIL. Di zona-zona ini ditanam berbagai tanaman yang paling membutuhkan perawatan intensif. Termasuk di dalamnya adalah aneka sayuran dan bumbu yang sering dimanfaatkan sebagai bagian dari konsumsi kegiatan-kegiatan di Rumah KAIL. Dalam bed-bed di zona ini terdapat rumah-rumah cacing untuk mengolah sisa-sisa makanan dari Rumah KAIL. Diharapkan tanah di sekitarnya akan menjadi gembur dan subur secara alami. Di dekat zona ini juga terdapat kolam ikan. Zona 2, yaitu zona yang berisi tanaman-tanaman tahunan yang membutuhkan perawatan yang tidak intensif, seperti berbagai jenis tanaman buah-buahan, sayur dan bumbu yang

dipanen musiman. Di zona ini terdapat lubang-lubang kompos untuk memproses daun kering dan rantingranting yang gugur. Zona 3, yaitu zona yang berisi berbagai tanaman yang kurang membutuhkan perawatan. Di zona ini mulai ditempatkan unggas, yaitu bebek yang menghasilkan telur untuk memenuhi sebagian kebutuhan protein di Rumah KAIL. Zona 4, berisi berbagai tanaman kayu yang menghasilkan stok kayu bakar dan bahan bangunan. Zona 5 adalah zona liar yang dalam jangka panjang tidak memerlukan campur tangan manusia. Di Rumah KAIL, zona ini terletak di tebing dekat sungai. Dalam jangka panjang diharapkan zona ini berkembang secara alami dan tidak memerlukan perawatan sama sekali. Saat ini, kami masih melakukan intervensi berupa

Semaian kebun KAIL. Dok. KAIL

PRO:AKTIF | RUMAH KAIL

44


penanaman kayu dan perdu untuk mencegah longsor. Di Rumah KAIL, batas-batas antar zona tidak terlalu jelas terlihat. Hal ini disebabkan karena (1) ada jenis tanaman yang cocok ditempatkan di lebih dari satu zona; dan (2) luas lahan Rumah KAIL yang relatif kecil sehingga agak sulit dibuat batas zonasi yang tegas. Kami juga membuat integrasi antar zona dengan membuat jalan setapak yang dapat digunakan untuk jalur lari atau jalan kaki. Ini juga menambah fungsi kebun sebagai tempat rekreasi dan bermain anak-anak, di samping fungsi utamanya sebagai sumber pangan dan materi. Pengelolaan kebun KAIL Sebelum melakukan perancangan, kami melakukan beberapa proses lokakarya untuk mendalami metode permakultur. Setelah itu, kami mengambil waktu untuk mengamati pola di alam dan di masyarakat. Dari proses tersebut, kami mencari inspirasi untuk perancangan kebun. Di kebun KAIL, setiap sta dapat mengelola minimal satu bed. Bed ada-

Pembuatan bed. Dok. KAIL

PRO:AKTIF | RUMAH KAIL

lah unit terkecil satuan ruang yang digunakan untuk bercocok tanam. Bentuk bed bisa bermacam-macam, sesuai ketersediaan lahan dan kreativitas pembuat. Kami dapat memilih lokasi, mengamati karakteristik lokasi tersebut dan memilih tanamantanaman yang cocok untuk ditanam di sana. Adakalanya sebuah bed mengalami pembongkaran berkali-kali. Biasanya hal ini terjadi karena kami salah memperkirakan karakteristik bed dengan kebutuhan tanaman. Akibatnya tanaman-tanaman tidak berkembang dengan baik atau mati. Kemudian kami memindahkan tanaman-tanaman tersebut ke bed lain yang lebih cocok serta menanam tanaman-tanaman baru yang lebih cocok ditanam di bed kami. Dari proses ini kami membuat perbaikan rancangan sehingga kualitas masing-masing bed semakin lama semakin baik, semakin permanen dan semakin berkurang kebutuhan perawatannya. Di Kebun KAIL kami menanam beragam jenis tanaman. Selain untuk mendapatkan beragam hasil panen, hal ini juga kami lakukan untuk mengu-

