Buku Program Penghargaan Achmad Bakrie IX - 2011

Page 1


PENGHARGAAN ACHMAD BAKRIE 2011

1

Isi AB 2011.indd 1

7/25/11 12:09 PM


Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 2

7/25/11 12:09 PM


DAFTAR ISI

Tentang Achmad Bakrie

5

Mengapa Penghargaan Achmad Bakrie

9

Tentang Freedom Institute

11

Dari Dewan Juri

15

Jatna Supriatna untuk Sains

19

Adrian B. Lapian untuk Pemikiran Sosial

28

Nh. Dini untuk Kesusastraan

38

F.G. Winarno untuk Teknologi

46

Satyanegara untuk Kedokteran

56

Hokky Situngkir untuk Ilmuwan Muda Berprestasi

65

Penerima Penghargaan Achmad Bakrie

75

3

Isi AB 2011.indd 3

7/25/11 12:09 PM


Dok. Keluarga

ACHMAD BAKRIE (1916-1988)

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 4

7/25/11 12:09 PM


TENTANG HAJI ACHMAD BAKRIE (1916-1988)

M

INAT terhadap dunia usaha sudah ia tunjukkan sejak remaja. Pada usia 20 tahun, Achmad Bakrie memulainya dengan menjadi seorang pedagang perantara untuk karet, lada, dan kopi, di daerah kelahirannya Kalianda, Lampung. Ia lalu bekerja pada NV Van Gorkom, sebuah perusahaan dagang Belanda. Sebagai penjaja keliling, ia men­jelajahi hampir seluruh pelosok Sumatera Selatan. “Di sini saya mem­peroleh pengalaman dan pengetahuan tentang (kebutuhan akan) barang-barang dan organisasi perusahaan,” kata Bakrie, suatu ketika. Merasa cukup dengan pengalaman sebagai pegawai, pada 1941 Bakrie meninggalkan Van Gorkom. Ia kembali menekuni perda­gangan karet, lada, dan kopi. Labanya ia tabung sedikit demi sedikit. Setahun kemudian, tepatnya pada 10 Februari 1942, ia mendirikan Bakrie & Brothers General Merchant and Commission Agent di Teluk Betung, Lampung. Semasa pendudukan Jepang, nama Bakrie & Brothers tidak boleh digunakan karena berbau Barat. Bakrie kemudian memindahkan perusahaannya ke Jakarta pada 1943. Di sini ia melanjutkan usahanya dengan menggunakan nama Jasuma Shokai. Begitu Jepang takluk, nama awal perusahaan itu dimunculkan kembali. Pada 1952, Bakrie mulai beranjak dari pedagang antardaerah menjadi pedagang antarnegara. Ia merintisnya dengan mengekspor karet, lada, dan kopi ke Singapura. Hal ini membuatnya menjadi

5

Isi AB 2011.indd 5

7/25/11 12:09 PM


salah satu eksportir pionir dari kalangan pengusaha pribumi. Dari usaha perdagangan, pria kelahiran Kalianda, Lampung, 1 Juni 1916 ini merambah dunia industri. Ia memulainya pada 1957 dengan membeli sebuah pabrik kawat dan kemudian memperluas bisnisnya dengan mendirikan pabrik pipa baja, pabrik cor logam, dan pabrik karet remah (crumb rubber). Sampai dengan Bakrie tutup usia pada 15 Februari 1988 di Tokyo, ia telah berhasil mendirikan satu kerajaan bisnis terkemuka di Indonesia, PT Bakrie & Brothers Tbk. Kerajaan bisnis ini telah berkembang ke berbagai bidang usaha seperti telekomunikasi, properti, industri pipa, pertambangan, investasi, serta bisnis lainnya. Perusahaan yang kini telah menjadi perusahaan publik tersebut memiliki lebih dari 3.000 karyawan yang tersebar di berbagai lokasi di Indonesia. Achmad Bakrie menikah dengan Roosniah Bakrie, wanita bermarga Nasution. Pasangan tersebut dikaruniai empat orang anak, yakni Aburizal Bakrie, Roosmania Kusmulyono, Nirwan Dermawan Bakrie, dan Indra Usmansyah Bakrie. Setelah meninggalnya Bakrie senior, panji Bakrie di dunia usaha dipanggul oleh Aburizal Bakrie serta adik-adiknya. (Aburizal sendiri telah mengundurkan diri sebagai pimpinan perusahaan sejak pertengahan 2004, yakni sejak dia menjabat sebagai Menteri Koordinator dalam Kabinet Indonesia Bersatu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.) Sebagaimana yang diceritakan Aburizal, muara dari keberhasilan usaha dan keuntungan finansial, menurut Achmad Bakrie, adalah digunakannya hal-hal tersebut untuk kepentingan sosial. “Uang bukan­lah tujuan hidup, melainkan sekadar alat untuk menyenangkan orang banyak,â€? ungkap Bakrie senior. Sebagai salah satu wujud komitmennya terhadap masyarakat, pada 1981 ia mendirikan Yayasan Achmad Bakrie. Bakrie beserta

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 6

7/25/11 12:09 PM


istri dan keempat anaknya tercatat sebagai pendiri yayasan yang bertujuan membantu biaya pendidikan anak-anak yang cukup pandai namun kurang mampu itu. Yayasan yang ketika berdiri hanya bermodalkan uang Rp 5.000.000 (lima juta rupiah) tersebut, hingga kini telah mem­bantu ribuan siswa sekolah menengah maupun mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia, terutama mahasiswa dari jurusan ekonomi dan bisnis. Bahkan, sejak 2004, Beasiswa Achmad Bakrie juga telah mulai diberikan kepada pelajar-pelajar Indonesia yang berprestasi inter­ nasional. Inilah salah satu wujud kepedulian sosial dan kecintaan Bakrie terhadap ilmu pengetahuan. Ia selalu menekankan pentingnya menuntut ilmu. Perjalanan hidup Bakrie muda punya andil besar terhadap pem­bentukan sikapnya yang seperti itu. Achmad Bakrie, yang lahir dari keluarga petani kecil itu, hanya mengenyam pendidikan setingkat Sekolah Dasar. Namun tekad putra dari H. Oesman Batin Timbangan ini sangat besar untuk menimba ilmu. Di sela-sela kesibukannya sebagai pegawai di NV Van Gorkom, ia rela menyisihkan waktu luangnya untuk bersekolah dagang di Hendlesinstituut Schoevers (1937-1939). Sepanjang perjalanan hidupnya, Bakrie tak lepas dari kegiatan memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan. Dalam setiap kesem­ patan apakah di perjalanan, saat menunggu, atau di waktu seng­ gang membaca adalah kegiatan utamanya. Buku-buku sejarah, sastra, ekonomi maupun berita terkini menjadi temannya seharihari. “Saya paling kesal kalau tidak bisa membaca,” kata Bakrie suatu ketika. Ia percaya, pengetahuan yang luas membuat orang mandiri dan percaya diri. Bagi Bakrie, berilmu adalah memerdekakan diri. Dan seseorang yang lebih pintar harus dihormati. Bakrie yakin betul dengan kutipan yang disimpannya:

7

Isi AB 2011.indd 7

7/25/11 12:09 PM


Freedom makes opportunities, Opportunities makes hope, Hope makes life and future.

Kepercayaan dan penghargaan Bakrie terhadap kekuatan ilmu pe­nge­t­a­huan dan orang yang berpengetahuan menyatu dengan caranya menyikapi keberhasilannya sebagai seorang pengusaha. Hal ini selaras dengan kata bijak yang ia sukai: one cannot help the poor by discouraging the rich. Komitmen Bakrie senior terhadap dunia pengetahuan kini diteruskan oleh Aburizal Bakrie. Pada Desember 2001, Abu­ rizal mendirikan Yayasan Freedom Institute, yang salah satu kegiatannya adalah mem­berikan Penghargaan Achmad Bakrie untuk bidang kesusastraan dan pemikiran sosial-budaya, suatu penghargaan tahunan yang pertama kali dimulai pada 2003—dan kemudian berkembang untuk mencakup pula bidang kedokteran (sejak 2005), sains dan teknologi (sejak 2007). Mulai 2010 sebuah kategori penghargaan kembali ditambahkan, yaitu Hadiah Khusus Achmad Bakrie yang diberikan kepada anak bangsa berprestasi yang berusia di bawah 40 tahun.

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 8

7/25/11 12:09 PM


MENGAPA PENGHARGAAN ACHMAD BAKRIE?

F

REEDOM Institute mengusahakan lingkungan yang subur bagi lahirnya keperintisan, pencapaian, maupun pengabdian di bidang pemikiran sosial, kesusastraan, kedokteran, sains, dan teknologi. Usaha ini merupakan bagian dari tujuan kami yang lebih luas, yaitu memajukan kehidupan pemikiran, eksperimen, dan penciptaan di Indonesia. Kami percaya bahwa kehidupan intelektual yang bebas, sarat dengan perde足batan yang produktif, penuh antusiasme, dan dilandasi oleh integritas yang tinggi meru足 pakan penyangga kuat kehidupan demokrasi. Tradisi penghargaan atas karya pemikiran, keilmuan, dan kesenian sudah menjadi praktik lazim dalam dunia intelektual. Peng足hargaan berskala internasional seperti Hadiah Nobel menjadi tolok ukur bagi pencapaian di bidang-bidang sastra, kimia, fisika, ilmu kedokteran, ekonomi, dan perdamaian. Tradisi serupa juga dikenal di Indonesia, meski belum mengakar dan mencapai reputasi yang kokoh. Sejumlah lembaga atau pribadi di negeri kita juga telah merintis pemberian penghargaan untuk berbagai bidang profesi sejak kesenian maupun keilmuan. Kami meneruskan tradisi pemberian penghargaan di bidang kreativitas akal budi ini dengan Penghargaan Achmad Bakrie sejak 2003. Sejak 2010, kami juga memulai tradisi menghargai ilmuwan muda berprestasi di bawah 40 tahun. Kedua anugerah intelektual ini diberikan setiap tahun menjelang Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus.

9

Isi AB 2011.indd 9

7/25/11 12:09 PM


Para penerima Penghargaan Achmad Bakrie serta Hadiah Khusus adalah sebagai berikut: 2003: Ignas Kleden (bidang Pemikiran Sosial) dan Sapardi Djoko Damono (Kesusastraan); 2004: Nurcholish Madjid (Pemikiran Sosial) dan Goenawan Mohamad (Kesusastraan); 2005: Sartono Kartodirdjo (Pemikiran Sosial), Budi Darma (Kesusastraan), dan Sri Oemijati (Kedokteran); 2006: Arief Budiman (Pemikiran Sosial), Rendra (Kesusastraan), dan Iskandar Wahidiat (Kedokteran); 2007: Frans Magnis-Suseno (Pemikiran Sosial), Putu Wijaya (Kesusastraan), Sangkot Marzuki (Kedokteran), Jorga Ibrahim (Sains), dan Balai Besar Padi (Teknologi); 2008: Taufik Abdullah (Pemikiran So­sial), Sutardji Calzoum Bachri (Kesusastraan), Mulyanto (Kedokteran), Laksana Tri Handoko (Sains), dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Teknologi); 2009: Sajogyo (Pemikiran Sosial), Danarto (Kesusastraan), Ag. Soemantri (Kedokteran), Pantur Silaban (Sains), dan Warsito P. Taruno (Teknologi); 2010: Daniel Murdiyarso (Sains), Daoed Joesoef (Pemikiran Sosial), Sjamsoe’oed Sadjad (Teknologi), Sitor Situmorang (Kesusastraan), dan S. Yati Soenarto (Kedokteran) + Hadiah Khusus Achmad Bakrie untuk Periset Muda Berprestasi Ratno Nuryadi; 2011: Adrian B Lapian (Pemikiran Sosial), NH Dini (Kesusastraan), Satyanegara (Kedokteran), Jatna Supriatna (Sains), dan FG Winarno (Teknologi) + Hadiah Khusus Achmad Bakrie untuk Ilmuwan Muda Berprestasi Hokky Situngkir. (Foto dan keterangan singkat tentang prestasi penerima Penghargaan Achmad Bakrie 2003-2010 terlampir mulai di halaman 75 buku ini).

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 10

7/25/11 12:09 PM


TENTANG FREEDOM INSTITUTE

F

REEDOM Institute didirikan di Jakarta pada 2001 untuk meng足galakkan dunia pemikiran dan kreativitas pada bidang sosial, politik, ekonomi dan budaya. Kami ingin mengusahakan kehidupan intelektual yang bebas dan sehat, yang sarat dengan perdebatan mencerahkan, yang penuh gairah serta integritas yang tinggi. Berbagai kegiatan yang dikerjakan untuk mewujudkan visi di atas adalah, antara lain, pengadaan buku-buku dan jurnal-jurnal penting melalui perpustakaan, penerjemahan dan penerbitan buku-buku, penyelenggaraan diskusi, seminar, penelitian, loka足 karya dan radio talkshows, pemberian beberapa jenis penghargaan untuk individu-individu yang berprestasi pada bidang-bidang mereka. Sejak Freedom berdiri hingga saat ini, perpustakaan yang kami jalankan mungkin adalah yang paling gampang dicapai oleh publik intelektual Indonesia. Koleksi Perpustakaan Freedom sudah mencapai sekitar 12.000 judul buku. Kami berlangganan sekitar 60 judul jurnal, baik yang terbit di luar maupun di dalam negeri. Fasilitas yang termasuk langka di tanah air ini kami buka setiap hari untuk pelayanan umum. Dengan sarana perpustakaan yang semakin modern serta ko足munitasnya yang semakin terbentuk, Freedom mengadakan secara rutin berbagai macam diskusi publik, membicarakan beragam topik atau isu baik yang sedang aktual maupun yang

11

Isi AB 2011.indd 11

7/25/11 12:09 PM


“abadi” sifatnya, yang kami petik dari buku atau artikel jurnal terkini. Kami juga terus berusaha menghadirkan pula baik laporan, dokumentasi, maupun transkrip atas berbagai diskusi tersebut melalui situs www.freedom-institute.org dan situs media sosial seperti facebook dan twitter (@freedominst), jika apa yang didiskusikan memang kami anggap layak untuk disebarluaskan. Transkrip dari kegiatan-kegiatan lain yang dipandang berguna untuk catatan publik juga akan kami hadirkan secara virtual lewat website maupun youtube (www.youtube.com/irian8). Kami juga menerbitkan buku. Melalui kerja sama dengan mitra-mitra kami, Freedom menerjemahkan sedikitnya lima buku setiap tahun untuk kami terbitkan. Pada 2004, misalnya, kami menerbitkan buku-buku klasik seperti Four Essays on Liberty karya Isaiah Berlin dan Arabic Thoughts in the Liberal Age karya Albert Hourani. Sampai 2011, sudah sekitar 60 judul buku kami terbitkan. Yang terakhir adalah karya terjemahan atas tiga disertasi terbaik studi politik Indonesia selama lima tahun terakhir: Sengketa Tiada Putus (oleh Jeffrey Hadler), Umat Bergerak (oleh Julie Chernov-Hwang), dan Ideologi Islam dan Utopia (oleh Luthfi Assyaukanie). Selain menerbitkan karya terjemahan, Freedom juga aktif mendu­k ung penerbitan buku-buku karya asli pengarangpengarang Indonesia, baik itu karya yang berupa kumpulan tulisan mereka maupun yang berupa karya utuh. Pada awal 2009, misalnya, bekerja sama dengan Brookings Institution kami melakukan penelitian tentang korupsi di yayasan pemerintah dan penerbitan buku Korupsi di Balik Yayasan Pemerintah (2009). Pada tahun 2010, bekerjasama dengan Friedrich Naumann Stiftung—salah satu mitra terlama kami—kami menerbitkan sebuah studi kebijakan tentang kebebasan berekspresi di Indonesia, Menegakkan Hukum, dan Hak Warga Negara : Pers,

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 12

7/25/11 12:09 PM


Buku dan Film (oleh Adinda T. Muchtar dan Wiwan Koban). Untuk menarik minat dan terutama memperkuat dampak penerbitan, kami—seringkali bekerja sama dengan mitra dari luar lembaga—juga menyelenggarakan seminar peluncuran buku setiap kali ada buku kami yang terbit. Kami menyelenggarakan kursus-kursus penyegaran bagi para jurnalis dengan topik-topik pilihan, baik yang sifatnya aktual sesuai dengan konteks situasi sosial-politik terkini maupun “abadi”. Sampai pertengahan 2010, sudah 11 angkatan kami selenggarakan. Radio talkshows yang kami adakan sepanjang 2005-2008 adalah juga program advokasi. Ini adalah sebuah acara wawancara terekam bersama beberapa narasumber terpilih yang disiarkan melalui radio yang terelai di lebih dari 50 stasiun setiap minggu. Sebagian transkrip wawancara ini telah diterbitkan dalam buku Membela Kebebasan: Percakapan tentang Demokrasi Liberal (2006), bekerjasama dengan Friedrich Naumann Stiftung (FNS). Dengan FNS kami, sejak awal 2010, juga telah mengembangkan program pelatihan untuk mahasiswa, antara lain Akademi Merdeka dan Forum Kebebasan. Akademi Merdeka adalah sebuah program pelatihan bagi mahasiswa untuk memahami secara intensif dasar-dasar liberalisme. Untuk program ini, kami bekerjasama juga dengan Atlas Economic Research Foundation, Amerika, dan Institute for Democracy and Economic Affairs, Malaysia. Forum Kebebasan, yang biasanya diadakan setelah Akademi Merdeka, mengajak mahasiswa untuk membaca dan mendiskusikan teks klasik pemikiran kebebasan secara intensif dan lebih terbatas setiap minggu selama dua bulan. Sejak akhir 2010, untuk lebih menjangkau komunitas per­ pustakaan khususnya dan publik Jakarta pada umumnya lewat kegiatan yang lebih bernuansa kesenian, secara rutin kami

13

Isi AB 2011.indd 13

7/25/11 12:09 PM


mengadakan acara seperti seri Diskusi Sastra, seri Kine Klub, seri pertunjukan musik Jazz, dan diskusi Klub Sains. Program lain kami, yang banyak mendapat sambutan publik adalah pemberian Penghargaan Achmad Bakrie kepada anak-anak bangsa yang berprestasi sangat tinggi. Penghargaan Achmad Bakrie, yang diselenggarakan sejak 2003 setiap menjelang Hari Kemerdekaan, diberikan untuk bidang-bidang kesusastraan dan pemikiran sosial—dan sejak 2005 juga untuk bidang-bidang kedokteran, sains, dan teknologi. Sampai 2011 sudah tercatat 34 individu dan 2 lembaga yang menerima penghargaan ini. Mulai 2010 kami memberikan juga Hadiah Khusus Achmad Bakrie untuk anak bangsa berprestasi, mereka yang berusia di bawah 40 tahun.

