Tabloid AVIASI Edisi 80 Maret 2015

Page 2

Lintas Aviasi

Angkasa Air Mendarat Darurat di Balikpapan SEDIKITNYA enam orang meninggal dunia dan 36 orang mengalami luka berat akibat kecelakaan yang dialami Angkasa Air Boeing 737-400 PKBPN dengan flight number BPN 080 yang berangkat dari Jakarta menuju Balikpapan dua pekan lalu. Pesawat dengan 175 penumpang tersebut harus mendarat darurat di Runway 07 sektor H 11 pada grid map Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan. Kemudian, sekitar pukul 11.30 WITA terjadi kebakaran hebat yang disebabkan oleh korsleting listrik. Saat peristiwa terjadi, dua orang karyawan konsisioner mengalami luka bakar. Namun karena kepanikan hebat terjadi, tiga penumpang yang keluar dengan terburu-buru terjatuh dan terinjak penumpang lainnya, tiga penumpang mengalami luka berat karena menabrak kaca. Peristiwa itu tidak terjadi lama, dalam waktu kurang dari hitungan menit, api itu bisa dipadamkan oleh petugas Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) dan Aviation Security. Untungnya, kejadian tersebut hanya skenario latihan Penanggulangan Keadaan Darurat (PKD) Dirgantara Raharja ke–80 dan disimulasikan pula pengamanan terhadap aksi terorisme di Balikpapan. Latihan PKD ini melibatkan + 694 personel dari Airport Emergency Committee dan Airport Security Committee PT Angkasa Pura I, Perum LPPNPI, TNI/ POLRI, BASARNAS, beberapa Rumah Sakit di Balikpapan, serta Pemadam Kebakaran Kota. “Latihan ini dilakukan secara berkala dan berkesinambungan dengan maksud guna menguji fungsi koordinasi, komunikasi dan komando antarunit serta instansi sesuai dengan Dokumen Penanggulangan Keadaan Darurat Bandar Udara (Airport Emergency Plan Document) dan Dokumen Program Keamanan Bandar Udara (Airport Security Programme Document) serta melatih dan memantapkan kemampuan petugas sesuai dengan bidang tugas,” jelas Yushan Sayuti, Operation Director Angkasa Pura I. (*)

ATR Pecahkan Rekor Kecelakaan

AVIASI/Haryadi

T

RANSASIA Airways dengan nomor penerbangan GE235 menggunakan ATR 72-600 (72212A) pada 4 Februari lalu jatuh di Sungai Taipei, 5,3 km dari Taipei-Sung Shan Airport (TSA). Pesawat beregistrasi B-22816 (umur 10 bulan) ini membawa lima kru dan 53 penumpang, hingga berita ini ditulis 35 penumpang meninggal dunia. Berdasarkan investigasi awal dari kotak hitam (black box), satu mesin Pratt & Whitney Canada PW127M itu gagal bekerja tak lama setelah lepas landas, dan kemungkinan besar pilot tanpa sengaja mematikan salah satu mesin.

Diskusi Asuransi Penerbangan

Foto: Angkasa Pura I AVIASI/Eky Fajrin

K

ECELAKAAN yang dialami AirAsia Indonesia pada 28 Desember 2014 nomor penerbangan QZ8501 maupun Malaysian Airlines MH370 dan MH17 pada tahun yang sama, nampaknya membuat masyarakat semakin sadar bahwa asuransi sangat penting. Kasus tersebut juga mendorong banyak orang untuk mengetahui bagaimana praktik perasuransian di industri penerbangan, peraturan dan

2

Maret 2015

Badan Penerbangan Sipil (CAA) mengungkapkan pilot mencoba untuk menyalakan ulang mesin, namun gagal. Artinya, di saat-saat terakhir penerbangan, tak satu pun mesin bekerja. Kami mendengar panggilan ‘mayday’ (panggilan darurat) pada pukul 10.54.35. Belum diketahui mengapa pilot secara manual mematikan mesin satunya (sebelah kiri). Bila hal itu benar, maka mengingatkan pada kecelakaan British Midland pada 1989 Boeing 737-400 yang jatuh di sebuah jalur tol di wilayah Inggris menewaskan 47 orang,

diketahui pilot mematikan mesin yang masih berfungsi dan bukan mematikan mesin yang rusak. Di Indonesia, ATR 72-600 Garuda Indonesia GA7040 rute Denpasar–Lombok mengalami kejadian keluar landas pacu di Bandar Udara Lombok Praya, Nusa Tenggara Barat. Pesawat beregistrasi PK-GAG itu mengangkut empat kru, 28 penumpang dewasa dan satu bayi. Seluruh penumpang dalam keadaan selamat dan tidak ada yang mengalami luka. Black box yang berisi Flight Data Recorder pesawat tersebut telah diamankan dan menjadi bahan penyelidikan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk mengetahui penyebab utama insiden. Menurut Garuda Indonesia, proses pemindahan pesawat pada 5 Februari lalu, dikoordinasi oleh tim ahli dan dilakukan dengan peralatan Salvage berupa Air Bag atau Air Balloon serta alat penarik 8 ton dari Angkasa Pura yang secara khusus didatangkan dari Bali melalui jalur darat dan laut menuju Lombok Praya. Menurut Aviation Safety Network, sejak 1993 ATR 72 dari pabrikan Avions de Transport Regional (patungan Prancis dan Italia) ini mengalami 30 kasus (kecelakaan maupun kejadian). Sementara tipe ATR 42 dengan 39 kasus sejak 1987. (Dnn)

bersama kantor hukum Hanafiah Ponggawa & Partners (HPRP) belum lama ini mengadakan diskusi setengah hari dengan topik: “Malaysia Airline Indonesia Air Asia Aircraft Accidents, and Indonesian, Chinese, Korean Aviation Law, and the 1999 Montreal Convention”. Ulasan mengenai Cooperation on the Civil Aviation Industry and perundangannya. Law between Indonesia and Korea Terkait dengan adanya kesepakatan disampaikan oleh Prof Dr Doo Hwan ASEAN Open Sky, maka industri Kim dan Air Transport Regulation penerbangan di negara-negara ASEAN, oleh Prof Dr HK Martono, SH, LLM. termasuk Indonesia, juga harus siap Dari diskusi tersebut, isu yang paling agar mampu bersaing mengisi pasar menarik dibahas adalah mengenai internasional di Asia Tenggara. asuransi penerbangan. (Sat) Sehubungan dengan hal tersebut, Masyarakat Hukum Udara (MHU), organisasi nonpolitik, mandiri, nirlaba >> Baca lebih lanjut: yang berfungsi sebagai wadah utama Peran Penting Asuransi komunikasi bagi para anggotanya Rubrik Hukum & Regulasi halaman 26


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.