25 minute read

Kembali Berwisata

andemi Coronavirus, Covid-19, telah

Pmengubah banyak segi kehidupan. Berbagai sektor juga terdampak, bahkan sangat parah. Sektor wisata, misalnya.

Advertisement

Namun seiring dengan berjalannya waktu dan langkah penanganan pandemi dengan protokol kesehatan yang terus digiatkan, industri pariwisata kini mulai bergeliat kembali.

Destinasi-destinasi wisata di berbagai daerah di Tanah Air sudah mulai dibuka. Masyarakat yang telah sekian lama “berdiam diri di rumah” juga sudah mulai keluar menuju destinasi-destinasi wisata. Geliat liburan akhir pekan juga sudah mulai bernadi seperti semula.

Ini melambungkan harapan dan optimisme. Meski, kewaspadaan tetap harus terus ditingkatkan. Karena, sejatinya, wabah ini belum berakhir.

Geliat pariwisata ini perlu terus dijaga agar tidak terhambat oleh kemungkinan munculnya cluster Covid-19, ketika banyak orang datang dan berwisata di suatu destinasi.

Karena itulah, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif gencar melakukan sosialisasi dan simulasi penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability) dalam berwisata. Aturan bakunya, seluruh stakeholders yang terlibat harus memperhatikan protokol kesehatan untuk mengantisipasi risiko penyebaran virus Covid-19 di tempat wisata.

Dalam edisi ini, Event Guide hadir untuk memotret kebangkitan pariwisata yang sudah dibuka di tengah situasi wabah ini. Lebih jauh mengenai kebangkitan industri pariwisata ini, simak Event Guide edisi Oktober 2020. Selamat berwisata dan selamat membaca Event Guide edisi ini!

Pariwisata Rebound

Pelan tapi pasti, industri MICE bidang pariwisata bangkit setelah terpuruk dihantam wabah virus corona Covid-19.

ejumlah destinasi di berbagai

Sdaerah di Tanah Air telah mulai dibuka untuk umum. Masyarakat pun mulai keluar pergi ke tempattempat wisata setelah sekian lama harus betah “di rumah saja” sesuai dengan anjuran pihak berwenang untuk memotong alur penyebaran wabah.

Berbagai destinasi pun mulai berbenah. Berbagai terobosan baru dipersiapkan menyambut bangkitnya pariwisata pasca

pandemi ini.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berupaya mengidentifikasi dan mengatur strategi untuk mencari peluang sektor pariwisata di masa normal baru ini.

Direktur

Hubungan Antarlembaga Kemenparekraf, K Candra Negara menyebutkan Kemenparekraf telah mengidentifikasi peluang pariwisata di era adaptasi kebiasaan baru yaitu dengan fokus pada segmen wisatawan nusantara (wisnus) untuk tahap awal hingga fokus pada subsektor utama yaitu ekraf dan hotel. “Kami juga memfokuskan pada pemulihan subsektor unggulan, yaitu kuliner, fesyen, dan kriya. Karena ketiganya memiliki kontribusi yang paling besar. Kemenparekraf juga menginisiasi berbagai kampanye atau tagartagar seperti #DiIndonesiaAja, #DiBaliAja, #DiSulawesiAja, dan sebagainya. Tagar-tagar ini mengajak wisnus berwisata di dalam

negeri,” jelas Candra.

Selain itu melakukan inovasi teknologi seperti interactive maps, guide dan kemudahan metode pembayaran dengan nontunai. Tujuannya agar wisatawan akan konsisten menerapkan protokol kesehatan yaitu meminimalkan adanya kontak langsung.

Penerapan protokol kesehatan wajib dilaksanakan dengan tujuan untuk menjaga keamanan, khususnya kesehatan masyarakat dan wisatawan yang datang berkunjung.

Semua hal kini disiapkan untuk menyongsong boomingnya industri pariwisata pasca-pandemi ini. Kini npemerintah fokus mengembangkan 5 Destiansi Super Prioritas (DSP).

“Program ke depan akan difokuskan pada pemulihan pariwisata terutama mengembangkan 5 destinasi prioritas yakni Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio.

Selain itu, persiapan juga dilakukan dengan menggelar simulasi penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability) dalam berwisata MICE. Salah satunya adalah simulasi yang digelar di kawasan Ledok Sambi di lereng Gunung Merapi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Simulasi ini bertujuan untuk memberikan gambaran pentingnya penerapan protokol kesehatan dalam pelaksanaan wisata MICE.