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 14

7/25/11 12:09 PM


DARI DEWAN JURI

T

ATKALA diawali pada 2003, Penghargaan Achmad Bakrie diberikan hanya untuk Kesusastraan dan Pemikiran Sosial. Kenapa dua bidang tersebut, dan bukan bidang-bidang lain? Jawabannya sangat gamblang: para penggagas Penghargaan Achmad Bakrie, yang juga eksponen Freedom Institute, menanggung keterbatasan. Yaitu bahwa mereka hanya menguasai peta bumi kedua bidang termaksud di tanah air. Boleh dikatakan bahwa mereka hanya mampu menimbang prestasi kaum pemikir sosial dan sastrawan, bukan kaum spesialis dari berbagai ranah disiplin lain. Seiring dengan misi Freedom Institute untuk memajukan kebebasan dan kebudayaan, para penggagas Penghargaan Achmad Bakrie mulai memikirkan bidang-bidang lain. Pada tahun 2005, Freedom Institute menambahkan bidang Kedokteran, dan kemudian, pada tahun 2006, bidang-bidang Sains dan Teknologi. Tentu saja, untuk ketiga bidang yang terakhir ini, Dewan Juri berkonsultasi dengan pelbagai pakar dan lembaga yang menguasai disiplin-disiplin yang bersangkutan, termasuk para penerima Penghargaan Achmad Bakrie sebelumnya. Pada akhirnya, adalah Dewan Juri yang mengambil putusan sendiri—dan menulis esaiuraian, dengan bantuan para konsultan termaksud, kenapa kami memberikan Penghargaan itu kepada tokoh-tokoh termaksud. Meskipun Dewan juri meminta bantuan pihak-pihak tertentu dalam meyusun esai-uraian itu, namun adalah Dewan Juri yang

15

Isi AB 2011.indd 15

7/25/11 12:09 PM


menetapkan dan menyetujui, termasuk menyunting jika perlu, naskah akhir esai-uraian itu. Pada tahun penghargaan yang kesembilan ini, kami, Dewan Juri, ingin menegaskan kembali pokok apa dan bagaimana kelima bidang yang dicakup oleh Penghargaan Achmad Bakrie. Perlu kami tekankan bahwa Penghargaan ini diberikan kepada mereka yang masih hidup.* Kesusastraan adalah bidang yang mewadahi kiprah kaum sastra­wan—penyair dan penulis fiksi dan, bagi kami, juga para penulis non-fiksi yang piawai dalam bahasa. (Seperti kita tahu, filosof Bertrand Russel dan negarawan Winston Churchill memperoleh Hadiah Nobel bidang Sastra demi nilai sastra dari buku-buku mereka.) Kami memilih sastrawan yang karyakaryanya menyumbangkan bentuk-bentuk baru, mempengaruhi arus sastra pada masanya dan sesudahnya, memperkaya bahasa nasional kita, serta mengubah persepsi sidang pembaca. Pemikiran Sosial adalah bidang yang meliputi karyakarya pemikiran yang mempersoalkan sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Bagi kami, Pemikiran Sosial bukan hanya wilayah kaum ilmuwan sosial, tetapi juga filosof, sejarahwan, ekonom, pakar hukum, pendidik, agamawan, dan siapa saja yang membayangkan perubahan sosial dengan mendasar. Yang pokok bagi kami adalah, mereka menghasilkan karya-karya tulisan. Dengan demikian, misalnya, seorang policy maker yang tidak menulis, tidak akan pernah masuk ke dalam pertimbangan kami. Untuk bidang Kedokteran, kami menekankan segi riset * Kriteria â€?masih hidupâ€? ini tentu saja berlaku ketika Dewan Juri mengambil putusan final, yakni pada tanggal 16 Juni 2011 untuk Penghargaan tahun ini. Pemenang untuk bidang Pemikiran Sosial, Adrian B. Lapian, wafat di Jakarta pada 19 Juli 2011, yakni sebulan setelah putusan itu diambil.

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 16

7/25/11 12:09 PM


dan terobosan di bidang pengobatan. Jika mayoritas dokter di Indonesia adalah praktisi yang menggunakan metode standar, kami ingin menemukan para dokter yang memusatkan diri pada kegiatan keilmuan. Bagi kami, riset medis dengan segenap temuannya akan berdampak besar pada pengobatan itu sendiri. Kita tahu bahwa sejumlah penyakit, tidak sedikit pula penyakit yang khas negeri-negeri tropis dan/atau sedang berkembang, masih harus ditemukan penyebabnya. Juga, terobosan di bidang pengobatan amatlah pentingnya, termasuk demi penyembuhan dan pemberantasan penyakit di kalangan kurang-mampu. Sains adalah ranah yang mencakupi ilmu-ilmu alam dan matematika. (Adapun ilmu-ilmu sosial sudah termaktub ke bidang Pemikiran Sosial.) Para ilmuwan di bidang ini, bagi kami, adalah teladan untuk kerja sepi tanpa pamrih, namun mengubah pokok kemajuan dan moderni足tas. Prestasi mereka yang tak banyak jumlahnya itu, yang seringkali berkualitas dunia, terkubur oleh kelisanan dan budaya massa yang menjangkiti masyarakat kita. Dalam bidang ini kami juga mengutamakan karya-karya yang memberi sumbangan penting bagi khazanah ilmu yang bersangkutan. Untuk bidang Teknologi, kami menekankan terobosan yang mem足perkaya keterampilan kita mengolah lingkungan, memperpanjang jangkauan indra dan tubuh manusia, dan membuka jalan bagi perubahan cara produksi yang memungkinkan pelonjakan produktivitas secara mendasar serta pemenuhan kebutuhan orang banyak. Kami juga mem足p er足t imbangkan sumbangan terobosan itu untuk khazanah teknologi internasional. Riset para teknolog Indonesia seringkali mengejutkan, meski para periset itu harus mengatasi keterbatasan biaya, peralatan dan dukungan kelembagaan dengan cara-cara yang tak terbayangkan. Sejak 2010 Freedom Institute mengancang Hadiah Khusus

17

Isi AB 2011.indd 17

7/25/11 12:09 PM


Achmad Bakrie untuk spesialis yang berusia di bawah 40 tahun. Kami sebut Hadiah Khusus, karena penghargaan ini tidak menetapkan kategori tertentu seperti Penghargaan Achmad Bakrie; artinya, ia bisa diberikan untuk ilmuwan, perekayasa, seniman, atau sastrawan. Tahun lalu Hadiah Khusus Achmad Bakrie diterimakan kepada peneliti nanoteknologi Ratno Nuryadi, dan tahun ini kepada peneliti kebudayaan Hokky Situngkir. Pada halaman-halaman berikut ini Anda akan membaca esai-uraian Dewan Juri, tentang mengapa pada tahun ini Jatna Supriatna (untuk Sains), Adrian B. Lapian (untuk Pemikiran Sosial), F.G. Winarno (untuk Teknologi), Nh. Dini (untuk Kesusastraan), dan Satyanegara (untuk Kedokteran); juga tentang Hokky Situngkir yang mendapatkan Hadiah Khusus Achmad Bakrie. Kalaupun ada tokoh-pemeroleh yang menolak Penghargaan tersebut pada waktunya, misalnya Franz Magnis Suseno (bidang Pemikiran Sosial, 2007), Daoed Joesoef dan Sitor Situ足morang (Pemikiran Sosial dan Kesusastraan, 2010), atau mengembalikannya secara purnawaktu, seperti Goenawan Mohamad (bidang Kesusastraan, 2004) di tahun lalu, maka esai-uraian Dewan Juri akan menggarisbawahi kenyataan bahwa si tokoh pada tahun yang bersangkutan memang layak memper足 olehnya dan tidak bisa digantikan oleh siapapun juga.

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 18

7/25/11 12:09 PM


JATNA SUPRIATNA untuk Sains

T

HOMAS Friedman, kolumnis terkenal The New York Times, pemenang Hadiah Pulitzer sebanyak tiga kali, dan penulis sejumlah buku laris seperti Hot, Flat, and Crowded, menjulukinya salah satu “Nuh zaman kita”. Conservation International (CI), sebuah lembaga yang peduli lingkungan berbasis di AS dengan jaringan kerja tersebar di 45 negara berkembang, menyebutnya ”pejuang konservasi”. Jatna Supriatna memang bak Nabi Nuh, yang berusaha menyelamatkan kehidupan manusia dan satwa dari banjir bencana akibat perusakan lingkungan. Dia juga seperti seorang pejuang yang dengan gigih mempertahankan setiap jengkal hutan dari ekploitasi serampangan atas nama modernisasi dan pembangunan. Darah aktivisme dan kesarjanaan melebur kental dalam diri­ nya. Ia keluar masuk hutan dan berbulan-bulan tinggal di tengah rimba untuk meneliti dunia primata yang menjadi fokus utama perhatiannya. Primata adalah jenis mamalia yang evolusinya paling modern dan menjadi jembatan antara hewan-hewan lain dan manusia. Jatna berhadapan dengan sebuah mata-rantai yang amat penting dalam temali teori evolusi yang rumit. Indonesia adalah negeri dengan keanekaragaman mamalia terbesar di dunia. 40 dari sekitar 195 jenis primata dunia ada di Indonesia. 24 jenis dari jumlah itu adalah satwa endemik yang

19

Isi AB 2011.indd 19

7/25/11 12:09 PM


Isi AB 2011.indd 20

(Dok: Perpustakaan Freedom / Rianto)

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

7/25/11 12:09 PM


hanya hidup di negeri ini. Namun demikian, Indonesia adalah juga salah satu negeri dengan perusakan hutan terparah di planet ini. Hingga kini, Indonesia telah kehilangan hampir separuh jumlah hutannya. Penebangan pohon dan industrialisasi telah menghilangkan ratusan spesies hewan dan berkurangnya populasi primata di negeri ini. Kepedulian Jatna terhadap primata tak hanya didorong oleh adanya ancaman katastrofis yang bakal menimpa makhluk itu. Tapi, lebih dari segalanya, primata adalah hewan yang secara genetis paling dekat dengan manusia. 99% susunan kromosom mereka, khususnya kera besar, mirip dengan yang dimiliki manusia. Sebagian misteri manusia tersimpan dalam relungrelung genetika primata. Dengan mempelajarinya, kita bisa lebih memahami sejarah manusia dan bisa mengeksplorasi sisi-sisi tersembunyi dari watak dan perilaku manusia. Dengan jumlah primata yang besar dan keragamannya yang mencengangkan, Indonesia adalah laboratorium alam untuk meneliti apa yang oleh sejumlah pihak disebut sebagai �mata rantai yang hilang.� Hutan kita memiliki jenis primata terkecil di dunia, yakni Tangkasi (Tarsius pumilus) yang hidup di Sulawesi, dan kera besar, yakni Orangutan (Pongo pygmaeus) yang tinggal di Kalimantan dan Sumatra. Ribuan pulaunya serta beragam sungai dan danau yang memisahkan satu wilayah dengan lainnya membuat Indonesia sebagai zona yang subur untuk spesiasi. Spesiasi atau proses munculnya spesies-spesies baru adalah wilayah kajian yang paling menantang bagi para biolog. Buku yang dianggap meletakkan dasar teori evoluis biologi, On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or the Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life, persis berkisah tentang hal itu. Para ilmuwan umumnya membedakan dua mekanisme spesiasi: seleksi alam dan isolasi geografis. Dalam karyanya itu,

21

Isi AB 2011.indd 21

7/25/11 12:09 PM


Charles Darwin lebih menekankan aspek seleksi alam ketimbang isolasi geografis (uraian Darwin tentang isolasi geografis ditulis dalam bukunya yang lain). Teori Alfred Russel Wallace yang memicu Darwin segera menerbitkan bukunya itu, memberi landasan kuat pada kajian proses evolusi dan penyebaran species akibat pengaruh geografis. Ada juga mekanisme evolusi lain yang bersifat ”artifisial,” yakni spesiasi yang dilakukan manusia lewat proses perkawinan silang terhadap binatang, seperti yang terjadi pada liger (perpaduan singa dan macan) dan zebroid (perpaduan kuda dan zebra). Jatna meneliti dan mengamati spesiasi dari aspek isolasi geo­ grafis. Temuannya tentang primata hibrida di Sulawesi mene­ guhkan teori evolusi berdasarkan mekanisme spesiasi peripatrik, yakni pembentukan spesies baru dalam populasi marginal yang terisolasi. Penelitiannya terhadap Macaca maurus yang hidup di sebelah selatan Sulawesi dan Macaca tonkeana yang hidup di sebelah utara pulau itu mengantarkannya pada sebuah sub-spesies baru berupa monyet hibrida. Bagaimana menjelaskan proses munculnya monyet hibrida itu? Jatna membangun sebuah teori untuk menjelaskan temuannya. Zona kontak antara kedua jenis monyet itu ada di sekitar danau Tempe dan danau Sidenreng. Sebelum zaman es, kedua danau tersebut menyatu memisahkan Sulawesi bagian selatan dan tengah. Moyang Macaca maurus dan Macaca tonkeana diperkirakan adalah sekelompok beruk yang hijrah dari Kalimantan yang saat itu hanya berjarak sekitar 50 Km dari Sulawesi. Selama ribuan tahun, mereka dipisahkan oleh danau yang luas. Selama rentang masa itu, gen-gen mereka mengalami per­ ubahan. Ketika terjadi penyusutan danau, daratan bermunculan sehingga memungkinkan pertemuan keturunan beruk yang kini telah menjadi dua spesies terpisah itu. Perubahan alam ini

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 22

7/25/11 12:09 PM


mendorong terjadinya integradasi sekunder, yakni pertemuan dua spesies yang berasal dari satu moyang yang lama terpisah akibat isolasi geografis. Ketika kedua jenis monyet ini kawin, anak-anak mereka menjadi hibrida yang tidak sepenuhnya sama dengan kedua orang tua mereka. Integradasi sekunder tidak sering terjadi pada primata. Proses ini tak hanya mensyaratkan adanya isolasi geografis yang kembali menyatu, tapi juga mengandaikan skala waktu tertentu agar gengen dari kedua hewan yang terpisah tidak terlalu jauh berubah. Jika kedua hewan itu memiliki gen yang sangat berbeda, spesiasi tak akan terjadi karena perkawinan keduanya—jika terjadi— tidak bakal mendapatkan keturunan. Hewan-hewan hibrida hanya lahir dari dua gen dengan induk yang jenisnya tidak terlalu jauh. Munculnya makhluk hibrida selalu menarik perhatian, ka­ rena ia menghadirkan kombinasi dari pola-pola yang berbeda. Namun, bagi para ilmuwan, hibrida berarti terciptanya ruang ekspresi baru bagi kemungkinan-kemungkinan kehidupan. Bagi dunia kedokteran, setiap hibrida melahirkan sejumlah pelajaran penting tentang gen. Hibrida memunculkan gen-gen resesif yang menyalurkan fenotip bawaan dan juga memunculkan anomalianomali akibat ketidakcocokan rekombinasi. Kasus hibrida di zona spesiasi Danau Tempe ternyata tak hanya terjadi pada primata. Hewan-hewan lain yang diteliti Jatna, khususnya katak, juga mengalami proses serupa. Munculnya katak-katak baru jenis hibrida di wilayah itu, semakin menguatkan teori tentang spesiasi peripatrik. Danau Tempe adalah rahim yang subur bagi makhluk-makhluk baru. Pada dasarnya penemuan spesiasi Jatna ini memperkokoh teori yang sudah diletakkan oleh Alfred Russel Wallace dan Charles Darwin. Ia membuktikan betapa pentingnya Wallacea Area sebagai laboratorium alam untuk dunia ilmu pengetahuan tentang