Pak Enjang, koordinator Kebun KAIL panen kacang tanah. Dok. KAIL

45


Kegiatan Anak-anak KAIL di Tengah Kebun. Dok. KAIL

rangi kerentanan terhadap serangan hama dan penyakit. Kami mengutamakan spesies-spesies lokal yang banyak di temukan di Jawa Barat. Kami memiliki koleksi beraneka tanaman kayu yang berasal dari hutan alam Indonesia, tanaman umbi-umbian, tanaman bumbu dan sayuran yang berguna. Dari jenis-jenis tersebut, ada yang sudah kami ketahui cara pemanfaatannya, ada pula yang masih dalam tahap eksplorasi. Ada pula beberapa spesies asing yang kami tanam tetapi terbatas pada jenis-jenis yang memang kami konsumsi untuk keperluan pangan atau bumbu di Rumah KAIL. Rumah dan kebun KAIL juga menerapkan sebanyak mungkin siklus materi tertutup. Untuk itu kami menerapkan biodigester untuk toilet, yang hasilnya PRO:AKTIF | RUMAH KAIL

adalah biogas yang dapat digunakan untuk memasak, serta slurry yang dapat digunakan sebagai pupuk cair. Penggunaan biogas ini juga sejalan dengan semangat untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Kebun KAIL juga berkontribusi dalam pengelolaan sampah organis di Rumah KAIL. Semua sampah organis dari Rumah KAIL disalurkan ke kebun, antara lain untuk pakan kelinci, marmut, pakan bebek, atau diurai di rumah cacing, bak kompos dan biodigester. Hasilnya adalah sumber nutrisi bagi kebun dalam bentuk pupuk kandang, pupuk cair dan kompos. Saat ini Kebun KAIL belum dapat menghasilkan 100% bahan pangan yang kami butuhkan. Sebagian besar masih dibeli dari pasar atau tetangga 46


tetangga dalam bentuk berbagi hasil panen. Demikian cerita singkat mengenai kebun KAIL. Jika tertarik untuk mempelajari prinsip permakultur atau bergabung sebagai relawan, silakan berkunjung ke Rumah KAIL. ___ [1] permacultureprinciples.com [2] en.wikipedia.org/wiki/ Permaculture, [3] permacultureprinciples.com

Menikmati roti bakar di kebun. Dok. KAIL

sekitar. Waktu panen pun seringkali tidak sesuai dengan jadwal kegiatan. Kami masih perlu memperbaiki penjadwalan dan mencari cara-cara pengolahan hasil panen sehingga dapat digunakan dalam jangka panjang. Lepas dari berbagai persoalan yang ada, kebun KAIL telah memberikan berbagai manfaat bagi kami semua. Selain sebagai sumber pangan yang sehat dan ramah lingkungan, ada pula berbagai manfaat lainnya seperti: kenyamanan dan keindahan, tempat untuk melakukan berbagai kegiatan di luar ruangan, udara yang lebih segar dan bersih, serta kesempatan untuk menyalurkan kegemaran berkebun. Kebun KAIL juga telah menjadi media untuk menjalin silaturahmi dengan PRO:AKTIF | RUMAH KAIL

47


TENTANG KONTRIBUTOR David A. Setiady David Ardes Setiady, tertarik dengan tema pengembangan diri dan menyadari memiliki sisi introvert yang cukup kuat. Ia menjejakkan kaki di Bandung sejak tahun 2003 untuk menjalani pendidikan S1 di Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Pernah belajar tentang hipnoterapi yang seutuhnya dipergunakan membantu orang-orang yang membutuhkan. Ia menghabiskan waktu di KAIL selama 2 tahun dalam perannya sebagai sta untuk bidang dokumentasi. Selama di KAIL, David secara rutin menjadi trainer Cara Berpikir Sistem dan berbagai program Pengembangan Diri Kail. Saat ini David tinggal di Medan dan menjadi Sekretaris Pengurus KAIL. Ia memiliki mimpi agar setiap manusia dapat hidup seturut panggilan sejatinya. Sylvania Hutagalung Perempuan Batak yang punya ketertarikan khusus dengan topik-topik partisipatoris. Saat ini menulis lepas hal-hal yang terkait praktik profesi arsitek dan kritik arsitektur. Umbu Justin Umbu Keren adalah anak dari suku Umbu Karewa kampung Pala, Sumba Barat Daya. Sehari-hari ia membayangkan berada di Raja Ampat dekat laut. Ia suka berburu kerang di pantai. Ia bercita-cita memiliki seekor kuda.