Terkait dengan protokol kesehatan dalam wisata MICE ini, Kemenparekraf juga menggelar sosialisasi program CHSE di 9 destinasi MICE. Yakni Yogyakarta, Bandung, Medan, Surabaya, Manado, Lombok, Banten (mewakili Jakarta), Semarang, dan Batam. Rangkaian kegiatan akan dimulai dari 24 September hingga 9 Oktober 2020.

Sosialisasi CHSE diadakan untuk menekankan pada penerapan prosedur standar pelaksanaan kegiatan MICE. Ada aturan teknis spesifik, sesuai dengan panduan yang telah dibuat oleh asosiasi dan industri MICE sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

5 Destinasi Super Prioritas Bersolek

Tahun 2021 industri pariwisata Indonesia diprediksi bakal 'panen'. Pemerintah pun bergerak cepat, khususnya pengembangan 5 Destinasi Super Prioritas.

okus mengembangkan 5 Destiansi

FSuper Prioritas (DSP) ditegaskan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio. Menurutnya pemulihan ekonomi di sektor pariwisata akibat pandemi Covid-19 secara umum jadi program besar pemerintah di tahun 2021 dengan juga memperhatikan perkembangan aspek 3A (atraksi, aksesibilitas, dan amenitas) di destinasi, khususnya di 5 Destinasi Super Prioritas (DSP).

“Program ke depan akan difokuskan pada pemulihan pariwisata terutama mengembangkan 5 destinasi prioritas yakni

Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang,” kata Wishnutama. Lebih lanjut, kebijakan mulai tahun depan juga akan ditekankan pada upaya peningkatan pada 2P yaitu promosi dan partisipasi pelaku usaha swasta.

Di sisi lain akan dilakukan pendekatan storynomics tourism yang mengedepankan narasi, konten kreatif, living culture, dan kekuatan budaya, serta pemanfaatan skema KPBU dalam membangun pusatpusat hiburan, seperti theme park yang akan menyerap banyak wisatawan. Menurut dia, pengembangan pariwisata tidak sekadar membangun infrastruktur atau membuat event. Ada hal penting juga yaitu meningkatkan interpretasi terhadap suatu tempat atau destinasi pariwisata.

“Storynomics tourism, misalnya, yang merupakan sebuah formula pendekatan pariwisata yang mengedepankan narasi, konten kreatif, dan kehidupan budaya, serta menggunakan kekuatan budaya sebagai DNA destinasi," kata Wishnutama.

Mengemas keindahan pariwisata Indonesia dalam satu cerita itu menjadi hal yang penting dalam rencana pengembangan sektor pariwisata khususnya di 5 DSP pada tahun 2021. "Tentunya melalui sejumlah strategi ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih luas mengenai cerita-cerita

menarik di balik destinasi wisata super prioritas tersebut," terangnya.

Ruang Kreatif

Meski masih pandemi pengembangan 5 DSP terus dikebut. Terlihat rencana Kemenparekraf membentuk creative hub di 5 DSP dalam kurun waktu setahun ke depan.

“Kami akan membangun creative hub di 5 destinasi super prioritas dalam kurun waktu 2020 hingga 2021,” kata Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf/Baparekraf, Hari Santosa Sungkari.

Creative Hub ini nantinya dapat menjadi pusat kegiatan bagi para lelaku industri kreatif yang ada di sekitar kawasan DSP. "Perencanaan pembangunan creative hub untuk di Toba akan dibangun di Samosir, Borobudur di Semarang, Likupang di Manado, di Labuan Bajo, dan Mandalika,” katanya.

Proses pembangunan creative hub di Labuan Bajo sudah mencapai 60 persen dan ditargetkan akan rampung pada akhir 2020. Sementara, untuk creative hub di empat destinasi lainnya masih dalam taraf perancangan dan perencanaan. "Kami pastikan Creative Hub di Labuan

Bajo terus berproses. Untuk target tahun ini, lebih ke serah terima hasil pekerjaan interior. Artinya, tahun depan baru kita bangun," ujar Hari.

Creative Hub sendiri menjadi wadah bagi pelaku kreatif lokal di DSP untuk memaksimalkan potensi masyarakat, melalui kegiatan seperti workshop, showcase, event kreatif mingguan, dan sebagainya. "Creative hub ini nantinya diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas serta kesejahteraan dari para pelaku industri kreatif yang ada di sekitar 5 Destinasi Super Prioritas seperti para pengrajin suvenir, seniman, pengusaha kuliner, dan fotografer," sebut Hari.