23

Isi AB 2011.indd 23

7/25/11 12:09 PM


evolusi, di mana dua distribusi flora fauna dunia bertabrakan dalam sebuah zona pertemuan. Di kawasan Wallacea ini memang masih terbuka kemungkinan melihat pertemuan tersebut yang mendorong terjadinya hibridisasi pada pada binatang dan tumbuhan. Monyet hibrida bukanlah satu-satunya temuan Jatna dalam dunia biologi. Dia juga menemukan Tarsius, seekor primata berukuran kecil, di pulau Siau. Di pulau Togian, Jatna juga menemukan jenis beruk yang kemudian diberi nama Macaca togianus, dan seekor cicak terbang yang kini menyandang nama belakangnya, Draco supriatnai. Jatna juga meneliti kadal dan katak di beberapa pulau di sekitar Sulawesi dan menemukan spesies-spesies baru. Dengan beberapa koleganya dari Universitas Tokyo, Jatna meneliti populasi Macaca berekor panjang di Jawa Barat dan menemukan sebuah virus baru dari keluarga Simian TCell leukemia T-Lymphotrophic. Virus baru di Pangandaran itu sangat jarang ditemui pada manusia, dan menarik untuk diteliti karena banyaknya virus yang dijumpai pada binatang yang kemudian menular ke manusia (zoonosis). Penemuan ini, seperti juga penemuan lainnya tentang virus, membuka riset pencarian dan penemuan anti virus yang sangat penting dari segi medis. Di tengah kesibukannya sebagai peneliti dan pengajar, Jatna juga memimpin beberapa lembaga penting yang terkait dengan profesinya sebagai biolog. Pada 1999 dia dipilih sebagai ketua Indo足nesia Biologist Association. Pada 2006, dia ditunjuk sebagai presiden South East Asia Primatologist Association, dan pada 2007 dia menjadi salah satu ketua World Conservation UnionSSC PSG South East Asia. Jatna telah menulis 10 buku tentang keanekaragaman hayati dan lingkungan Indonesia, dan telah mempublikasikan lebih dari 100 artikel yang tersebar di berbagai jurnal ilmiah Internasional

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 24

7/25/11 12:09 PM


antara lain: Science, Nature, Conservation Biology, Primates, Evolution, Primate Conservation, dan Herpetologica. Dua buku yang ditulisnya Biologi Konservasi, 2007 dan Menyelamatkan Alam Indonesia, 2009 merupakan buku best seller. Hingga sekarang dia aktif di sejumlah jurnal Imiah antara lain, Asian Primate Journal (Chief Editor), Tropical Ecology Journal (anggota Board of Editor), dan Biosphere Conservation (tim Editorial Board). Selain riset dan produksi tulisan ilmiahnya, Jatna menarik perhatian yang lebih luas di ranah internasional karena kegiatannya yang dianggap membawa terobosan dalam mengkampanyekan pelestarian alam dan konservasi hutan. Ia diundang memberi ceramah di berbagai tempat untuk menunjukkan kepada berbagai lapisan masyarakat betapa pentingnya menjaga lingkungan. Dengan caranya sendiri, ia memprotes kebijakan pemerintah yang dinilainya tidak pro-lingkungan. Dalam kasus Taman Nasional Batang Gadis di Sumatra Utara, misalnya, di mana peme足rintah memberikan izin penambangan emas di kawasan itu, Jatna memprotes dengan mengajak tokoh masyarakat, LSM lingkungan, dan pemerintah daerah agar menyadari dampak yang terjadi akibat penambangan itu. Di samping mendorong dihormatinya hak-hak pengetahuan masyarakat asli, Jatna mengusulkan supaya dibuat rumusan legislasi yang menguntungkan untuk masyarakat lokal sekitar hutan sehingga mereka bukan saja diuntungkan secara finansial tetapi juga terdorong berpartisipasi dalam menjaga kawasan konservasi tanpa melakukan kegiatan ekstraktif. Kepiawaiannya menyakinkan pemerintah daerah menyebabkan kawasan Batang Gadis (360.000 ha), misalnya, akhirnya dideklarasikan sebagai taman Nasional yang menjadi kontribusi penting bagi pelestarian alam Indonesia. Taman-taman nasional itulah yang menjadi

25

Isi AB 2011.indd 25

7/25/11 12:09 PM


“Bahtera Nabi Nuh Baru” atau kawasan konservasi bagi segala makhluk—harimau Sumatera, tapir, ayam hutan, kambing hutan, dan ribuan jenis makhluk lainnya—yang terancam punah dari kehidupan di Bumi.

JATNA SUPRIATNA dilahirkan di Bali pada 7 September 1951. Ayahnya seorang perwira tentara yang menginginkan anaknya mengikuti jejak karirnya. Namun, Jatna lebih menyukai dunia ilmu dan berusaha merintis karirnya di bidang ini. Setelah tamat sekolah, ia melanjutkan kuliah di Universitas Nasional, Jakarta, hingga meraih gelar sarjana dalam bidang Biologi. Pada awal 1980an, dia mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya di Universitas New Mexico, Amerika Serikat untuk mendalami Antropologi Biologis. Setelah lulus pada 1991, Jatna kembali ke Indonesia dan dipercaya memimpin program Biologi Konservasi di Universitas Indonesia. Persentuhannya yang kuat dengan antropologi biologis membawanya ke dunia primata, wilayah yang kemudian menjadi bidang penelitiannya. Untuk mempersiapkan disertasi doktoralnya, Jatna mengunjungi beberapa hutan di Indonesia, mencari jenis-jenis primata. Ia sempat mukim untuk waktu yang cukup lama di hutan Sulawesi. Baginya, Sulawesi adalah daerah yang unik, tempat pertemuan satwa dari wilayah Sunda (Jawa, Borneo, dan Sumatra) dan Sahul (Irian, Seram, dan Timor). Selama petualangannya di berbagai hutan Indonesia,

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 26

7/25/11 12:09 PM


Jatna mendapatkan pengalaman menarik. Dia sempat terkena malaria akibat pil chloroquine—yang secara rutin harus diminumnya—dijarah oleh sepasukan orangutan yang berusaha mencari makanan di tendanya. Untunglah dia terselamatkan setelah berjalan kaki selama lebih dari dua jam ke desa terdekat, untuk mendapatkan pengobatan. Pergaulannya yang intens dengan kera dan monyet hampir membawanya pada malapetaka ketika suatu hari dia digigit oleh seekor kera yang tiba-tiba siuman dari obat biusnya. Jatna sempat panik karena sang kera positif mengidap HIV. Akibat peristiwa ini, dia harus bolakbalik ke Amerika, untuk mendapatkan pengobatan dan memastikan dia tak terjangkiti AIDS. Kisah itu kini menjadi kenangan tak terlupakan. Disertasinya tentang primata di Indonesia berhasil ia pertahankan dan Jatna kini menjadi salah satu otoritas ilmu tentang primata nusantara. Di samping mengajar dan membimbing mahasiswa pasca-sarjana di beberapa universitas di Indonesia, ayah tiga anak itu tetap melakukan penelitian, menulis untuk berbagai jurnal internasional, serta berkampanye untuk pelestarian lingkungan. Atas dedikasinya yang menonjol, pada tahun 1999, Jatna menerima penghargaan sebagai Officer of the most Excellence Order of Golden Ark, yang disematkan Pangeran Berhard di Belanda. Ia juga mendapatkan penghargaan Habibie Award tahun 2008 untuk bidang Ilmu Pengetahuan Dasar.

27

Isi AB 2011.indd 27

7/25/11 12:09 PM


ADRIAN B. LAPIAN untuk Pemikiran Sosial

J

ASA besar Adrian B. Lapian sebagai sejarawan adalah meng­ ingatkan betapa Indonesia bangsa yang durhaka. Istilah ganti Indonesia adalah tanah air, tapi orientasi dan aspirasi nasional­ nya lebih banyak mementingkan darat, walau sesungguhnya lebih dari separuh wilayah Republik Indonesia terdiri dari laut. “Warisan kerajaan-kerajaan konsentris yang hanya me­ mentingkan pusat yang di pedalaman masih hidup dalam sikap dan orientasi masyarakat kini,” ungkap Adrian B. Lapian. Adalah benar, laut—sebagai bagian integral dari Indonesia seperti yang terkandung dalam istilah tanah air—telah menjadi anutan bangsa Indonesia melalui Deklarasi Djuanda pada 13 Desember 1957, lantas dikuatkan lagi dengan Wawasan Nusan­tara yang pada 1985 diterima dan diakui sebagai pan­ dangan resmi oleh pemerintah dan bangsa Indonesia. Tetapi, bangsa Indonesia lupa bahwa dengan menerima pandangan tersebut, sepatutnya ada perubahan fundamental, yaitu Indo­ nesia berazas negara kepulauan (archipelagic state). Artinya Indonesia merupakan negara laut utama yang dita­ buri dengan pulau-pulau, bukan negara pulau-pulau yang dikelilingi laut. Otomatis paradigma perihal negara Indo­ nesia seharusnya terbalik, yakni negara laut yang ada pulaupulaunya. Sebab itu penanganan sektor maritim pun tidak

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 28

7/25/11 12:09 PM


Isi AB 2011.indd 29

(TEMPO/ A. Sadek Hasan)

29

7/25/11 12:09 PM


dapat dinomorduakan dalam urutan prioritas pem­bangunan integral, karena sektor inilah yang merupakan faktor pemersatu wilayah secara fisik dalam sebuah negara kepulauan. Dalam konteks itu, bagi A.B. Lapian, ilmu sejarah akhir­­nya tidak hanya sekadar suatu latihan akademis yang eksotik atau semacam gymnastik intelektual belaka. Sejarah memainkan peran utama dalam menjaga episodic memory bangsa yang penting bagi pembinaan kewarasan berbangsa, juga mempunyai relevansi yang signifikan dalam pemikiran perencanaan lang­ kah-langkah pembangunan negara sekarang dan di masa depan, agar tidak mengalami kesesatan, sesuai dengan takdirnya sebagai negara maritim. Adrian B. Lapian sebagai sejarawan pun jadi seumpama pluit kapal yang santer mengingatkan ihwal kebaharian adalah pelabuhan asal Indonesia. Pelupaan terhadap lautan itulah yang menurutnya membuat Indonesia menjadi bangsa yang ‘keting­galan kapal dan kehilangan haluan’ yang membuat masa depannya tercecer tak karuan. Ia menilai itu lantaran kurang­ nya kesadaran dan perhatian—terutama di kalangan pemikir, perencana maupun pelaksana pembangunan—akan dimensi waktu atau pengetahuan masa lampau. Padahal— A.B. Lapian mengutip Kamus Umum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia—zaman bahari berarti zaman pur­ bakala. Dengan kata lain istilah ‘bahari’ dalam hal ini meru­ pakan persamaan dari pengertian ‘purbakala’ atau ‘dahulu kala’. Hal ini menunjukkan betapa erat pengertian ‘bahari’ dihu­bungkan dengan ‘dahulu kala’ sehingga seolah-olah sudah dianggap sebagai suatu sinonim. Masih mengacu kepada Kamus Umum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata bahari juga mempunyai makna, sebagai sinonim kata ’indah’ atau ’elok sekali’, dan menunjuk kepada

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 30

7/25/11 12:09 PM


’soal kelautan’. Dari sini A.B. Lapian menekankan keyakinan ilmiahnya bahwa masa lampau Indonesia adalah sejarah kelautan dan merupakan pula masa lalu yang indah, seraya direfleksikan sebagai sumber inspirasi yang menguatkan bahwa bukan tak mungkin masa depan elok sekali dicapai jika ingat lautan. A.B. Lapian bukan ingin menghasilkan historiografi yang ber­ sifat glorifikasi sejarah, suatu pemenuhan ”kepuasan kulturil” belaka. Adrian, seperti diungkapkan oleh Sartono Kartodirdjo, ”memiliki prinsip yang mengarah ke exellence, caranya memegang dan menghayati prinsip ini [norma-norma ilmiah yang berlaku] dalam berkarya sebagai akademisi mengingatkan bahwa ’only the best good enough’.” Adalah prinsip itu pula yang sesungguhnya mengantarkan Adrian kepada kesadaran bahwa pencapaian, kejayaan dan kebesaran (serta kejatuhan) di masa lampau tidak hanya merupakan kisah orang-orang besar, tetapi juga merupakan cerita orang-orang kecil. Jika Sartono Kartodirdjo pernah menekankan pentingnya menulis tentang petani dan orang biasa di desa yang cenderung dilupakan dalam sejarah, maka A.B. Lapian melengkapi pernya­ taan itu dengan mengatakan bahwa mereka yang dilupakan ini tidak hanya hidup di darat, tapi juga di laut. Ini dapat dikatakan seba­gai upaya A.B. Lapian mengadakan perimbangan (kalau tidak dapat disebut kritik) terhadap studi sejarah Indonesia itu yang lebih banyak mementingkan peristiwa yang terjadi di darat, walau pun sesungguhnya lebih dari separuh wilayah Republik Indonesia terdiri dari laut dan banyak orang yang meng­gan­ tungkan diri secara lang­sung atau pun tidak langsung pada laut. Pengabaian segi kelautan ini, sama saja artinya de­ngan mem­biarkan banyak bagian penting dari pengalaman dan ke­ giatan pen­duduk Indonesia di masa lampau, yang lolos dari pengamatan dan penelitian sejarah.

31

Isi AB 2011.indd 31

7/25/11 12:09 PM


Melihat sejarah Indonesia dari wilayah daratan saja membawa akibat bahwa pengetahuan dan pandangan tentang masa lampau—suatu dasar untuk mengenal dan mengerti masa kini— selalu berat sebelah. Pe­nulisan sejarah yang berpretensi atau beraspirasi nasional dalam arti yang sebenarnya dianggap tidak lengkap apabila yang diutamakan hanya unsur darat saja dari yang seha­rusnya sejarah tanah air. Berpegang pada “syahadatâ€? itulah studi A.B. Lapian menghadirkan kembali berbagai sosok yang dikategorikannya sendiri sebagai “orang laut, bajak laut dan raja lautâ€? yang bukan saja memberi sudut pandang baru yang segar dan berbeda terhadap penulisan sejarah yang bertumpu pada pengalaman manusia di daratan, tetapi juga salahsatu yang terpenting adalah merombak pemahaman dan berhati-hati menggunakan istilah bajak laut dalam sejarah Indonesia, sebab lebih sering digunakan sebagai alat legitimasi politik ekspansi kolonial. “Gejala bajak laut hendaknya dilihat dari sudut kekerasan yang senantiasa melekat pada setiap tindakan perompakan. Kita mengetahui bahwa hanya negara yang memiliki monopoli atas kekerasan itu. Jika dijalankan oleh orang lain, maka tindakan itu dilihat sebagai tindakan kriminal. Namun, dunia maritim Asia Tenggara pada abad ke-19 dan sebelumnya, masih terbagi-bagi oleh berbagai bentuk pemerintahan. Ada yang masih berdaulat penuh dan ada pula yang kedaulatannya berada di tangan penguasa kolonial. Keadaan yang serba berbeda itu seharusnya mendorong kita untuk membuat tipologi orang laut, bajak laut dan raja laut. Setiap tipe dapat dianggap sebagai bajak laut oleh tipe lain, demikian pula tipe itu dapat dapat menganggap dirinya sebagai raja laut di wilayah kekuasaannya,â€? tegas A.B. Lapian. Tipologi itulah yang kemudian digarap dengan sangat baik oleh A.B. Lapian sebagai pokok bahasan disertasinya yang

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 32

7/25/11 12:09 PM


menjadi magnum opus: “Orang Laut-Bajak Laut-Raja Laut: Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX”. Dalam disertasi yang disidangkan pada 1987 itu, A.B. Lapian mengingatkan ihwal boleh tidaknya menggunakan istilah bajak laut tergantung pada keadaan dari sudut mana melihatanya, sebab “bajak laut” adalah sebutan yang dipakai oleh suatu pemerintahan yang telah mapan, padahal pada masa itu masing-masing melihat saingannya—termasuk kekuatan kolonial—sebagai pihak yang melanggar haknya. Lebih jauh ia pun melakukan koreksi penting tentang citra kemerosotan pelayaran pribumi pada abad ke18 dan ke-19. Sebab itulah tak berlebihan jika perintis sejarah total Asia Tenggara, Anthony Reid menyatakan, “tidak ada sarjana Indonesia yang telah mendemonstrasikan keahliannya sebagai sejarawan lebih baik dari A.B. Lapian”. Terdengar agak bombastis, tetapi A.B. Lapian memang pantas untuk mendapatkan penilaian tinggi tersebut, sebab ia telah membuka lembaran baru dalam penulisan sajarah Indonesia Ia merintis jalan baru studi sejarah Indonesia sebagai sea system atau sejarah kawasan laut sebagai satuan-satuan jaringan bahari yang berproses menjadi satuan besar, yang bahkan dapat merombak mind set setiap orang tentang sejarah integrasi nasional dari keumuman sebagai proses baru yang datang sebagai counter-ideology kolonialisme. “Apabila proses integrasi Amerika Serikat dipercepat oleh pembangunan jaringan kereta api yang membentang dari pantai Atlantik sampai ke pantai Pasifik, bagi Kepulauan Indonesia integrasi sudah tersedia secara alamiah, yakni melalui jalurjalur pelayaran yang menghubungkan satu pulau dengan pulau lainnya,” kata A.B. Lapian. Sudah banyak bukti bahwa nenek moyang bangsa Indonesia memiliki pengetahuan dan keterampilan, kemampuan dan keberanian untuk mengarungi,

33

Isi AB 2011.indd 33

7/25/11 12:09 PM


jadi kata A.B. Lapian, “tidaklah dapat disangkal bahwa pelakupelaku proses integrasi ini adalah mereka yang berani dan mampu melaksanakan pelayaran antar pulau itu.” Berlatarbelakang penyangkalan yang memukau itulah pada 1992 A.B. Lapian diangkat sebagai guru besar luar biasa di ­Universitas Indonesia dengan judul pidato pengukuhan Sejarah Nusantara Sejarah B ­ ahari. Terkait dengan pidato pengukuhan itu sejarawan Onghokham menyatakan, “setelah pekerjaan akademik maha hebatnya Orang Laut-Bajak Laut-Raja Laut, pidato itu semakin menguatkan tempat A.B. Lapian sebagai mnemonic atau mesin pengingat yang tidak pernah bosan betapa Indonesia sungguh bangsa yang durhaka.” Sampai di sini, kalau A.B. Lapian tahun 1988 pada konperensi IAHA (Inter­national Association of Historians of Asia) ke-15 digelari sebagai “nakoda sejarawan maritim Asia Tenggara” rupanya memang ia telah memenuhi tugasnya dengan baik untuk memimpin—seperti yang diungkapkan dalam pidatonya itu—suatu “penjelajahan samudra sejarah, dengan banyak pilihan untuk berlayar dengan sampan, perahu dan kapal; atau pun dengan menggunakan arumbai, bangka, jukung, galai, gobang, lancing, lepa-lepa, londe, padewakang, pencalang, pinisi, rah, soppe, wangkang, dan berbagai sarana angkutan air lainnya.” Tetapi ia juga telah memainkan peran penting sebagaimana orang yang dulu kala ditinggalkan melaut dan memberikan peringatan supaya “jangan lupa daratan”, hanya saja kini Adrian B. Lapian membalik peringatan itu kepada yang mendarat supaya “jangan lupa lautan”.

