MIXMAGZ #1 - YES WE ARE KARAMBA ART MOVEMENT

Page 1



| testimonial

CREW Galih Pratama

Editor in Chief Azis Wicaksono Galih Pratama

Layout Designer Adi Wicaksono Akhmad Khusnayain Annisa Rizkiana Azis Wicaksono Fauzi Zakaria Galih Pratama Khori Teguh Pujo Asmanto

Contributor twitter : @karamba_art facebook : karamba art

karambaartmovement@gmail.com karambaartmovement.tumblr.com

volume.1 / juli 2011

TESTIMONIAL


artikel |

mixmagz | 1


| artikel

2 | mixmagz


artikel |

mixmagz | 3


fauzi zakaria lagu untuk teman 4 | mixmagz


artikel |

mixmagz | 5


| artikel

6 | mixmagz


artikel |

mixmagz | 7


fauzi zakaria SS 101 and Me 8 | mixmagz


fauzi zakaria das sein das solen mixmagz | 9


| artikel

10 | mixmagz


artikel |

mixmagz | 11


| artikel

12 | mixmagz


artikel |

mixmagz | 13


adi wicaksono daftar belanjaanku 14 | mixmagz


galih pratama multi kultur

mixmagz | 15


galih pratama youth revolver!

16 | mixmagz


azis wicaksono my gun mixmagz | 17


azis wicaksono my gun 18 | mixmagz


azis wicaksono my gun mixmagz | 19


annisa rizkiana princess vantiani 20 | mixmagz


annisa rizkiana save our daughter mixmagz | 21


| reportase

GUYUB RUPA

Himpunan Mahasiswa Seni Rupa Universitas Negeri Semarang dan B5 The Power of Visual menggelar acara Guyub Rupa. Acara ini berlangsung pada tanggal 10 sampai 11 Juli 2011. Acara ini diawali dengan pembukaan pameran 'karakterku' yang memamerkan karya-karya mahasiswa seni rupa angkatan 2010. Dalam pameran ini, peserta pameran mencoba menangkap karakter dirinya sebagai gagasan dalam berkarya. Pameran ini juga menyajikan beragam eksplorasi teknik dan media guna mencari karakter dalam berkarya.

22 | mixmagz


reportase |

mixmagz | 23


| reportase

KEABADIAN GOENAWAN MOHAMAD DALAM KARYA SENI RUPA

penting di medan budaya Indonesia saat ini. 29 perupa berusaha 'membikin abadi' sajak-sajak Goenawan Mohamad dalam bentuk karya seni rupa. Mereka bukan hanya mengilustrasikan sajak-sajak itu saja, melainkan mencoba memaknainya dan menginterpretasi kembali dalam bentuk bahasa rupa sesuai dengan kecenderungan style, teknik, dan media

*Lukisan karya Arie Dyanto Berjudul ‘Drowing Oneself’ (145x195 cm, akrilik dan spray paint pada kanvas)

Perempuan telanjang itu duduk dalam hening di tengah-tengah jalinan kawat besi yang saling tumpang tindih. Bagian terluarnya merupakan lingkaran besi pipih dengan pinggiran yang bergerigi serupa lidah api. Ini merupakan tampilan patung karya Putu Sutawijaya yang berjudul 'Temptation (menggoda)' (120x120x60 cm, besi bekas). Patung ini bersama puluhan karya dari 28 perupa lainnya dipamerkan di Semarang Gallery sejak 24 Juli sampai dengan 4 Agustus 2011 dalam sebuah pameran yang bertajuk “Membikinnya Abadi”. Pameran ini merupakan perayaan ke-70 Goenawan Mohamad, seorang sastrawan dan tokoh

24 | mixmagz

yang mereka amini selama ini. Selain Putu Sutawijaya, muncul juga nama-nama besar yang sudah tidak asing di seni rupa Indonesia seperti: AC Andre Tanama, Edo Pop, Farhan Siki, Haris Purnomo, Mella Jaarsma, Nasirun, Nindityo Adipurnomo, Putut Wahyu Widodo, S. Teddy Darmawan, Titarubi, Ugo Untoro, dan lain-lain. Wa hy u d i n d a l a m k u ra t o r i a l pameran menuliskan bahwa para perupa tersebut bebas memilih sendiri sebuah atau sejumlah sajak Goenawan Mohammad untuk ditafsirkan dalam bentuk karya seni rupa. Karya Putu Sutawijaya 'Temptation (menggoda)', merupakan penafsiran dari sajak Goenawan Mohamad yang berjudul 'Persetubuhan Kunthi' dan 'Menjelang Pembakaran Sinta'. Sajak 'Menjelang


reportase | Pembakaran Sinta' juga direspon Arie

Goenawan Mohamad dalam karyanya.

Dyanto dalam karyanya yang berjudul

Bukannya meremehkan sajak Goenawan

'Drowning Oneself' (145x195 cm, akrilik

Mohamad, tapi tampaknya mereka juga

dan spray paint pada kanvas). Karya ini

ingin mengabadikan sosok Goenawan

menyajikan figur wanita yang dibuat

Mohamad dalam rangka memahami dia

dengan teknik stensil monokromatis.

dan sajak-sajaknya.