PRO:AKTIF

48


TENTANG KONTRIBUTOR Canggih Hawari Bernama lengkap Canggih Hawari Widyas Kencono Utomo dan biasa dipanggil canggih. Lahir di Kediri pada 17 Oktober 1998. Saat ini tengah menempuh pendidikan di Teknik Kelautan Institut Teknologi Bandung angkatan 2016. Seorang yang ingin terus belajar dan mencoba hal baru, dan memimpikan kebebasan. Dhitta Puti Sarasvati Dhia Puti Sarasvati adalah associate KAIL. Sejak 2002 kegiatannya banyak terkait bidang pendidikan, mulai dari mengajar di sekolah, lembaga kursus, perguruan tinggi, maupun memfasilitasi berbagai pelatihan guru. Kini aktif di Ikatan Guru Indonesia. Navita K. Astuti Navita Kristi Astuti adalah ibu dari dua anak yang berdomisili di Bandung. Menjalani masa perkuliahan di Jurusan Biologi ITB (1995-2001), kemudian terjun ke dunia sosial sebagai relawan untuk LSM Jesuit Refugee Service (JRS) di Timor Barat dan Timor Leste (20012004). Ia mengambil program Master of Arts di Rijksuniversiteit Groningen dengan spesialisasi Humanitarian Action (2004-2005). Sekembalinya ke tanah air, ia bergabung kembali di JRS Indonesia sebagai tenaga riset dan database (2006-2007). Ia juga pernah menjadi Koordinator Lapangan untuk Bridging Leadership Program (BLP) di Aceh (2008-2009).

PRO:AKTIF

49


TENTANG KONTRIBUTOR Saat ini, ia menggeluti dunia tulis menulis. Beberapa karyanya yang telah diterbitkan antara lain: buku antologi Jembatan Air Mata, (Penerbit Galang Press, 2002) yang ditulis bersama rekan-rekan relawan yang berkecimpung di kamp pengungsi Timor. Buku 270 Mutiara Inspirasi Bagi Ibu Hamil (Penerbit Pustaka Rama, Yogyakarta, 2012) merupakan karya tunggalnya yang berisi bacaan motivasi bagi para ibu yang mengandung. Everyday English Conversation (2013), merupakan karya tunggal lainnya berisi percakapan Bahasa Inggris seharihari. Kini, Ia juga berperan sebagai Koordinator Pro:aktif Online, majalah online yang diterbitkan tiga kali dalam setahun oleh Kuncup Padang Ilalang (Kail). Fransiska M. Damarratri Lulusan Arsitektur yang saat ini berkegiatan di ASF-ID (Arsitek Tanpa Batas) dan KAIL. Ia tengah mencoba bekerja dan belajar baik tentang kota, arsitektur, maupun hidup. Kumpulan tulisan dan puisi bisa ditemukan di: frnsska.wordpress.com. Reina Ayulia Reina Ayulia Rosadiana; lulus dari Pendidikan Teknik Arsitektur Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2015. Sekarang anggota dari Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung. Bisa dihubungi pada rereina11@gmail.com

PRO:AKTIF

50


TENTANG KONTRIBUTOR Kukuh Samudra Kukuh Samudra, lahir di Kudus 22 tahun yang lalu. Memiliki hobi bermain tenis. Rekreasi yang paling dia gemari adalah pergi ke toko buku bekas. Sudah menyelesaikan studinya di jurusan elektro. Sekarang sedang sibuk belajar, magang, dan mencari pekerjaan selepas kelulusan. Any Sulistyowati Catharina Any Sulistyowati adalah LEAD Indonesia Fellow (1998-2000) dan Donella Meadows Leadership Fellow (2007-2008). Sempat mengambil S1 di Jurusan Teknik Penerbangan, Institut Teknologi Bandung (1991-1995) dan S2 dalam Bidang Studi Pembangunan dari Institute of Social Studies, Den Haag, Negeri Belanda (2000-2001). Sejak lulus sampai sekarang fokus bekerja di sektor sosial. Pengalamannya antara lain: mengembangkan ELSPPAT (Lembaga Studi Pembangunan dan Pelayanan Teknologi) di Bogor (1995-2000), mendirikan dan mengembangkan KAIL (Kuncup Padang Ilalang) di Bandung (2002-sekarang). KAIL adalah LSM yang berfokus pada peningkatan kapasitas individu dan kelompok agar peduli dan secara efektif bertindak untuk penyelesaian persoalan-persoalan di masyarakat, antara lain persoalan sosial dan lingkungan.