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 34

7/25/11 12:09 PM


ADRIAN B. LAPIAN lahir pada 1 September 1929 di Tegal, kota pelabuhan laut di Jawa Tengah. Ia berasal dari keluarga pendidik dan nasionalis sohor di Sulawesi Utara, Bernard W. Lapian (1892-1977). Saat ayahnya mulai sibuk di Volksraad di Batavia, Adrian B. Lapian diasuh kakeknya, Aristarkus M. Pangkei—mantan guru sekolah guru di Kurangga, Tomohon yang dikenangnya sebagai “pendidik pertama kesadaran asketisme intelektual”. Di kalangan temantemannya di Louwerierschool (Sekolah Dasar) sampai AMS (Sekolah Menengah Atas) di Tomohon tahun 1947—1950, A.B. Lapian dikenang sebagai, “kutu buku” yang selalu siap memberikan jawaban berbobot, kritis tapi cukup jelas, dan to the point atas hal-hal yang rumit serta penuh ide menantang. Lantaran ide-ide me­nantang yang kerap diproduksi itu pula—selain karena sakit, bacaan humaniora, dan ilmu budaya yang kuat—pada 1953 A.B. Lapian mening­galkan Jurusan Sipil FTUI (sekarang ITB) yang dimasukinya 1950. Lantas ia bekerja di The Indonesia Obser­ver desk luar negeri. Tanggung jawab dan etika jurnalistik untuk membuat berita berimbang membawa ia mempelajari sejarah hubungan antar negara. Pada 1956, ia memutuskan mendaftar sebagai mahasiswa sejarah di UI. Secara hampir bersamaan, A.B. Lapian mulai ikut dalam kerja-kerja Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI). Tetapi pada 1963, ia pindah ke Seksi Sejarah Angkatan Laut. Disini ia bukan saja mempelopori penelitian dan penulisan Seri Pustaka Bahari, tapi juga

35

Isi AB 2011.indd 35

7/25/11 12:09 PM


mengikuti misi pelayaran Angkatan Laut RI ke beberapa negara tetangga dan mulai berkenalan serta membina jaringan dengan sejarawan-sejarawan kawasan Asia Tenggara sambil merintis studi sejarah maritim dan kawasan Asia Tenggara. Saat di Seksi Sejarah Angkatan Laut itu pula A.B. Lapian mulai menulis karya kemaritiman pertamanya di Intisari dan Madjalah Ilmiah Angkatan Laut yang dikembangkannya menjadi skripsi pada 1964 ten­ tang jalan perdagangan maritim ke Maluku pada awal abad ke-16. Di sini ia berhasil mengoreksi citra “kemerosotan” pelayaran laut pribumi pada abad ke-18 dan ke-19. Koreksi ini pula yang kelak dikembangkan sebagai disertasinya yang disidangkan pada 1987 dan menjadi opus magnum-nya: “Orang Laut-Bajak LautRaja Laut: Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX”. Minat dan pengetahuan A.B. Lapian yang lain mendapat landasan kelembagaan saat menjadi peneliti LIPI sejak 1966. Ia mendirikan dan menjabat Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB-LIPI) dari 1986-1990, dan menjadi Ahli Peneliti Utama, antara 1990-1994. Di sini ia menyusun bermacam sumbangan berharga di bidang sejarah lisan, sejarah lokal dengan fokus pada kawasan timur Indonesia, dan mengangkat kembali people without history di berbagai kawasan itu. Ketekunan dan dedikasinya yang besar membawa A.B. Lapian ke ber­bagai posisi penting di luar negeri, seperti di Kyoto University, Jepang. Ia juga anggota UNESCO

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 36

7/25/11 12:09 PM


Consultative Commitee untuk program Integral study of the silk road: roads of dialogue, napak tilas jalur sutra via jalur laut yang merupakan ekspedisi maritim pertama dari Worlds decade for cultural development 1988—1997. Adrian, yang tulisan-tulisannya punya watak literer yang memikat, sempat menerjemahkan buku George D. Larson, Masa Menjelang Revolusi: Kraton dan Kehidupan Politik di Surakarta, 1912-1942 (1990) dan buku Jacob Vredenbregt, Bawean dan Islam (1990). Ia me­ngenalkan dunia maritim kepada anakanak dengan menulis cerita bergambar “Perompak Laut” di majalah Si Kuncung serta Kapal dan Pelayaran Nusantara. Ia terlibat dalam penulisan buku Sejarah Nasional Indonesia jilid III yang disebut-sebut sebagai bagian terbaik, dan kemudian dibukukan sebagai seri merayakan menyambut 80 tahunnya oleh Komunitas Bambu, Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad Ke-16 dan 17. Pada 2010, sejumlah eseinya di berbagai jurnal luar negeri diterbitkan oleh PT Tatanusa, For Better or Worse: Collected Essys on Indonesia-Dutch Encounters. Sebagai pendidik yang tekun me­rintis dan membangun pusat kajian maritim di berbagai universitas di Indonesia, ia membimbing sejumlah mahasiswa dan calon doktor pengkaji dunia bahari di dalam dan luar negeri. Wajar jika kepadanya disandangkan g ­ elar “Nakhoda Pertama Sejarawan M ­ aritim Asia Tenggara”. Adrian B. Lapian wafat di Jakarta, 19 Juli 2011—sebulan setelah ia ditetapkan sebagai penerima Penghargaan Achmad Bakrie tahun ini untuk bidang Pemikiran Sosial.

37

Isi AB 2011.indd 37

7/25/11 12:09 PM


NH. DINI untuk Kesusastraan

N

OVEL-novel Nh. Dini memperkuat watak realisme dengan cara mempertajam rincian dan memperdalam penggalian psikologi tokoh-tokohnya. Jika realisme adalah semacam salinan dari kehidupan kita sehari-hari ke dalam fiksi, maka ia bukan hanya harus tampil menyakinkan tetapi juga wajar. Dua tuntutan ini hanya bisa dipenuhi seorang pengarang jika ia memiliki bahanbahan cerita yang menarik dan cara menulis yang cemerlang. Pengarang yang lahir di Semarang pada 1936 ini memberikan penggambaran yang hidup tentang seorang tokoh, pikiran dan perasaannya, lingkungan dan suasana zamannya. Tokoh-tokoh­ nya bukan lagi kaki-tangan pengarang, tetapi makhluk yang hidup dengan rasa dan nalarnya sendiri. Kalaupun ada suara pengarang yang menyelusup ke dalamnya, ia telah menjadi suara si tokoh sepenuhnya. Sebutlah suara hati seorang perempuan yang di luar teks sastra dikenal sebagai suara kaum “pengarang feminis”. Namun, jika bisa disebut sebagai pengarang feminis, Dini adalah pengarang feminis yang, sebagaimana tokoh-tokohnya, tanpa jargon, apalagi teori. Novel-novel Dini seperti menegaskan bahwa perempuan hanya bisa tampil wajar dalam fiksi jika dikisahkan oleh perempuan sendiri. Dan perempuan dalam karya-karyanya bukan lagi subjek yang menghuni “sangkar madu” tetapi juga manusia yang

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 38

7/25/11 12:09 PM


Isi AB 2011.indd 39

(Dok: Perpustakaan Freedom / FYW)

39

7/25/11 12:09 PM


dirundung pelbagai masalah, dari yang remeh-temeh hingga yang sangat serius, bisa tertarik ke dalam kutub-kutub yang ekstrem atau kembali lagi ke dalam rumah. Karena itu, untuk lebih meya足 kinkan pembaca ia lebih memilih gaya akuan ketimbang gaya diaan dalam pengisahan. Dalam novel Namaku Hiroko (1977) misalnya. Lewat seorang perempuan Jepang bernama Hiroko ia menyatakan bahwa perkawinan adalah tidak mungkin. Perkawinan hanya berguna untuk perempuan baik-baik dan sakit (jiwa). Sedang ia yang menempuh jalan bebas, jalan terkutuk menurut orang baik-baik, bisa berganti-ganti pasangan sesuka hati dan kesempatan. Atau paling akhir, menjadi istri simpanan dan di saat yang sama ia mendapatkan kemewahan yang cukup. Tetapi ini sebuah pilihan yang tidak membuatnya menyesal, apalagi sakit hati. Jika saja Dini tidak memberikan latar yang kuat buat Hiroko, niscaya novelnya akan terjebak pada propaganda kaum libertine semata. Dalam Namaku Hiroko ia sengaja memilih Jepang seba足gai latar, negeri yang sedang bangkit setelah kalah di akhir Perang Dunia Kedua. Modernisasi Jepang melanda semua bidang kehidupan masyarakat, dari kota hingga ke dusun. Hasrat untuk bergaya hidup Barat yang bebas dan maju, dengan ekses sikap materialistis yang kuat, juga merasuki seorang gadis dusun sema足 cam Hiroko. Tetapi novel ini juga bisa dibaca sebagai semacam alegori untuk Indonesia yang sedang berubah di masa awal Orde Baru. Sebuah novel yang mencoba menjadi juru bicara zamannya. Ideologi anti-perkawinan, atau gugatan terhadap dominasi patriarki, tentu saja, sebuah pernyataan rintisan. Kelak ideologi semacam ini dikembangbiakkan oleh para pengarang perempuan Indonesia yang lebih kemudian dan masih terus bergema pada hari ini. Bahkan, seksualitas Hiroko dan Sri dalam Pada Sebuah Kapal (1973) juga merupakan semacam cikal-bakal untuk cerita-cerita

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 40

7/25/11 12:09 PM


sejenis di kemudian hari. Seakan-akan ia sedang mengingatkan bahwa perempuan bukan hanya harus mengisahkan dunianya sendiri yang penuh masalah, tetapi juga tubuhnya, hasratnya, yang selama ini kerap ditekan oleh agama dan pelbagai aturan yang moralistik. Singkat kata, biarkanlah perempuan berbicara dengan bahasanya, dengan tubuhnya. Adapun novel Pada Sebuah Kapal bukan hanya menarik karena isinya, tetapi juga bentuknya. Dini membagi novel ini menjadi dua. Bagian pertama adalah kisah yang dituturkan oleh Sri, seorang penari, tentang kehidupannya dari kecil hingga ia menjadi penari dan menikah dengan seorang Prancis, tidak bahagia dan menemukan cintanya pada seorang kapten kapal. Sementara bagian kedua dikisahkan oleh Michel Dubanton, seorang pelaut, tentang pengalaman cintanya dengan sejumlah perempuan, perkawinannya yang tidak bahagia, dan pertemuannya dengan Sri pada sebuah kapal. Dini menyejajarkan dua kisah ini yang sama-sama memakai sudut pandang orang pertama sehingga dua manusia yang berbeda dalam segala hal ini bertemu pada sebuah titik dan kemudian ber足足pisah lagi. Jukstaposisi seperti ini tentu saja membutuhkan apa yang sudah kami ungkapkan di atas: kedalaman penggalian psikologi tokoh dan perincian yang kuat akan latar dan zaman si tokoh. Dengan kecakapan literer Dini kita mendapatkan Michel bukan sebagai Dini yang sedang berperan menjadi laki-laki, tetapi Michel yang telah menjadi dirinya sendiri. Dalam novel itu, sebagaimana dalam novel La Barka (1975) yang bergaya epistolarik, kita juga menemukan sastra Indonesia dengan watak internasionalnya yang wajar. Tokoh-tokohnya, terutama Sri dan Rina, sebagaimana sang pengarang, adalah warga dunia yang memasuki berbagai negeri asing dan bergaul dengan berbagai bangsa dan bahasa. Dalam dua novel itu

41

Isi AB 2011.indd 41

7/25/11 12:09 PM


peng足gambaran alam dunia sana, Jepang dan Prancis misalnya, tampil dengan rinci dan wajar. Negeri asing tidak dilihat lewat kacamata seorang turis yang penuh kekaguman tetapi dikisahkan lewat sudut pandang seorang warga, ia yang bergelut dengan kota dari hari-hari, dengan berbagai masalah yang ada. Tetapi semua itu tidak menghilangkan situasi gamang yang membebani orang-orang Indonesia seperti Sri dan Rina. Mereka tetaplah menyimpan kerinduan terhadap kampung halaman, sebagaimana mereka merawat cinta mereka untuk para kekasih yang berjanji akan datang pada suatu ketika. Itulah yang ia kerjakan dalam dua novelnya yang lain Jalan Bandungan (1989) dan Tirai Menurun (1993), setelah sebe足 lumnya Hati yang Damai (1961). Yakni, novel-novel yang sepe足 nuhnya berkisah tentang perempuan-perempuan Indonesia, terutama perempuan Jawa asal Semarang, dalam menghadapi dunia yang terpecah-pecah sedemikian rupa, dengan latar Indonesia. Jalan Bandungan, misalnya, mengisahkan Muryati, seorang guru sekolah, yang bersuamikan Widodo, seorang aktivis Partai Komunis Indonesia (PKI). Latar ini tentu saja episode penting dalam sejarah Indonesia modern, tetapi Dini tidak tertarik pada kanvas besar seperti itu. Ia lebih memilih dunia para korban. Baginya, kita semua korban. Terutama perempuan, korban dari dunianya yang terikat di rumah, di samping korban dari dunia laki-laki yang penuh rahasia dan ketidakpedulian. Sementara Tirai Menurun mempersoalkan kehidupan para pemain sebuah kelompok wayang orang di Semarang yang terombang-ambing antara dunia nyata dan dunia maya (panggung). Novel Jalan Bandungan dengan sendirinya menambah daftar karya sastra yang mengolah tema politik, terutama di seputar Peristiwa 1965, tetapi dengan sikap anti-politik. Jika politik dipahami Muryati sebagai kanvas yang besar, dunia yang penuh

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 42

7/25/11 12:09 PM


idealisme tetapi juga serba-rahasia, sebagaimana dunia lelaki itu sendiri, maka Muryati adalah perempuan yang ingin meloloskan dari semua itu. Dengan ideologi anti-patriarki yang masih terus berembus, novel ini juga memperlihatkan semacam kebangkrutan lembaga perkawinan dan di saat yang sama hancurnya gerakan Kiri di Indonesia. Begitulah, dalam enam dasawarsa lebih usia kepengarangannya Dini juga telah memperkuat bukan hanya realisme dan merintis ideologi anti-patriarki dalam sastra berbahasa Indonesia, tetapi juga mendalami novel otobiografis. Dalam novel otobiografis kita tahu bahwa riwayat hidup si pengarang menjadi bahan utama pengisahan. Tetapi hanya pengarang yang cemerlang seperti Dinilah yang sanggup melebur kenyataan faktual dan kenyataan fiksional dengan tepat. Dalam novel-novel yang ia sebut sebagai seri “cerita kenangan� ini Dini membentangkan kisah dari masa kecilnya di Semarang hingga ia menjadi istri seorang konsul berkebangsaan Prancis, berpindah-pindah dari satu negeri ke negeri lain, sebelum akhirnya kembali ke tanah kelahiran. Dimulai dari Sebuah Lorong di Kotaku (1978) berakhir pada Kuncup Berseri (1982), dilanjutkan dengan Kemayoran (2000) dan tamat pada Argenteuil (2008). Dalam novel-novel jenis ini Dini selalu mengawalinya dengan semacam latar biografis, satu episode kehidupannya, sebelum akhirnya ia menyilakan pembaca untuk masuk ke dalam dunia fiksionalnya. Dengan novel-novel jenis ini pula Dini berupaya menjaga jarak yang dekat dan hangat dengan pembaca. Dari semua itu masuk akal pula bila dinyatakan bahwa novelnovel Dini adalah induk dari novel-novel populer yang ditulis oleh kaum pengarang-perempuan yang menggarap latar kelas menengah kota dengan kisah-kisah yang berkutat di seputar rumah tangga dan dunia kerja.

43

Isi AB 2011.indd 43

7/25/11 12:09 PM


Novel-novel Dini juga pendahulu bagi novel-novel dari sejumlah penulis-perempuan yang sejak akhir 1990-an mendorong lebih jauh lagi feminisme ke arah pengungkapan seks dan seksualitas. Beda Dini dengan para penerusnya adalah novel-novelnya hadir dengan kualitas bahasa yang tetap terjaga. Kalimat-kali足 matnya kokoh, pelukisannya tentang sesuatu tampak halus, kadang samar-samar, sehingga memberikan kesempatan kepada pembaca untuk menerka-nerka. Atau jika ia menampilkan perum足 pamaan, ia hadir dengan kualitas yang sangat menyaran. Pada karya-karya Nh. Dini, realisme telah hadir dalam bentuknya yang sangat kuat sekaligus sangat pribadi.