Wanita itu tenggelam dalam riak air hitam

Secara keseluruhan, capaian visual

yang misterius, di bawahnya api merah

para peserta pameran cukup memanjakan

yang bergelora sudah menyambutnya.

mata dan rasa apresiator. Tentunya, karena

Ornamen old school berupa bunga, hati,

para peserta pameran merupakan perupa

belati, dan tengkorak menghiasi api itu.

yang memiliki jam terbang tinggi, sehingga

Karya ini tampaknya menyajikan dua bait

memiliki kecakapan baik secara teknik,

terakhir sajak 'Menjelang Pembakaran

media, dan style-nya masing-masing.

Sinta' yaitu:

Tentunya pameran ini bukan hanya ingin

Besok semuanya selesai, (ia berkata sambil

'memindahkan' kata dalam bahasa rupa

mengusap rambutnya).

semata. Sajak-sajak itu diinterpretasi dan

Ia akan pergi ke dalam beribu latu,

didekonstruksi dalam bahasa rupa, yang

ke rumpun api.

memungkinkan terjadinya perluasan atau

ia akan menyelinap.

penyempitan makna. Sejatinya baik sajak maupun karya seni rupa itu masih bisa

Di antara ruap rawa dan miasma

berdiri sendiri-sendiri. Relasi keduanya

barangkali akan ada sebuah ruang luang di

membuka ruang dialog bagi para

mana tak ada lagi Kitab tak ada Kata dan

apresiator untuk memahami dan

kita tetap tak mengerti apakah yang suci

memaknai sajak Goenawan Mohamad

apakah yang setia.

melalui medium karya seni rupa. Apresiator juga bisa 'membaca' statement

Perupa Dadang Rukamana, I Gusti

perupa dalam menangkap sajak dan sosok

Ngurah Udiantara, dan S. Teddy Darmawan

Goenawan Mohamad yang diabadikan

memilih untuk menghadirkan potret

dalam karyanya. Pameran yang dibuka oleh

mixmagz | 25


| reportase Tanto Mendut ini juga dimeriahkan oleh pembacaan sajak Goenawan Mohamad oleh Prof. Eko Budiharjo dan musikalisasi puisi oleh Slamet Gundono. Goenawan Mohamad lahir di Batang pada 29 Juli 2009. Dia merupakan salah satu pendiri Tempo yang memiliki intelektualitas tinggi, wawasan luas, dan liberal. Di Tempo, ia banyak menulis dan mengkritisi kondisi sosio-politik semasa rezim Orde Baru. Hal ini mengakibatkan Tempo dianggap sebagai majalah oposisi sehingga dilarang diterbitkan oleh pemerintah pada tahun 1994. Selepas itu Goenawan Mohamad mendirikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI), asosiasi jurnalis independen pertama di Indonesia. Goenawan Mohamad juga menginisiasi Institusi Studi Arus Informasi (ISAI) yang menyuarakan kebebasan berekspresi secara sembunyi-sembunyi di Jalan Utan Kayu 68H, Jakarta. Di tempat inilah berkumpul berbagai aktivis, seniman, dan cendekiawan yang kemudian melahirkan Radio 68H, Teater Utan Kayu, JIL, Galeri Lontar, dan Sekolah Jurnalisme Penyiaran. Mereka lebih sering disebut Komunitas Utan Kayu. Sejak 1961, sajak-sajak Goenawan Mohamad telah dibukukan, antara lain dalam: 'Parikesit' (1971), 'Interlude' (1973), 'Asmaradana' (1992), dan 'Misalkan Kita di Sarajevo' (1998). Sajak-sajaknya sering bercerita tentang keprihatinan dan keresahan masyarakat kelas bawah. Goenawan Mohamad juga aktif menulis 'Catatan Pinggir', artikel pendek yang dimuat secara mingguan di

26 | mixmagz

halaman paling belakang Tempo. 'Catatan Pinggir' biasanya berisi komentar atau kritik yang represif terhadap pemikiran yang picik dan kolot. (galih pratama)


khori teguh ariyanto rivenc mixmagz | 27


pujo asmanto dialog pada tuhan 28 | mixmagz


pujo asmanto dialog pada tuhan mixmagz | 29


akhmad khusnayain god has already die 30 | mixmagz


LEBARAN SEBENTAR LAGI kawan-kawan, silahkan kirim karya, artikel, reportase, catatan perjalanan, atau dokumentasi acara dengan tema ‘sisi lain lebaran’ untuk dimuat dalam

VOLUME 2 Lebaran yang hanya ada di bulan ramadhan biasanya identik dengan umat islam dan puasa. lebih dari itu, banyak kegiatan unik yang hanya muncul di bulan ini, seperti : mudik, ngabuburit, ritual agama atau tradisi, juga aneka kegiatan kreatif anak muda. Semuanya menarik untuk dituangkan dalam karya atau teks.

kirimkan karya dan teksmu ke : karambaartmovement@gmail.com kirimkan sebelum tanggal 10 September 2011 info : karambaartmovement@gmail.com / 085641150987



Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.