Majalah Inspirasi Sehat (Apotek K-24) Edisi Agustus - Oktober 2017

Page 26

APOTEKER STORY

Bekerja dengan Baik Agar Mendapat Pahala yang Baik Dalam hal prinsip, berdirilah sekokoh batu karang. Ungkapan dari Thomas Jefferson ini sangat tepat untuk menggambarkan pribadi Nurlela, S.Fam, Apt, seorang apoteker sekaligus ibu dari 1 anak. Berkat prinsip yang kuat, kini Nurlela berhasil menjadi APA di Apotek K-24 Cempaka Putih. Menjadi seorang apoteker pengelola apotek tentunya merupakan tanggung jawab yang besar. Seorang apoteker dituntut untuk dapat memberikan contoh yang baik kepada asisten ataupun staff lain di sebuah gerai apotek. Apalagi, Nurlela ditempatkan di gerai Apotek K-24 Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Seperti yang diketahui, Jakarta dipenuhi dengan orang-orang dengan latar belakang yang beragam. Penting bagi Nurlela untuk memahami gelagat pasien agar tidak salah dalam memberikan obat.

Tak Gentar Meskipun Diancam Masih teringat di benak Nurlela mengenai pengalaman pertamanya berhadapan dengan seorang oknum polisi. Kala itu, ia masih ditempatkan di Apotek K-24 Rawamangun. Nurlela, yang saat itu baru beberapa hari bekerja, kedatangan seorang pasien yang berseragam polisi lengkap. Oknum polisi tersebut ingin membeli Braxidin, namun tidak dapat menunjukkan resep dokter. Nurlela dengan tegas menolak memberikan obat tersebut, karena obat tersebut memang tidak dapat dibeli tanpa menggunakan resep. Oknum polisi tersebut tampak marah dan menantang Nurlela. Namun, perempuan kelahiran 28 Juli 1986 tersebut

26

tidak bergeming dan memegang teguh kata-katanya. Masih dengan amarah, oknum polisi tersebut mengancam akan memperkarakan Nurlela. Selama tiga hari, Nurlela terus-menerus mendapat teror berupa telepon ancaman dari oknum polisi tersebut. Meskipun sedikit takut, ia tetap tidak gentar berkat dukungan orang-orang di sekitarnya. Pada akhirnya, terbukti bahwa ancaman tersebut hanya gertakan sambal saja. Berkat keteguhannya tersebut Nurlela berhasil memperoleh kepercayaan menjadi APA di gerai Apotek K-24 Cempaka Putih.

Tempuh 4 Jam Perjalanan Demi Belajar Nurlela menghabiskan masa SD, SMP serta SMA di Dumai, Provinsi Riau. Di kota kelahirannya tersebut, fasilitas pendidikan tentu tidak sebagus di ibukota. Padahal, ia sangat ingin melanjutkan kuliah di bidang kesehatan. Meskipun demikian, Nurlela tidak patah semangat. Agar memperoleh pendidikan dengan kualitas yang lebih baik, ia rela menempuh perjalanan sejauh 4 jam untuk mengikuti bimbingan belajar di Pekanbaru. Selama beberapa bulan ia hidup terpisah dari orang tua, menyewa sebuah kamar yang kecil agar bisa lebih mudah mengikuti padatnya jadwal belajar di bimbel tersebut. Nurlela sangat ingin mendaftar di universitas negeri di Medan, dimana kualitas pendidikan dianggap lebih memadai dibanding di Dumai. Usaha kerasnya membuahkan hasil. Setelah mengikuti UMPTN di Medan pada tahun 2004, Nurlela dinyatakan diterima di Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, yang merupakan pilihan pertamanya.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.