NURHAJATI SRI HARDINI SITI NUKATIN, dikenal sebagai Nh. Dini, lahir di Semarang pada tahun kabisat, 29 Februari 1936. Ia menulis sajak dan cerita pendek sejak di bangku SMP. Pada usia 15 ia membacakan ceritaceritanya di corong RRI Semarang dan mengirimkan sajak-sajaknya ke siaran nasional RRI Jakarta. Bukunya yang pertama, kumpulan cerita pendek Dua Dunia, terbit di tahun 1956, ketika ia masih di SMA. Sejak 1960 hingga awal 1980-an, sejak ia menikah dengan seorang diplomat Prancis, Dini tinggal berpindahpindah dari satu negeri ke negeri lainnya. Dari rantau itu Dini menulis sejumlah karyanya. Novela Hati yang Damai, misalnya, ia tulis selama tinggal di Kobe, dengan bahan dasar pergaulan Dini dengan sejumlah perwira AURI di Kemayoran, Jakarta, saat ia menjadi pramugari udara. Di kota Jepang itu ia juga

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 44

7/25/11 12:09 PM


menulis novel Namaku Hiroko, dan merampungkannya di Semarang. Sementara novel Pada Sebuah Kapal (1973) dan La Barka (1975) diselesaikan Dini selama tinggal di Prancis. Dua novel itu mendapat sambutan luas. Novel-novelnya yang lain adalah Orang-orang Trans (1984), Pertemuan Dua Hati (1986), Jalan Bandungan (1989), dan Tirai Menurun (1993). Nh. Dini juga menulis “cerita kenangan”, serangkaian novel autobiografis yang menceritakan kehidupan masa kecilnya di Semarang, seperti Sebuah Lorong di Kotaku (1978), dan empat novel lain. Belakangan ia menambah daftar “cerita kenangan” dengan kisah hidupnya sebagai pramugari dan istri seorang konsul, yang terwujud dalam setidaknya enam novel. Selain dalam Dua Dunia, berbagai cerita pendeknya terkumpul dalam Tuileries (1982), Segi dan Garis (1983), Monumen (2002) dan Istri Konsul (2002). Dini juga menulis biografi si “raja penyair Pujangga Baru” Amir Hamzah: Pangeran dari Seberang (1981) dan mener­ jemahkan La Peste karya Albert Camus menjadi Sampar (1985). Nh. Dini mendapat sejumlah penghargaan sastra, seperti Hadiah Seni dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk bidang Sastra (1989), dan SEA Write Award dari Kerajaan Thailand (2003). Sejak 1985 Dini menetap kembali di Indonesia, dan tinggal di Semarang. Ia adalah anggota Akademi Jakarta.

45

Isi AB 2011.indd 45

7/25/11 12:09 PM


F.G. WINARNO untuk Teknologi

U

NDANG-undang Pangan (UU No 7, 1996) menyatakan bahwa pangan merupakan hak asasi manusia. Pemerintah bertanggung jawab atas ketahanan pangan; yaitu kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga, tidak hanya dalam jumlah yang cukup, tetapi juga harus aman, bermutu, bergizi, dan beragam; dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Ketahanan pangan suatu bangsa mempunyai tiga aspek utama; yaitu (i) aspek ketersediaan pangan, (ii) aspek keterjangkauan, dan (iii) aspek konsumsi, yang pada ujungnya akan bermuara pada status kesehatan dan aktivitas produktif individu rakyatnya. Karena itu, indikator utama ketahanan pangan suatu negara adalah status gizi masyarakatnya. Ketahanan pangan sungguh berhubungan dengan daya saing bangsa. Kondisi ketahanan pangan yang baik akan meningkatkan status kesehatan, yang akan mendongkrak kinerja sumberdaya manusia, dan secara nasional mendorong pertumbuhan ekonomi. Semua ini menuntut standar dan status ketahanan pangan yang lebih tinggi, untuk menuju daya saing yang lebih tinggi lagi. Dalam kaitan inilah pembangunan ketahanan pangan erat kaitannya dengan ketahanan nasional suatu negara. Winarno—yang berperan aktif dalam lahirnya UU Pangan sejak dari pencetusan ide dan penyusunan konsepnya —memahami betul

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 46

7/25/11 12:09 PM


Isi AB 2011.indd 47

(Dok: Perpustakaan Freedom / FYW)

47

7/25/11 12:09 PM


arti penting ketahanan pangan. Ia konsisten meng­kampanyekan pentingnya peran gizi di tingkat individu, agar mampu hidup sehat dan produktif. Ia terutama mendorong pemenuhan gizi ibu “andungteki” dan bayi. Istilah ibu “andungteki” adalah istilah khas Winarno—yang berarti ibu mengandung dan ibu meneteki/ menyususi bayinya. Winarno meyakini bahwa jika suatu negara ingin memiliki sumberdaya manusia berkualitas tinggi, maka yang harus dilakukan adalah menjamin bahwa setiap wanita yang mengandung, setiap wanita yang menyusui, serta setiap bayi yang dilahirkannya, bisa mendapatkan asupan gizi yang cukup dan berkualitas. Melihat betapa seringnya dijumpai bayi lahir dalam kondisi gizi yang memprihatinkan, Winarno aktif dalam program peningkatan gizi untuk ibu “andungteki” sehingga bayi yang lahir akan sehat, dan sang ibu akan mampu memberikan air susu ibu (ASI) yang cukup dan berkualitas; secara eksklusif dalam 6 bulan pertama. Selanjutnya, Winarno juga memandang penting dikembangkannya teknologi pangan untuk bisa menjamin ketersediaan pangan bagi bayi setelah 6 bulan dan seterusnya; sehingga bayi bisa bertumbuh-kembang sesuai dengan potensi genetik yang dipunyainya. Keyakinan itulah yang mendorong Winarno mendirikan lembaga Food Technology Development Center (FTDC IPB) atau Pusat Pengembangan Teknologi Pangan (Pusbangtepa) IPB yang dibiayai Bank Dunia. Melalui lembaga yang dipimpinnya, Winarno mengembangkan ilmu dan teknologi pangan, yang dituntun oleh kesadaran mengenai kondisi budaya dan ekonomi masyarakat Indonesia. Teknologi yang dikembangkan bukan teknologi canggih; tetapi lebih berupa teknologi tepat guna. Selain melahirkan aneka jenis teknologi yang langsung dibutuhkan ma­ syarakat, Pusbangtepa juga mengembangkan berbagai program

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 48

7/25/11 12:09 PM


pendidikan pangan dan gizi, agar masyarakat mampu memilih dan mengolah sumber pangan yang ada di sekitarnya menjadi menu pangan bergizi. Aplikasi teknologi pengolahan pangan sederhana di tingkat pedesaan ini tidak hanya mampu mengolah hasil pertanian yang merupakan kekayaan lokal menjadi produk pangan yang aman dan bergizi. Aplikasi itu juga bisa memicu terciptanya kegiatan ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan meningkatnya pendapatan itu, maka setiap individu akan mampu memilih, memproduksi, atau membeli dan mengkonsumsi pangan yang aman bergizi, sehingga menjadi inidvidu yang sehat dan aktif produktif. Menyadari bahwa banyak keputusan mengenai menu pangan di rumah tangga ditentukan oleh para ibu, maka Winarno giat melakukan pendidikan terhadap wanita. Ia produktif menulis artikel populer tentang pangan dan gizi di majalah-majalah wanita. Winarno juga menganjurkan—dengan memberi nilai dan insentif ekstra—para mahasiswanya agar mempublikasikan artikel di media massa. Karena proses produksi pangan tidak hanya dilakukan oleh rumah tangga tetapi oleh usaha industri, maka Winarno juga mencurahkan perhatian pada dunia industri, untuk memastikan bahwa produk pangan yang dihasilkannya akan tetap aman dan bergizi. Menyadari bahwa usaha industri pangan di Indonesia didominasi oleh industri kecil, bahkan mikro, bersama koleganya Winarno berinisiatif meningkatkan keamanan dan kualitas produk jajanan pinggir jalan. Ia aktif memimpim Street Food Project di IPB kurun 1988-1993. Proyek penelitian tersebut bertujuan mem­pelajari dan merumuskan rekomendasi dari berbagai segi untuk mengembangkan pangan jajanan pinggir jalan. Winarno meyakini bahwa jajanan pinggir jalan yang aman dan bergizi

49

Isi AB 2011.indd 49

7/25/11 12:09 PM


akan berkontribusi positif pada status gizi dan derajat kesehatan konsumen, yang umumnya adalah pelajar, mahasiswa dan pekerja industri. Konsep ketahanan pangan yang berlandaskan hanya pada akses pangan aman bergizi bagi setiap individu, tidaklah cukup. Walaupun suatu negara mampu menjamin ketersediaan dan akses setiap warga negaranya atas pangan yang bermutu, namun bisa saja negara tersebut masih memiliki potensi kerawanan pangan, terutama dalam kaitannya dengan ketergantungan pada import. Pangan memang bukan sekedar komoditas. Pangan adalah kebudayaan, spirit, dan identitas bangsa. Karena itu, dalam pengembangan teknologi pangan, Winar­ no menekankan perlunya upaya penggalian, pemahaman, penguasaan dan pengembangan pengetahuan dan teknologi pangan lokal yang dimiliki masyarakat setempat. Pendekatan ini mempunyai nilai strategis, karena ada keterkaitan yang erat antara pengetahuan, teknologi, manusia, lingkungan, dan sumber daya. Produk pangan yang dikembangkan dengan basis potensi lokal biasanya mempunyai tingkat kesesuaian yang baik dengan preferensi konsumen, dan berpotensi untuk menjadi unggulan ciri khas daerah. Karena itulah maka pemerintah perlu selalu menggali, melestarikan dan mengembangkan potensi pangan tradisional yang merupakan kekayaan luar biasa. Bagi Winarno, pangan tradisional Nusantara merupakan kekayaan yang luar biasa. Ketika dunia ilmu pangan baru mulai menyadari pentingnya hubungan antara pangan, gizi, dan kesehatan yang melahirkan konsep pangan fungsional—yaitu pangan yang memberikan fungsi-fungsi lain selain sebagai sumber gizi—Indonesia sudah meyakini dan mempraktekkan hal itu. Masyarakat di berbagai daerah di Indonesia, misalnya, mempunyai tradisi mengkonsumsi pangan tertentu untuk tujuan

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 50

7/25/11 12:09 PM


kesehatan. Aneka formulasi jamu di berbagai tempat merupakan pustaka pangan fungsional yang luar biasa dan perlu digali dan dikembangkan. Winarno meyakini bahwa aneka pangan tradisional yang ada merupakan warisan ilmu dan teknologi pangan yang sangat berharga. Tempe adalah contohnya. Banyak mahasiswa bimbingan Winarno yang diarahkan untuk melakukan penelitian mengenai tempe, yang menunjukkan bahwa tempe ternyata mempunyai berbagai sifat funsgional yang sangat baik bagi kesehatan, dan berpeluang untuk dikembangkan sebagai produk pangan fungsional. Dengan alasan itulah maka pada era tahun 1990-an, Winarno gigih memperjuangkan berdirinya Pusat Kajian Makanan Tradisional (PKMT) di berbagai universitas di Indonesia. Sayang bahwa perhatian pemerintah masih tipis sehingga pusat-pusat kajian tersebut kurang berkembang seperti yang diba足yangkan Winarno. Namun demikian, dengan keahliannya menulis, Winarno telah melahirkan beberapa buku tentang aneka pangan tradisional. Dalam pandangan Winarno, Indonesia harus mempunyai ensiklopedia lengkap mengenai kekayaan pangan tradisional Nusantara ini; sehingga bisa melengkapi gambaran mengenai jatidiri Bangsa Indonesia. Winarno merasa prihatin, karena kekayaan pangan tradisonal ini kian tergerus oleh budaya pangan dari luar. Makin sedikit anak bangsa yang mengetahui kekayaan pangan ini. Jika kondisi ini terjadi terus-menerus, tidak mustahil kekayaan ini akan diambil dan dikembangkan lalu diakui sebagai milik bangsa lain. Winarno meyakini bahwa upaya penggalian, pelestarian dan pengembangan ini perlu dilakukan secara terstruktur melalui program pendidikan; khususnya pendidikan ilmu dan teknologi pangan. Dimulai pada 1976, Winarno memimpin pembentukan

51

Isi AB 2011.indd 51

7/25/11 12:09 PM


Program Pasca Sarjana bidang Pangan di IPB, program pertama di Indonesia. Pada 1984 Winarno juga membidani pembentukan Program Studi Pasca Sarjana di bidang Teknologi Pasca Panen di IPB, yang juga merupakan satu-satunya bidang studi di Indonesia. Dalam kurikulum pendidikan tersebut, Winarno konsisten menekankan pentingnya pengembangan teknologi berbasis sumber daya lokal. Peran Winarno dalam pengembangan pendidikan ini diakui oleh koleganya. Pada tanggal 13 September 1994, Winarno menerima Penghargaan Adi Grahita dari Dekan Fakultas Teknologi Pertanian IPB karena jasanya yang luar biasa bagi pengembangan Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Kekayaan sumber daya yang luar biasa meyakinkan Winarno bahwa Indonesia sungguh berpotensi memasok aneka pangan ke pasar internasional. Hal ini bisa direalisasikan jika spesifikasi dan standarisasi aneka ragam pangan tersebut bisa dikembangkan; terutama aspek mutu dan keamanannya. Dengan gigih, ia memperjuangkan standar produk pangan di tingkat internasional. Untuk urusan standarisasi mutu dan keamanan pangan ini, kiprah Winarno diakui dunia. Pengakuan itu terlihat ketika dia terpilih sebagai President/ Chairman Codex Alimentarius Commission (CAC), lembaga inter足nasional bentukan FAO/WHO yang berkedudukan di Roma, Italia, untuk periode 1991-1993 dan 1993-1995. Ia menjadi orang Asia pertama dan sejauh ini satu-satunya yang berhasil menduduki jabatan yang terhormat tersebut. Ia berhasil meluluskan standar internasional untuk produk pangan khas Asia dan Indonesia, yaitu produk mi instan dan susu fermentasi, serta mendorong pengembangan standar rebung bambu dalam kaleng. Beberapa produk khas Indonesia yang juga sedang didorong upaya standarisasinya adalah sagu dan tempe. Winarno adalah penulis 98 buku dalam bahasa Indonesia dan

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 52

7/25/11 12:09 PM


penulis pendamping tiga buku dalam bahasa Inggris. Semua buku ini berhubungan dengan ilmu pangan, gizi serta teknologi pasca panen. Buku Winarno banyak digunakan sebagai pegangan mahasiswa ilmu dan teknologi pangan. Beberapa bukunya menjadi buku acuan beberapa mata kuliah, antara lain buku Kimia Pangan dan Gizi, dan Enzim Pangan. Bukunya juga menggarap berbagai topik mutakhir, antara lain aplikasi bioteknologi dan nano teknologi pada industri pangan. Peran FG Winarno yang demikian besar membuat sejumlah kalangan termasuk mantan Menteri Pertanian RI, Bungaran Saragih, menyebutnya sebagai “Bapak Ilmu dan Teknologi Pangan Indonesia.�

FLORENTINUS GREGORIUS WINARNO lahir pada 15 Februari 1938 di Klaten, putera kedua Bapak-Ibu R.M. Mitrorekso. Menikah dengan A.M. Kristiastuti, dan dikaruniai dua orang putera dan seorang puteri, serta 6 orang cucu. Dengan beasiswa ikatan dinas, Winarno meraih gelar Dokter Hewan tahun 1962 dari Universitas Indonesia di Bogor. Karier yang dipilihnya adalah dosen bidang Ilmu dan Teknologi Pangan di IPB. Winarno meraih gelar MSc dan Ph.D berturut-turut pada 1968 dan 1970 dari University of Massachusetts, AS. Sebagai dosen tetap pertama yang memperoleh gelar doktor; Winarno mempunyai peran penting dalam pengembangan pendidikan ilmu dan teknologi pangan, tidak hanya di IPB, tetapi juga di Indonesia.

53

Isi AB 2011.indd 53

7/25/11 12:09 PM


Winarno adalah anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). Pada 1994 dia memperoleh piagam penghargaan Bintang Jasa Utama Presiden Republik Indonesia atas jasa dan sumbangannya bagi ilmu pengetahuan. Sebagai bentuk pengakuan terhadap peran Winarno dalam menyusun konsep Undang-Undang Pangan, pada Hari Pangan Sedunia 1999, ia menerima penghargaan Pharama Boga Nugraha dari pemerintah. Kiprah akademik dan profesional Winarno tidak terbatas di tingkat nasional. Winarno adalah Secretary General of FANS (Federation of Asian Nutrition Societies) sewilayah Asia untuk periode 1983 - 1985. Winarno juga adalah Vice President pada Federation Institute of Food Science and Technology Association for ASEAN (FIFSTA) pada 1991. Setelah sebelumnya sering mendapatkan undangan kehormatan sebagai Visiting Professor di berbagai negara, kiprah akademik dan profesional Winarno semakin diakui dunia ketika pada tanggal 3 Juli 1991, Winarno terpilih sebagai President/Chairman Codex Alimentarius Commission (CAC) yang dibentuk FAO dan WHO, untuk dua periode. Winarno dikenal sebagai seorang yang sangat disiplin. Ia telah menghasilkan lebih dari 200 makalah, diterbitkan dalam jurnal ilmiah, buku, surat kabar maupun majalah di dalam dan luar negeri. Tulisan Winarno sangat menarik dan memberikan inspirasi bagi para mahasiswanya. Setelah pensiun dari IPB, Winarno tetap aktif sebagai Rektor Unika Atma Jaya Jakarta, sejak 1 Desember 2007

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 54

7/25/11 12:09 PM


dan berakhir Desember 2011. Namun Winarno tidak pernah merencanakan “berhenti�. Bersama kalangan Pemda dan akademisi NTT, Winarno mendirikan NTT Intercorporated yang berupaya memakmurkan masyarakat Nusa Tenggara Timur.