PRO:AKTIF

51


TENTANG KONTRIBUTOR Sepanjang karirnya, ia telah memfasilitasi proses belajar dan perencanaan aksi untuk berbagai kalangan, seperti kaum muda, rakyat miskin kota, pemimpin kampung, ibu-ibu, pemerintah serta pekerja sosial baik di tingkat lokal sampai internasional. Peran utama yang sedang dijalani saat ini adalah: (1) memfasilitasi komunitas/ organisasi/ kelompok untuk membuat visi bersama dan perencanaan untuk membangun dunia yang lebih berkelanjutan, (2) menuliskan inisiatif-inisiatif untuk membangun dunia yang lebih berkelanjutan, (3) membangun pusat belajar (Rumah KAIL) untuk memfasilitasi proses berbagi dan belajar antar individu dan organisasi.

PRO:AKTIF

52


TENTANG PRO:AKTIF Pro:aktif adalah majalah yang diterbitkan oleh Perkumpulan Kuncup Padang Ilalang (Kail) sebagai bacaan penambah wawasan inspiratif bagi para aktivis untuk mendorong proses transformasi sosial ke arah dunia baru yang lebih adil, setara dan berkelanjutan bagi umat manusia dan seluruh alam semesta. Majalah Pro:aktif diterbitkan pertama kali dalam bentuk cetak/fotokopi dengan nama Pro:aktif KAIL pada bulan Oktober 2003 hingga bulan Juni 2007 sebanyak 12 edisi. Berkat kemajuan teknologi, Pro:aktif hadir secara online di alamat proaktif-online.blogspot.co.id sejak tahun 2012 dengan nama Pro:aktif Online. Pro:aktif Online terbit tiga kali dalam satu tahun, yaitu pada bulan April, Agustus dan Desember. Pada tahun 2017, selain dalamformat web log, Pro:aktif turut hadir dalam format zine* yang bentuk cetaknya dapat dipesan melalui kontak kami maupun dicetak swadaya sesuai dengan kebutuhan. Tema-tema yang diusung dalam Pro:aktif antara lain seputar perempuan, anak, pendidikan, aktivisme, relawan, lingkungan hidup hingga seni. Semua tema ini ditulis dan diharapkan dapat memberikan inspirasi untuk terjadinya proses transformasi sosial ke arah kondisi masyarakat maupun lingkungan yang lebih baik. Kontak dan hubungi Pro:aktif di kanal-kanal berikut: Facebook: Pro: Aktif Online E-mail: proaktif.online@gmail.com Untuk mengenal lebih lanjut tentang Perkumpulan KAIL, silakan kunjungi: Blog: kail-bandung.blogspot.com Facebook: Kuncup Padang Ilalang Twier: @kail_bandung Instagram: @kail_bandung *Zine adalah kependekan dari magazine (majalah) yang khususnya terkait publikasi bersifat antara lain nonkomersial, swakarya, dan

PRO:AKTIF

53


MARI BERKONTRIBUSI! Anda berminat menjadi relawan kontributor untuk Pro:aktiîƒ ? Caranya mudah! Hubungi kami di proaktif.online@gmail.com atau kailnavitaastuti@gmail.com untuk mengetahui tema dan jadwal penerbitan edisi mendatang. Adapun kontribusi yang bisa diberikan antara lain adalah kontribusi (1) penulisan artikel, (2) tata letak, dan (3) ilustrasi sampul. Dengan menjadi relawan Pro:aktif, Anda akan turut menjadi bagian dari jaringan relawan KAIL. Di dalam wadah ini Anda bisa saling mengenal dan berbagi, terutama di dalam berbagai kegiatan-kegiatan KAIL yang antara lain terkait pengembangan diri dan masyarakat untuk proses perubahan sosial. Kami tunggu kontribusi Anda!

PRO:AKTIF

54


Sumber: Pixabay

PRO:AKTIF

55



Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.