55

Isi AB 2011.indd 55

7/25/11 12:09 PM


SATYANEGARA untuk Kedokteran

T

UMOR otak, seperti halnya tumor yang lain, adalah kumpulan berbagai macam aspek patofisiologis dan klinis. Salah satu aspek penting dalam penanganan perkembangan sel yang tidak wajar dalam tengkorak manusia ini adalah hubungan dinamisnya dengan sistem imunologis. Meskipun aspek imunologis bukanlah satu-satunya yang terpenting namun pengetahuan tentang aspek imunologis itu memberikan harapan yang besar dalam penatalaksanaan penyakit-penyakit tumor, termasuk tumor otak. Karena itu, sangatlah penting untuk mengetahui jenis protein dan antibodi spesifik tiap-tiap tumor. Satyanegara adalah pelopor penelitian dan penemu protein dan antibodi spesifik pada tumor otak. Dalam pengalaman maupun pengetahuan Satyanegara, ling足 kungan bedah saraf merupakan ranah yang merangsang imajinasi, kreativitas, dan dedikasi. Demi menolong sesama manusia, tiada usaha yang sungguh-sungguh yang akan menjadi tanpa arti. Keyakinan inilah yang selalu mendasari kiprah Satyanegara dalam bidang kedokteran yang telah ia tekuni lebih dari separuh usianya. Kasus-kasus kedokteran yang belum dapat ditangani secara memuaskan, seperti tumor otak, menggelitik sisi kemanusiaannya untuk menekuni bidang bedah saraf. Perubahan volume dalam rongga tengkorak (intrakranial) baik difus maupun setempat,

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 56

7/25/11 12:09 PM


(Dok: Perpustakaan Freedom / Rianto) Isi AB 2011.indd 57

57

7/25/11 12:09 PM


akan menampilkan gejala dan tanda gangguan neurologis yang sesuai dengan gangguan pada bagian otak tertentu atau serabut traktus pada tingkat neurofisiologi dan neuroanatomi tertentu. Gejala itu bisa berupa kelumpuhan, gangguan mental, gangguan hormon, dan sebagainya. Secara umum presentasi klinis pada kebanyakan kasus tumor otak merupakan manifestasi dari peninggian tekanan intrakranial. Namun sebaliknya perlu dicurigai adanya tumor otak apabila ditemukan gejala neurologis yang bersifat progresif, walaupun tidak jelas ada tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial, Tumor yang timbul di dalam rongga tengkorak dapat berupa tumor-tumor primer pada korteks, meningens, vaskuler, kelenjar hipofise, saraf otak, jaringan penyangga, serta anak sebar tumor dari bagian tubuh lainnya, yang bervariasi dalam hal sifat-sifat kimia, struktur mikroskopik dan cara serta tahap perkembangan tumor tersebut. Tumor-tumor yang diferensiasinya buruk dan yang memiliki struktur yang lebih primitif, cenderung tumbuh lebih cepat daripada tumor yang sel-selnya lebih matang. Namun pada pengalaman klinis, perjalanan kasus-kasus tumor otak ternyata tidak hanya diperankan oleh kategori his­tologis. Tumor otak kategori yang jinak pun sering kali berakibat fatal. Penge­tahuan kedokteran mengenai tumor otak memang telah berkembang, namun perkembangan itu tidak diikuti kemajuan berarti dalam hasil akhir terapi, yang bahkan dapat dikatakan masih jauh dari memuaskan. Banyak faktor yang diduga sebagai penyebab dari penyakit yang cukup ditakuti, dan yang hampir selalu berakibat fatal bagi penderitanya ini. Modalitas penanganan terhadap tumor otak menca­kup terapi operatif dan konservatif, seperti radioterapi, kemoterapi, dan immunoterapi. Hingga akhir tahun 1960-an, pengetahuan tentang aspek imunologis yang menyertai tumor otak masih sangat terbatas

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 58

7/25/11 12:09 PM


sehingga pertimbangan melalui aspek imunologis dalam menen­ tukan terapi tumor otak juga menjadi hal yang jarang dilakukan. Satyanegara muda berpendapat bila kita mengetahui jenis-jenis protein dan antibodi spesifik pada jenis-jenis tumor otak tertentu, maka kita akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang ragam sifat-sifat dan perilaku tumor-tumor itu. Dengan demikian kita bisa menentukan strategi yang lebih tepat untuk memilih modalitas terapinya. Pemikiran di atas merupakan terobosan yang penting karena saat itu alat-diagnostik khususnya untuk kedokteran bedah saraf masih sangat terbatas. CT Scan (Computed Tomography Scan) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) belum ditemukan. Berangkat dari disiplin ilmu bedah saraf, berbekal keyakinan bahwa tiada usaha yang tanpa arti, Satyanegara tergerak untuk melakukan studi imunologis tumor otak pada tahun 1967. Studi itu ia kerjakan bersama Professor Kimtomo Takakura, pakar bedah saraf dalam bidang penting studi imunologis tumor otak yang menjadi cikal bakal immunoterapi untuk biokimia di Universitas Tokyo. Riset Satyanegara dalam usaha menemukan protein dan antibodi spesifik pada tumor otak bukannya tanpa halangan. Kesulitan ditemukan setelah didapatkan kenyataan bahwa ragam tumor di otak mempunyai spektrum yang sangat luas, sehingga Satyanegara harus beberapa kali mengubah teknik penelitiannya. Tapi justru dari penelitian yang panjang ini didapatkan banyak pengetahuan baru. Yang paling penting di antaranya adalah bahwa makin ganas jenis tumor otak, maka makin kecil kemungkinan tumor itu menimbulkan reaksi antigen-antibodi. Setelah mela­ kukan penelitian selama 5 tahun, pada 1972 Satyanegara ber­ hasil menemukan protein dan antibodi spesifik tumor otak yang dapat memperkecil, menghambat pertumbuhan, bahkan

59

Isi AB 2011.indd 59

7/25/11 12:09 PM


memusnahkan sel-sel tumor tersebut. Tak pelak, penemuan ini merupakan tonggak penting dalam studi-studi imunologis tumor otak setelahnya. Tentu saja momen tersebut bukanlah akhir dari sebuah pencarian terhadap pemahaman yang mendasar tentang tumor otak. Penemuan protein dan atibodi spesifik tumor ini justeru membuka gerbang pengetahuan menuju pemahaman yang lebih komprehensif tentang sifat-sifat dan perilaku berbagai jenis tumor otak. Yang pasti, meskipun alat-alat diagnostik sudah sedemikian maju, tapi pendekatan imunologis—yang dirintis antara lain Satyanegara—tetap menjadi studi yang relefan bahkan memberikan harapan besar dalam penanganan tumor otak baik yang jinak maupun yang ganas di masa-masa yang akan datang. Tidak berhenti hanya sampai di penemuan protein dan anti­ bodi spesifik tumor otak, Satyanegara terus mengumpulkan studi berbagai kasus tumor otak dan kasus-kasus sulit lainnya. Ia tetap mengadakan sejumlah penelitian, dan kemudian secara rutin menyampaikannya dalam pertemuan ilmiah tahunan bedah saraf baik di dalam maupun luar negeri. Ia berperan besar dalam penggunaan immunoterapi sebagai terapi ajuvan/alternatif tambahan, yang telah banyak diterapkan untuk kasus-kasus tumor jenis glioma, di mana sistem imunitas tubuh menurun. Pasien glioma yang diterapi terutama adalah yang mempunyai harapan hidup yang panjang, atau tidak menjalani tindakan terapi lainnya. Selain itu, hal yang tidak kalah penting dalam penanganan tumor otak adalah deteksi dini. Makin cepat keberadaan suatu tumor otak terdeteksi, makin sedikit pula kerusakan jaringan otak yang terjadi, sehingga diharapkan tindakan pengobatan juga memberikan hasil yang lebih memuaskan. Pemeriksaan konvensional seperti foto polos kepala, EEG (ekhoensefalografi); dan pemeriksaan penunjang diagnostik yang invasif seperti

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 60

7/25/11 12:09 PM


angiografi serebral, pneumoensefalografi, sudah jarang diterap­ kan. Saat ini MRI dan CT Scan merupakan pemeriksaan terpilih untuk mendeteksi adanya tumor-tumor intrakranial. Selain itu lokasi dan pengaruh tumor terhadap jaringan sekitar­nya juga dapat diketahui secara terperinci. Bahkan pada kasus-kasus ter­ tentu dapat pula diduga jenis tumor dengan akurasi yang hampir tepat. Penelitian-penelitian Satyanegara mengenai tumor otak turut mendorong dilengkapinya berbagai alat penunjang diagnostik di Indonesia. Ia mendorong pemasangan CT scan pertama kali di RS Gatot Subroto pada Februari 1980. Ia juga menentukan dalam penggunaan sinar laser untuk pembedahan otak di RS Pusat Pertamina, penggunaan MRI di RS. Dr.Ciptomangunkusumo, disusul RS. Pusat Pertamina, pada sejak 1990. Kehadiran Digital Substraction Angiography (DSA) untuk mendiagnosa kelainan vaskuler otak di RS. Pusat Pertamina sejak 1992 terjadi antara lain karena peran Satyanegara. Prinsip bahwa harus lebih banyak penderita yang ditolong, dengan usaha yang berani dan sungguh-sungguh, di mana pen­­ca­paian sasaran dianggap sebagai suatu keberuntungan, sangat mewarnai hidup Satyanegara. Prinsip inilah yang juga memotivasinya merintis penulisan sejumlah buku dalam bidang keilmuannya, seperti Teknik Penatalaksanaan Nyeri, dan Ilmu Bedah Saraf, yang adalah buku teks satu-satunya dalam bahasa Indonesia ini. Pertama kali diterbitkan tahun 1976, Ilmu Bedah Saraf kini sudah mencapai edisi IV yang terbit pada tahun 2010, dan telah disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan teknologi terkini. Kontribusi lain Satyanegara adalah pembinaan penelitian di bidang kedokteran bersama antara Indonesia—Jepang. Tidak terhitung jumlah calon dokter dan dokter yang dikirim untuk

61

Isi AB 2011.indd 61

7/25/11 12:09 PM


belajar dan menjadi peneliti di Jepang. Satyanegara juga aktif mengumpulkan dana dari perusahaan-perusahaan Jepang untuk disalurkan kepada mahasiswa-mahasiswa Indonesia ter­ sebut. Banyak dari mereka yang kini menduduki posisi penting di kalangan kedokteran atau farmasi baik di perusahaanperusahaan, universitas-universitas, maupun rumah sakit-rumah sakit. Karena jasanya yang demikian besar dalam memperkokoh hubungan antara kedua negara terutama di bidang kedokteran, pada tanggal 3 November 2005, Kaisar Jepang menganugerahkan kepada Satyanegara bintang tanda jasa tertinggi dalam hubungan internasional Jepang “The Order of The Rising Sun, Gold Rays With Neck Ribbonâ€? Dalam kurun waktu terakhir ini, bidang bedah saraf di Indo­nesia telah mengalami banyak perubahan dan kemajuan yang drastis. Berbagai teknik dan pengetahuan baru telah dipelajari, dikembangkan, dan disempurnakan dalam memahami beraneka permasalahan bedah saraf dan penanganan klinis bedah saraf. Dengan menjabat sebagai ketua di berbagai organisasi internasional di bidang kedokteran, tidak terhitung lagi banyaknya pengalaman Satyanegara yang digunakannya untuk meningkatkan teknik-teknik kedokteran dan farmasi di Indonesia, hingga mampu memperlihatkan bahwa Indonesia juga mempunyai kemampuan yang tinggi dalam bidang kedokteran. Satyanegara jelaslah seorang ilmuwan, guru, sekaligus motivator yang penuh ilham. Kemampuan intelektualnya tidak dide­dikasikan semata-mata untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu saja, sementara tongkat estafet yang beliau peroleh selalu digulirkan kepada para generasi muda penerus bedah saraf Indonesia. Satyanegara memang layak disebut sebagai peletak fondasi sekaligus wali ilmu bedah saraf di Indonesia.

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 62

7/25/11 12:09 PM


SATYANEGARA adalah sosok enaka dan sederhana, yang dibangun oleh berlapis-lapis keberanian, kegigihan, ketekunan, dan kebesaran jiwa dalam berbagai latar sosio-kultural. Ia lahir di Kudus pada 1 Desember 1938. Selepas SMA, anak pertama dari tiga bersaudara tersebut melanjutkan pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Kyushu, Fukuoka—Jepang dan menamatkankannya pada tahun 1966. Pendidikan bedah saraf di Universitas Tokyo diselesaikannya tahun 1972, dengan disertasi doktor berjudul “Immunological Study of Brain Tumorâ€?. Pada tahun 1975 ia melanjutkan pendidikan di North West University, Amerika Serikat, kemudian melanjutkan lagi di Harvard University, Amerika Serikat. Bersama Professor Kimtomo Takakura, ia menemukan protein dan antibodi spesifik tumor otak yang dapat menghambat pertumbuhan dan memusnahkan selsel tumor tersebut. Pengalaman klinis dan berbagai studi mengenai kasus-kasus tumor otak mendorong Satyanegara bekerja melengkapi berbagai alat penunjang diagnostik bedah saraf di Indonesia. Ia merupakan salah satu pelopor yang menentukan standar rumah sakit di Indonesia berdasarkan penelitian-penelitian kedokteran terbaru di dunia. Bersama timnya, dengan kepiawaiannya menggandeng para pakar bedah saraf dunia, ia senantiasa mengembangkan berbagai teknik pengobatan terkini di Indonesia khususnya dalam bidang bedah saraf . Kariernya di Indonesia dimulai dengan posisi seba­ gai Kepala Bagian Bedah Saraf Rumah Sakit Pusat

63

Isi AB 2011.indd 63

7/25/11 12:09 PM


Pertamina pada tahun 1973–1998. Selama setahun ia menjabat Presiden Direktur rumah sakit yang sama, sejak November 1997–1998. Di tengah maraknya pertumbuhan rumah sakit swasta, ia turut berkiprah dengan menjadi Direktur Siloam Gleneagles Hospital, Lipo Karawaci sejak Desember 1998-Desember 2000; Direktur Senior Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk, Jakarta sejak Januari 2001-Desember 2008; Direktur Senior Rumah Sakit Satya Negara yang masih dijabatnya sejak 2003; Direktur Senior Mayapada Healthcare sejak Januari 2009; dan Direktur Kehormatan Sahid Saherman Memorial Hospital, Jakarta, sejak September 2010. Selain menjadi Guest Professor pada Bagian Bedah Saraf Universitas Kanazawa, Jepang tahun 1990, sejak 1 Oktober 1992 hingga saat ini ia juga menjadi Guest Professor pada Bagian Bedah Saraf Universitas Padjajaran, Bandung. Kedudukan sebagai President of The Academia Eurasiana Neurochirurgica dijabatnya selama kurun 19982000. Guru besar yang sangat produktif dalam menulis dan mempublikasikan baik artikel popular maupun makalah ilmiah di berbagai forum di dalam dan luar negeri ini, merupakan penulis dari satu-satunya buku teks ilmu bedah saraf dalam bahasa Indonesia.

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 64

7/25/11 12:09 PM


HOKKY SITUNGKIR untuk Ilmuwan Muda Berprestasi

I

NDONESIA adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Nusantara terdiri atas 17.508 pulau yang di dalamnya terdapat ratusan gunung serta konfigurasi sungai, lembah, hutan yang sangat bervariasi. Latar belakang geografis tersebut tidak hanya melahirkan biodiversitas yang sangat tinggi, tetapi juga keanekaragaman tata kehidupan masyarakat di dalamnya. Indonesia adalah negara dengan tingkat sosiodiversitas terbesar di dunia. Tren global, yang mengarah kepada pengembangan eko­ nomi berbasis inovasi dan kreativitas, telah menempatkan keanekaragaman khazanah kultural dalam posisi yang strategis. Daya saing berkaitan langsung dengan tingkat keanekaragaman, baik keanekaragaman pasar maupun keanekaragaman produk. Keanekaragaman khazanah kultural adalah sumber inspirasi inovasi dan kreativitas. Namun tentu saja, pemanfaatan ke­ aneka­ragaman khazanah kultural harus bersinergi dengan perkembangan sains modern dan teknologi komputasi yang ada. Upaya untuk menggali, mengapresiasi, dan menjaga ketahanan kebudayaan tradisional Indonesia seyogyanya dilakukan secara tidak tradisional. Sebelum 2007, upaya penggalian keanekaragaman kha­za­nah kultural belum dilakukan secara optimal. Sebagaian besar artefak

65

Isi AB 2011.indd 65

7/25/11 12:09 PM


(Dok: Perpustakaan Freedom / Rianto) Isi AB 2011.indd 66

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

7/25/11 12:09 PM


budaya Indonesia belum terinventarisasi dalam sebuah sistem basis data yang baik. Penelitian kebudayaan, khususnya kajian kultural yang bersinergi dengan perkembangan sains modern dan teknologi komputasi, masih relatif minim. Stagnansi tersebut menyebabkan pengembangan produk teknologi inovatif berbasis keanekaragaman khazanah kultural menjadi sangat terbatas. Pada tahun 2007, Hokky Situngkir berinisiatif menghimpun pemuda-pemuda Indonesia lainnya, yang prihatin atas kondisi tersebut. Mereka mendeklarasikan lembaga IACI (Indonesian Archipelago Cultural Initiatives). Tujuan IACI adalah untuk meng­gali, mengapresiasi, dan menjaga ketahanan kebudayaan tradisional Indonesia secara tidak tradisional. Lembaga ini secara aktif mendokumentasian khazanah tradisi Nusantara. Sesuai dengan motto IACI “preserving traditional culture untraditionally”, upaya inventarisasi kekayaan budaya bangsa dilakukan dengan cara-cara yang tidak tradisional. Data kebu­ dayaan dikumpulkan dengan menggunakan teknologi web 2.0 yang bersifat open source pada situs www.budaya-indonesia. org. Media ini memberikan kesempatan bagi seluruh masyarakat untuk terlibat dalam proses inventarisasi dan pendataan budaya Indonesia. Selain membangun media pendokumentasian, IACI juga aktif melakukan kampanye, program pelatihan dan kegiatan ekspedisi lapangan. Program kampanye dilakukan untuk melibatkan partisipasi publik dalam proses inventarisasi data kebudayaan Indonesia. Program pelatihan ditujukan untuk membiasakan generasi muda menggunakan berbagai fasilitas teknologi infor­ masi yang terkait dengan pelestarian dan apresiasi kebu­dayaan nasional Indonesia. Mereka melakukan berbagai pelatihan teknologi web 2.0 di kampus-kampus, SMU, dan SMP. Kegiatan ekspedisi lapangan dilakukan untuk menjangkau data-data yang

67

Isi AB 2011.indd 67

7/25/11 12:09 PM


tidak dapat diakses dengan menggunakan teknologi internet. Semua kegiatan tersebut dilakukan secara mandiri, dibiayai melalui sumbangan anggota. Hingga saat ini, IACI telah berhasil mendokumentasikan lebih dari 12 ribu data artefak budaya Nusantara. Data tersebut meliputi format gambar (untuk motif kain, ornamentasi, dan lain sebagainya), teks (untuk cerita rakyat), suara (untuk lagu daerah), hingga format video (untuk tarian dan pertunjukan). Sebagian besar data tersebut dapat diakses digunakan oleh publik di situs www.budaya-indonesia.org. Data-data kebudayaan tersebut tidak hanya disimpan dalam sistem basis data digital, tetapi diteliti lebih jauh dengan meng­ gunakan pendekatan terbaru sains modern. Kepada rekanrekannya Hokky Situngkir senantiasa berkata, “jika teori evolusi alam dilahirkan Charles Darwin di Kepulauan Gallapagos dan Alfred Russel Wallace di Kepulauan Sulawesi, dua tempat dengan diversitas alam tertinggi di dunia, maka seyogyanya nanti teori sosial akan dilahirkan di Indonesia, sebagai sebuah negara kepulauan yang memiliki diversitas kultural tertinggi di duniaâ€?. Data-data kebudayaan, yang tersimpan di situs www.budayaindonesia.org, hingga sejauh ini telah menghasilkan lebih dari 24 karya penelitian, yang dilakukan oleh Bandung Fe Institute. Topik-topik penelitian kebudayaan tersebut antara lain: evolusi bahasa, kompleksitas musik Indonesia, batik fraktal, studi kekerabatan keluarga Batak, filomemetika bangunan tradisional, evolusi sistem ekonomi, hipotesis alat musik megalitikum, evolusi motif kain di Indonesia, generator batik, dekonstruksi komputasional motif batik, generator musik tradisional, studi birokrasi kerajaan nusantara, rekonstruksi komputasional candi, dan berbagai bidang kajian lainnya. Beberapa karya penelitian tersebut memiliki pengaruh yang

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 68

7/25/11 12:09 PM


cukup signifikan dalam perkembangan sains dan dimuat di sejumlah jurnal internasional bergengsi di dunia. Riset-riset kebudayaan yang dilakukan oleh Bandung Fe Institute memi­ liki peranan yang strategis dalam studi memetika, akuisisi bio­logi evolusioner pada lanskap sosio-kultural. Beberapa ilmu­ wan berpengaruh, seperti Bruce Edmonds dari Manchester Metropolitan University Business School, Inggris, bahkan mengkategorikannya sebagai sebuah aliran tersendiri, memetika mahzab Indonesia. Proses inventarisasi kebudayaan Indonesia tidak hanya menghasilkan karya-karya penelitian, ia juga membawa dampak ekonomi. Riset-riset kebudayaan yang dimotori oleh Hokky Situngkir bersama rekan-rekanya, para peneliti di Bandung Fe Institute, menghasilkan sejumlah produk teknologi inovatif. Tekno­logi yang telah dihasilkan antara lain: perangkat lunak untuk membuat desain batik (fisika batik), algoritma pembuat lagu secara komputasional (fisika musik), dan perangkat lunak arsitektur generatif (arsitektur generatif). Beberapa teknologi tersebut telah diimplementasikan secara ekonomi. AcroBatik, sebuah perusahaan fesyen, menggunakan teknologi fisika batik untuk menghasilkan berbagai variasi motif dan desain batik yang baru. Untuk pengembangan selanjutnya, IACI memiliki 4 program strategis. • Program pertama adalah membuat “Jaringan Basis Data Budaya”. Ada banyak data kebudayaan yang tersebar di berbagai lembaga dan museum pemerintah, museum swasta, kolektor individual dan kantong-kantong kebu­ dayaan lainnya. Saat ini, IACI sedang membangun sebuah platform basis data yang dapat menjembatani hal tersebut.

69

Isi AB 2011.indd 69

7/25/11 12:09 PM


Program ini dilakukan dengan bekerja sama dengan Yayasan Tikar. • Program kedua adalah mewujudkan “Ensiklopedi Budaya Nusantara” yang berkesinambungan. Proses ini berkaitan dengan pengumpulan data partisipatif yang dilakukan melalui situs www.budaya-indonesia.org. Data-data kebudayaan tersebut selajutnya direncanakan akan dikurasi oleh para ahli di bidangnya, sehingga dapat menghasilkan “Ensiklopedi Budaya Nusantara”. Program ini dilakukan oleh IACI dengan bekerjasama dengan Yayasan Tikar. • Program ketiga adalah menyusun “Ensiklopedi Visual Indonesia”. Selama ini, pengetahuan kebudayaan pada umumnya hanya tersaji dalam bentuk teks, sehingga kurang mendapatkan apresiasi dari kalangan generasi muda. IACI berusaha membuat “Ensiklopedi Visual Indonesia” dengan memanfaatkan teknologi foto 3 dimensi yang diciptakan oleh Hokky Situngkir. Saat ini, IACI telah merampungkan purwarupa “Ensiklopedi Visual Indonesia” dengan beberapa objek lokasi yang tersebar di Pulau Jawa. • Program keempat adalah “Nusantara Cultural Heritage State License” atau NCHSL. Tiga konsep perlindungan hukum selama ini (HAKI Konvensional, Lisensi Terbuka dan rancangan WIPO) memiliki kelemahan mendasar dalam melindungi ekspresi budaya tradisional. Untuk itu IACI coba mengusulkan NCHSL. Konsep ini telah dipresentasikan ke Kementrian Budaya dan Pariwisata dan Kementrian Luar Negeri. Untuk memperjuangkan NCHSL, IACI secara aktif turut berpartisipasi dalam sejumlah kegiatan yang dilakukan oleh Kementrian Luar Negeri dalam rangka pertemuan pembahasan di World Intellectual Property Organization (WIPO).

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 70

7/25/11 12:09 PM


Sehari-hari, Hokky Situngkir menjalankan aktivitasnya sebagai peneliti di Departemen Sosiologi Komputasional di Bandung Fe Institute. Sosiologi komputasional adalah sebuah pendekatan kontemporer dalam sains modern, yang lahir dari proses akuisisi perkembangan perangkat analisis komputasional dalam kajian sosiologi. Sinergi tersebut melahirkan ketajaman analisis, yang terkait dengan keterukuran dan keketatan metodologis, yang selama ini menjadi problem tersendiri dalam pendekatan klasik, yang cenderung bersifat kualitatif. Hokky Situngkir telah menghasilkan lebih dari seratus maka足 lah ilmiah. Hasil penelitiannya dimuat di berbagai proceedings konferensi dan jurnal internasional bergengsi lainnya. Di jurnal Physica A, Hokky Situngkir membahas penggunaan persepsi jaring saraf buatan pada peta Poincare data keuangan. Di Journal of Knowledge Management, ia membahas evolusi sistem ekonomi. Selain itu publikasinya juga dimuat di Journal of Social Complexity, Journal of Peace and Conflict Resolution, Journal of Literary Complexity Studies, Journal of Mathematics and Culture, serta berbagai proceedings konferensi dan jurnal internasional bergengsi lainnya. Prestasi-prestasi penelitian tersebut memberikan kesempatan kepadanya untuk tampil dan berbicara di berbagai konferensi ilmiah internasional bergengsi. Di usia 25 tahun, ia telah mendapatkan kehormatan untuk berbicara di Applications of Physics in Financial Analysis untuk mempresentasikan karya足 nya dalam penggunaan persepsi jaring saraf buatan dalam analisis data keuangan. Pada usia 27, ia telah diundang untuk mempresentasikan karyanya dalam kajian studi pasar modal artifisial di New Economic Windows, sebuah pertemuan ekslusif yang diikuti sejumlah penerima Hadiah Nobel dan sangat menentukan arahan kurikulum ekonomi ke depan. Di

71

Isi AB 2011.indd 71

7/25/11 12:09 PM


usia 28, ia telah dipercaya untuk memimpin sesi dalam Joint Conference on Information Sciences. Pada kesempatan itu ia juga mempresentasikan 2 karyanya dalam kajian analisis korupsi dan evolusi produk ekonomi. Selain itu, ia juga diundang untuk mempresentasikan karyanya di International Conference on Computability and Complexity in Analysis, Workshop on Economics and Heterogenous Interacting Agents, Conference on Complexity in Literary Studies dan berbagai konferensi ilmiah internasional bergengsi lainnya. Dalam 2 tahun terakhir, Hokky Situngkir telah mendapatkan 5 penghargaan, untuk karya yang berbeda dari Business Innovation Center bersama Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia. 5 produk inovatif tersebut adalah “Pohon Filomemetika Diversitas Artifak Budaya Indonesia”, “acroBatik: aplikasi batik fisika dan fashion 2.0”, “Generator Lagu dan Melodi Nusantara”, “Visualisasi Kartogram Indonesia” dan “Piringan Kompleksitas Sosial”. Museum Rekor Indonesia (MURI) memberikannya penghargaan “Rekor Dunia” sebagai “Pencipta bagan Database Motif Seni-Batik berdasarkan Perhitungan Matematis dan Geometris”. Hokky Situngkir juga adalah pembimbing berprestasi bagi para peneliti belia, dalam aktivitasnya bersama Surya Research International dan Surya Institute. Beberapa orang siswa binaannya mendapatkan mendali emas di International Conference of Young Scientists dan First Step to Nobel Prize in Physics. Hingga saat ini, Hokky Situngkir telah menerbitkan 5 buah buku. Buku “Solusi Untuk Indonesia” berisi penggunaan sejumlah metode sains kontemporer dalam mengatasi permasalahan sosial di Indonesia. Buku “Aplikasi Fisika dalam Analisis Keuangan”, ditulis bersama Yohanes Surya, Yun Hariadi dan Rendra Suroso, membahas penggunaan pendekatan fisika kontemporer dalam

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 72

7/25/11 12:09 PM


analisis keuangan. Bukunya yang lain adalah “Fisika Batik”, yang ditulis bersama Rolan Mauludy Dahlan, “Jalan Panjang Menuju Sosiologi Komputasional” dan “Practical Handbook for Inventory of Intangible Cultural Heritage of Indonesia”, ditulis bersama Tim Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.

HOKKY SITUNGKIR lahir di Siantar, Sumatera Utara tanggal 7 Februari 1978. Ia menempuh pendidikan di SMP Santo Thomas Medan dan SMA Negeri 1 Medan. Pada tahun 1996, ia melanjutkan pendidikannya ke Jurusan Teknik Elektro ITB. Semenjak remaja, ia telah aktif mengarang fiksi dan menulis lagu, di luar berbagai laporan ilmiah yang berkaitan dengan kegiatan persekolahannya. Selama di ITB, Hokky aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan, termasuk pula di masa ramainya gerakan reformasi 1998 dan pasca reformasi menuju kehidupan yang lebih demokrastis. Ia dianggap sosok organisatoris dan teoretisi gerakan. Hokky mendirikan komunitas Ganesha 10 ITB dan menulis berbagai draft buku yang menjadi acuan gerakan mahasiswa di lingkungan kampus, seperti “Probongkar Otonomi ITB”, “Indonesiaku Indonesiamu” dan “Di Bawah Bayang-bayang Kapitalisme Global”. Di ujung keterlibatannya dalam gerakan mahasiswa, ia diliputi kekecewaan mendalam atas perkembangan teori sosial di tanahair. Kekecewaan tersebut mengantarkannya dalam pergulatan pemikiran teori kompleksitas dan

73

Isi AB 2011.indd 73

7/25/11 12:09 PM


berbagai pendekatan sains kontemporer lainnya. Pada 2002, ia bersama rekan-rekannya mendirikan Bandung Fe Institute, lembaga penelitian kompleksitas sosial pertama di Asia. Saat ini, ia dipercaya sebagai Presiden Bandung Fe Institute. Pertemuan dan diskusi dengan fisikawan Yohanes Surya telah menghantarnya menjadi research fellow di Surya Research International, yang menghasilkan sejumlah karya penelitian ekonofisika yang telah memberi banyak kemajuan ekonofisika nasional. Penelitiannya bersama Yohanes Surya, dan Roy Sembel, mencakup analisis fluktuasi harga dan indeks keuangan, dan penelitian konsultatif di Bursa Efek Jakarta. Belakangan ia menginsiasi pendirian Indonesia Archipelago Cultural Initiatives (AICI), yang menghimpun berbagai data kebudayaan nusantara. Hingga saat ini, ia juga anggota editor dari Journal of Social Complexity, sebuah publikasi ilmiah untuk kajian Kompleksitas Sosial. Hokky Situngkir adalah seorang penikmat karya-karya musik dari Ludwig van Beethoven hingga yang modern. Ia menyukai film-film Stanley Kubrick, dan terinspirasi novel karya Miguel Cervantes, naskah drama Samuel Beckett, dan renungan filosofis Benedict de Spinoza.

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 74

7/25/11 12:09 PM


PENERIMA

Tempo

Tempo

PENGHARGAAN ACHMAD BAKRIE

SAPARDI DJOKO DAMONO (Kesusastraan, 2003) Ia melahirkan kembali puisi lirik, setelah bahasa dan sastra sekadar jadi bagian dari lautan jargon pada paruh pertama 1960-an. Ia membuat lukisan yang sempurna dengan sesedikit mungkin kata, melawan kemubaziran yang menjadi ciri umum dalam bahasa kaum sastrawan maupun bahasa orang ramai.

IGNAS KLEDEN (Pemikiran Sosial, 2003) Ia melancarkan kritik terhadap ilmu-ilmu sosial dengan menggunakan epistemologi, dan kritik terhadap kebudayaan dengan menggunakan ilmu-ilmu sosial. Menurutnya, ilmu-ilmu sosial yang terlalu menekankan relevansi sosial, justru bisa merugikan kehidupan sosial itu sendiri.

75

Isi AB 2011.indd 75

7/25/11 12:09 PM


Tempo

Tempo

NURCHOLISH MADJID (1939–2005) (Pemikiran Sosial, 2004) Ia adalah pemikir Islam pertama di Indonesia yang gigih memisahkan Islam sebagai lembaga dan Islam sebagai agama. Baginya, umat Islam tidak perlu melihat agamanya sebagai sumber tata kelola negara dan legitimasi politik. Dengan menekankan pentingnya rasa hayat kesejarahan dan penghargaan akan tradisi intelektual Islam, ia memperkenalkan keberislaman yang terbuka.

GOENAWAN MOHAMAD (Kesusastraan, 2004) Ia telah membuat bahasa Indonesia mampu mencapai kemungkinan terjauhnya dalam mengucapkan pikiran dan kepekaan modern. Dengan puisi dan esainya, ia membuktikan bahwa bahasa bukanlah sekedar sarana untuk menyatakan kebebasan, melainkan sumber dari kebebasan itu sendiri. (Tahun 2010 Goenawan Mohamad mengembalikan Penghargaan Achmad Bakrie)

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 76

7/25/11 12:09 PM


Erik Prasetya

Erik Prasetya

SARTONO KARTODIRDJO (1921–2007) (Pemikiran Sosial, 2005) Ia memelopori penggunaan ilmuilmu sosial dalam studi sejarah di Indonesia. Sejak kiprahnya, historiografi kita tidak lagi hanya diisi oleh kaum elite, tapi juga orang kecil. Ia menegakkan Indonesiasentrisme yang tak lagi bersifat romantik dan ultranasionalistik.

BUDI DARMA (Kesusastraan, 2005) Di tangannya, bahasa Indonesia piawai menangkap absurditaspengalaman yang pernah dianggap hanya bisa lahir dari khazanah Eropa. Pun dengan realisme yang tak lagi menggurui, ia membeberkan pengalaman otentik yang luput dari apa yang telanjur kita sebut realitas.

77

Isi AB 2011.indd 77

7/25/11 12:09 PM


Ahmad Fuad

Ahmad Fuad

SRI OEMIJATI (1925–2010) (Kedokteran, 2005) Dengan riset parasitologi yang tekun di pelbagai pelosok tanah air, ia telah menyumbang banyak untuk penanganan penyakittropis seperti malaria, schistosomiasis, dan penyakit kaki gajah (filariasis). Temuannya yang terpenting adalah cacing penyebab filariasis, Brugia timori.

ISKANDAR WAHIDIYAT (Kedokteran, 2006) Di Indonesia, ia adalah dokter yang berada di garis depan dalam penelitian thalassemia, penyakit genetis kelanian sel darah merah. Ia melakukan berbagai langkah kelembagaan untuk mencegah perluasan penyakit yang kurang populer namun banyak merenggut hidup anak-anak.

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 78

7/25/11 12:09 PM


Ahmad Fuad

Ahmad Fuad

RENDRA (1935–2009) (Kesusastraan, 2006) Puisi naratifnya adalah jalan lain perpuisian Indonesia yang dikuasai Lirisisme. Dengan mendaur-ulang bahasa orang ramai, ia menunjukkan bahwa modernisme artistik bisa memeluk mesra lingkungan budaya asal. Puisinya membuka kecerdasaan kolektif seraya memelihara kewajaran dan kebaruan bahasa indonesia.

ARIEF BUDIMAN (Pemikiran Sosial, 2006) Dengan teori struktural, ia menerobos kemapanan ilmu-ilmu sosial di Indonesia yang didominasi teori modernisasi. Sebagai sosiolog, ia menghidupkan sikap kritis terhadap teoriteori pembangunan serta penerapannya. Sebagai intelektual, ia terlibat aktif dalam proses perubahan dan demokratisasi di tanah air.

79

Isi AB 2011.indd 79

7/25/11 12:09 PM


Ahmad Fuad

Ahmad Fuad

BALAI BESAR PENELITIAN PADI SUKAMANDI (Teknologi, 2007) Lembaga penelitian dan penerapan teknologi yang terdepan dan menjadi tulang punggung pencapaian swasembada pangan pada dekade 1980-an. Lembaga yang bernaung di bawah Departemen Pertanian ini menemukan dan mengembangkan berbagai varietas padi unggul yang tahan hama, responsif terhadap aplikasi pupuk modern, dengan bulir yang lebih banyak dan lebih gemuk, serta dengan rasa yang enak.

JORGA IBRAHIM (Sains, 2007) Jorga Ibrahim adalah astronom sekaligus matematikawan Indonesia yang berhasil menerapkan karya-karya orisinalnya dalam geometri diferensial yang dipublikasikan, khususnya mengenai tensor holomorf, ruang Kahler dan deformasi aljabar, untuk menelusuri struktur-struktur alam semesta. Ia telah membuka jalan bagi studi astronomi teoretis di negeri ini, setelah dua puluhan tahun sebelumnya terjebak hanya dalam astronomi pengamatan.

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 80

7/25/11 12:09 PM


Ahmad Fuad

Tempo

FRANZ MAGNIS SUSENO (Pemikiran Sosial, 2007) (Franz Magnis Suseno menolak Penghargaan Achmad Bakrie 2007). Ia merupakan ilmuwan Indonesia yang paling gigih membahas masalah-masalah bangsa dari sudut etika selama empat darsawarsa terakhir. Etika, di mata Magnis Suseno, bukanlah moral,melainkan telaah kritis dan sistematis tentang ajaran moral, yang membuat warga negara sanggup mengembangkan sendiri moralitas baru maupun memperbarui moralitas lama.

PUTU WIJAYA (Kesusastraan, 2007) Putu Wijaya adalah pendongeng pascamodern. Dengan segenapnovel, cerita pendek dan naskah dramanya, ia bisa berdiri di titik avant garde, seraya gemar menyerap budaya massa. Bahasa sastra baginya bukan sekadar bahasa tinggi, namun merangkum seluruh ragam bahasa yang mungkin ada.

81

Isi AB 2011.indd 81

7/25/11 12:09 PM


Ahmad Fuad

Ahmad Fuad

SANGKOT MARZUKI (Kedokteran, 2007) Sangkot Marzuki termasuk ilmuan pertama yang membuktikan bahwa akumulasi mutasi dalam DNA mitokondria berperan penting dalam proses penuaan manusia. Di bawah kepemimpinannya, Lembaga Eijkman, sebuah institusi /penelitian di bidang biologi molekuler, melakukan sejumlah riset penting seperti keanekaragaman genome manusia dan /penyakit genetika sel darah.

LAKSANA TRI HANDOKO (Sains, 2008) Satu dari sejumlah fisikawan di dunia ini yang merintis usaha memburu apartikel Higgs yang berperan menjawab pertanyaan fundamental fisika “dari mana datangnya massa benda�. Ia juga pelopor reproduksi yang utuh akan Model Standar partikel elementer dengan menggunakan aljabar SU (6). Telaahnya yang berbasis eksperimen maupun kajian teoritis menjadi rujukan penting bagi kancah fisika dunia mutakhir.

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 82

7/25/11 12:09 PM


Ahmad Fuad

Ahmad Fuad

PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (Teknologi, 2008) Dengan meneliti, menghimpun dan menemukan berbagai pengetahuan dan teknologi kelapas sawit, lembaga ini termasuk paling maju di dunia dalam bidangnya. Banyak negara mengandalkan rencana pengembangan perekonomian kelapa sawit kepadanya. Dengan sumbangannya pula, sejak 2007 Indonesia menjadi negara penghasil minyak sawit mentah terbesar di dunia.

TAUFIK ABDULLAH (Pemikiran Sosial, 2008) Sejarahwan yang menggunakan berbagai disiplin ilmu sosial seperti antologi, sosiologi, politik dan ekonomi dalam historiografi Indonesia. Karyakaryanya adalah kritik terhadap historiografi yang menghadirkan masa silam sebagai pembenar untuk apa yang terjadi di masa kini. Ia selalu mengingatkan bahwa sejarah gampang tergelincir menjadi alat propaganda dan mitos yang menyesatkan.

83

Isi AB 2011.indd 83

7/25/11 12:09 PM


Ahmad Fuad

Ahmad Fuad

SUTARDJI CALZOUM BACHRI (Kesusastraan, 2008) Penyair yang tiada henti merebut kembali hidup kata yang terlanjur dibaku-bakukan dalam kamus dan konvensi. Dalam puisinya, bahasa seakan dikembalikan kepada kondisinya sebelum tunduk kepada hukum tata bahasa. Menemukan kembali mantra, Sutardji meradilkan puisi bebas sekaligus memulihkan tenaga bahasa yang terlanjur dimelaratkan oleh komunikasi massa.

MULYANTO (Kedokteran, 2008) Pembaharu imunokromato足 grafi untuk mendeteksi malaria, hepatitis B, hepatitis C, dan HIV. Metode dan perangkat temuannya mampu memotong rantai proses di laboratorium uji klinis yang panjang dan mahal. Inovasinya menyumbang banyak bagi diagnosis penyakit-penyakit tersebut di kalangan masyarakat kurang mampu.

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 84

7/25/11 12:09 PM


Ahmad Fuad

Ahmad Fuad

PANTUR SILABAN (Sains, 2009) Ia adalah orang Indonesia pertama yang mendalami teori relativitas umum. Silaban berhasil membangun persamaan gerak relativistik untuk partikel titik. Di kancah internasional, karya yang kemudian dikembangkannya bersama Joshua Goldberg ini digunakan oleh para fisikawan yang datang kemudian untuk mempelajari gerak partikel disekitar lubang hitam dan bintang neutron.

DANARTO (Kesusastraan, 2009) Ia memperluas pengertian relisme dalam sastra Indonesia. Berbagai cerita pendeknya menunjukkan warisan masa lalu yang selalu mengganggu hukum sosial itu. Ia memanfaatkan berbagai khazanah dominan seperti Jawa dan Islam, namun senantiasa mengambil sisi tersembunyi yang berwatak subversif daripadanya.

85

Isi AB 2011.indd 85

7/25/11 12:09 PM


Ahmad Fuad

Ahmad Fuad

SAJOGJO (Pemikiran Sosial, 2009) Ia memberikan sumbangan besar dalam menjelaskan garis kemiskinan, kemiskinan relatif, kemiskinan absolut, indeks ukur kemiskinan, elastisitas kemiskinan, dan berbagai ukuran distribusi. Menurutnya, garis kemiskinan yang relevan untuk negara berkembang seperti Indonesia adalah yang langsung merefleksikan kebutuhan hidup terpenting, yaitu kecukupan pangan, yang terwakili oleh beras.

AG. SOEMANTRI (Kedokteran, 2009) Di Indonesia, Agustinus Soemantri Hardjojuwono merintis cangkok sumsum tulang untuk para penderita talasemia dan leukimia. Dengan meneliti anak-anak berusia enam tahun ke atas, dokter anak cum hematolog ini juga menemukan bahwa kekurangan asupan zat besi bisa menghambat pertumbuhan fisik dan mental anak.

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 86

7/25/11 12:09 PM


Ryanto

Ahmad Fuad

WARSITO P. TARUNO (Teknologi, 2009) Ia menemukan dan terus mengembangkan electrical capacitance volume tomography (ECVT), yakni suatu teknologi tomografi volumetrik berdimensi empat. Dengan trobosan besar ini, ruang dalam mesin dan manusia serta berbagai dinamik yang bekerja di dalamnya bisa tergelar jelas dengan citraan tiga dimensi dan seketika. Temuannya diperkirakan akan mempengaruhi nanoteknologi dan kedokteran.

SJAMSOE’OED SADJAD (Teknologi, 2010) Sjamsoe’oed Sadjad merintis pengembangan ilmu dan teknologi benih di Indonesia. Ia membangun laboratorium produksi, penyimpanan dan analisa benih tanaman pangan yang disesuaikan dengan kondisi alam dan kebutuhan Indonesia. Sembari mengupayakan tumbuhnya industri benih modern Indonesia, ia menghendaki agar ada strategi pembangunan pertanian yang mampu menopang kedaulatan pangan tanah air.

87

Isi AB 2011.indd 87

7/25/11 12:09 PM


Hendra Suhara / Tempo

Ryanto

DAOED JOESOEF (Pemikiran Sosial, 2010) (Daoed Joesoef menolak Penghargaan Achmad Bakrie 2010) Daoed Joesoef tak pernah lelah menunjukkan bahwa semangat ilmiah adalah basis peradaban modern. Ia senantiasa memperjuangkan rasionalisme ke dalam sistem pendidikan formal yang harus berfungsi sebagai komunitas ilmu, sembari menghidupkan secara kreatif kekayaan khazanah kultural Indonesia. Dengan tulisan-tulisannya yang merambah berbagai disiplin, ia menerjemahkan rasionalisme dan pencerahan ke dalam konteks kebangsaan Indonesia.

SITOR SITUMORANG (Kesusastraan, 2010) (Sitor Situmorang menolak Penghargaan Achmad Bakrie 2010) Sitor Situmorang telah membuktikan bahwa puisi bisa menjadi sangat modern dengan kembali kepada bentuk-bentuk tradisional seperti syair, pantun dan sonet. Dan ini adalah jawaban telak terhadap puisi bebas, yang pada masa Chairil Anwar dan setelahnya kerap menghasilkan kebaruan semu. Puisi Sitor menampilkan sosok aku yang terombang-ambing antara kampung halaman dan dunia, memasuki berbagai lingkungan budaya secara berani dan berisiko, untuk menolak penjara kebangsaan.

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 88

7/25/11 12:09 PM


Ryanto

Ryanto

DANIEL MURDIYARSO (Sains, 2010) Daniel Murdiyarso adalah anggota IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) yang bersama Al Gore beroleh Hadiah Nobel Perdamaian 2007. Kerja ilmiah Murdiyarso berkisar pada penggunaan lahan, kehutanan, dan perubahan iklim. Selain ikut membuat IPCC beroleh Nobel, riset itu menerangi sekaligus mengubah persepsi para pengambil keputusan mengenai kaitan antara penggunaan lahan, pengelolaan hutan, dan perubahan iklim dunia akibat ulah manusia.

S. YATI SOENARTO (Kedokteran, 2010) S. Yati sudah bekerja selama empat dekade untuk menangkal diare yang dulu menjadi pembunuh anak-anak nomor satu di dunia. Ia dan timnya menemukan bahwa penyebab terbesar diare adalah rotavirus, bukan bakteri atau parasit. Penemuan ini mengubah metode pengobatan diare yang terlalu banyak mengandalkan antibiotika dan antiparasit. Bekerja sama dengan Ruth Bishop, penemu rotavirus pertama di dunia, ia juga mengembangkan vaksin rotavirus yang harganya lebih murah.

89

Isi AB 2011.indd 89

7/25/11 12:09 PM


Ryanto

RATNO NURYADI (Hadiah Khusus, 2010) Ratno Nuryadi berhasil membuat Mikroskop Gaya Atom (Atomic Force Microscope, AFM) untuk pengukuran material berskala nanometer (sepermilyar meter) dengan harga yang lebih murah dari AFM yang beredar di pasar internasional. AFM buatan dalam negeri ini dianggap membuka sekaligus mempermudah jalan bagi para ilmuwan, perekayasa dan peneliti memasuki wilayah renik, yang pengelolaannya bisa memecahkan banyak masalah dan membuka berbagai peluang yang tak terbanyangkan sebelumnya.

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 90

7/25/11 12:09 PM


PANITIA PENGHARGAAN ACHMAD BAKRIE 2011 Pelindung Aburizal Bakrie, Penasehat Anindya N. Bakrie, Ketua Umum A. Ardiansyah Bakrie, Ketua Rizal Mallarangeng, Hisyam Sulaiman, Sulaeman Sakib, Dudi Hendrakusuma, Karaniya Dharmasaputra, Ketua Program Sulaeman Sakib, Panitia Penjurian Nirwan Arsuka. PANITIA OFF AIR Ketua Pelaksana-Koordinator Zoraya Perucha, Anggota Sugianto Tandra, Hidayaturohman, Dian Indarti, Siddharta Moersjid. Sekretaris Tendry Z. M, Wakil Nadya An Nahdy, Sri Hartini Bendahara/Budget Mahzil Febri, Diarno Koordinator Pers Raldy Doy, Anggota Yasmin Sanad, Suwarjono Koordinator Undangan, Protokoler & Penerima Tamu Zoraya Perucha Undangan Siti Hennari, Marchelly, Bayu Nimpuno, Joel F., Nadya An Nahdy, Catherine Kusumarini, Jimmy Sameylanda, Dian Indarti, Lia Sugihartini, Fransisca Olivia, Feri Damayanti Protokoler & Penerima Tamu Siti Hennari,Tendry Z., Marchelly, Joel F., Bayu Nimpuno, Bambang Priatmono, Setiadi Ihsan, Chaerul Azis, Muzakir, Agatha D. Asih, Yoka, Catherine Kusumarini, Jimmy Sameylanda, Raldy Doy, Amanullah Hasan, Ivan Haris, M. Teguh Buku Acara Eru Gunawan, Didik Budiarto Koordinator Merchandise Edwin N. Anggota Shella Ranti, Tri Wibowo, Adrian Ariez Koordinator Dokumentasi Agung Izzulhaq Anggota Ryanto, Mira DY, Deta Ardian Promo Off Air Didik Budiarto, Vera Yolandasari, Adrian Ariez Perlengkapan, Perizinan, Keamanan Machfud Maulana Konsumsi Tiara Tarina PANITIA ON AIR Penanggung Jawab Produksi Sulaeman Sakib, Penanggung Jawab Kreatif & Content Ade S. Pepe Penanggung Jawab Penunjang Produksi (Tehnik) Imam Santosa, (Supporting) Arief Budianto, Penanggung Jawab Budget Ade S. Pepe, Technical Director Imam Santosa, Executive Producer Hendri Hutagalung, Producer Deden M. Ramdan, Don Meyler, Jafar Shodiq, Wawan Sumarno, Co Producer Tatan Rustandar, Ilhamsyah Penanggung Jawab Siaran tvOne Imam Santosa Penanggung Jawab IT Wisnu Ulandaru, Penanggung Jawab Set & Property Yana Setia Permana, Penanggung Jawab TX dan ME Guntur Prihandono, Penanggung Jawab Stylist Nanie Rahmat, Penanggung Jawab CB Off Air Didik Budiarto, Deny Amarwanto, Promo On Air Dian Indarti, Jade Irfianta, Adrian Ariez.

91

Isi AB 2011.indd 91

7/25/11 12:09 PM


Penyelenggara juga mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang membantu terselenggaranya acara Penghargaan Achmad Bakrie 2011 ini: Prof. Dr. Sangkot Marzuki (Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia), Dr. Prijo Sidipramono, SpRad (K) (Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia), Prof. Dr. Agus Purwadianto (Universitas Indonesia), Dr. Ryu Hasan SpBS (Tahir Neuroscience Centre Jakarta), Prof. Dr. Bungaran Saragih (Institut Pertanian Bogor), Prof. Dr. Bayu Krishnamurti (Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia), Prof. Dr. Amin Soebandrio (Deputi Bidang Pengembangan Sistem Iptek Nasional, Kemenristek), Prof. Dr. Purwiyatno Hariyadi (Institut Pertanian Bogor), Dr. LT Handoko (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), JJ Rizal (Komunitas Bambu), Fachruddin M. Mangunjaya (Conservation International), dan banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu di sini.

Penghargaan Achmad Bakrie 2011

Isi AB 2011.indd 92

7/25/11 12:09 PM



Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.