Berbenah

Sementara itu, Direktur Utama Badan Otorita Pariwisata (BOP) Labuan Bajo Flores, Shana Fatina, mengatakan pihaknya masih terus mempersiapkan pembangunan sarana dan prasarana di Labuan Bajo untuk menjadikannya sebagai destinasi wisata

premium.

Selain itu, pembangunan fasilitasfasilitas seperti renovasi Bandara Komodo, pembangunan hotel dan Marina Labuan Bajo Conference Room salah satunya bertujuan untuk mempersiapkan Labuan Bajo sebagai tuan rumah KTT G20 dan Asean Summit yang akan digelar pada 2023.

“Kami juga mendorong agar wisatawan yang datang adalah wisatawan yang punya spending tinggi atau 1500 dolar AS pervisit perorang dan kami fokus mengembangkan high spending activities. Selain mendorong penyediaan fasilitas premium, kami juga mendorong agar sumber daya manusia yang mengelola juga berkualitas,” ucap Shana.

Mandalika juga terus berbenah. Direktur Pengembangan Indonesia Tourism Development Corporation (IITDC), Edwin Darmasetiawan, mengatakan ada sejumlah pembangunan fasilitas penunjang di sekitar Kawasan Mandalika. Diantaranya penyelesaian sirkuit ajang balap Moto GP yang digelar Oktober 2021, pembangunan jalur by pass sepanjang 18 kilometer dari Bandara Internasional Lombok ke kawasan Mandalika, perluasan jalan provinsi, dan pemugaran bandara.

Kawasan Danau Toba tak mau ketinggalan. Salah satunya pembangunan Bandara Sibisa di Ajibata, Kabupaten Rantau Parapat, khusus landasan private jet. Lalu pembangunan 10 desa wisata di Danau Toba. Rinciannya yaitu Kabupaten Humbang

Hasundutan (tiga desa), Kabupaten Toba (empat desa) dan Kabupaten Tapanuli Utara (tiga desa).

Dari semua desa tersebut yang tengah dibenahi diantaranya perbaikan akses jalan (tujuh desa), penyediaan air bersih (lima desa), pelatihan SDN (tiga desa), dan perbankan rumah adat (dua desa).

Borobudur di Jawah Tengah sudah mempersiapkan akses masuk melalui jalur udara. Ada 4 bandara yang bisa didatangi wisatawan yakni Bandara Internasional Ahmad Yani (Semarang), Bandara Internasional Adi Soemarmo (Solo), Bandara Internasional Adisutjipto, dan Bandara Internasional Yogyakarta (DIY). Selain itu, bekerja sama dengan penggiat pariwisata setempat terus menerapkan dan menegakkan protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety, And Environmental Sustainability) di berbagai destinasi wisata yang ada di bawah koordinasi BOP Borobudur. Deputi bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Odo RM Manuhutu, mengungkapkan pembangunan creative hub dan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya di 5 DSP bertujuan untuk menghasilkan destinasi berkualitas yang dapat dinikmati oleh wisatawan dan warga sekitar destinasi. "Pembangunan destinasi super prioritas diharapkan dapat memberdayakan masyarakat serta mengedepankan aspek pembangunan ekonomi berkelanjutan yang juga memperhitungkan kelestarian lingkungan," tutur Odo.

Destinasi Wisata Bergerak Bangkit

Berbagai daerah tujuan wisata mulai berbenah. Berbagai terobosan baru tengah dipersiapkan menyambut bangkitnya pariwisata Indonesia.

inerja pariwisata menurun

Kdrastis semenjak pandemi Covid-19. Bahkan diprediksikan total wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia selama 2020 hanya 5 juta wisatawan, dari tahun sebelumnya sebanyak 17 juta wisatawan.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berupaya mengidentifikasi dan mengatur strategi untuk mencari peluang sektor pariwisata di masa normal baru untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional. "Estimasi pariwisata di Indonesia mengalami penurunan hingga 60 persen. Kalau pemulihannya berjalan lebih lambat, dampaknya bisa mencapai 80 persen. Maksudnya lebih lambat itu kalau aktivitas normal tidak segera dimulai hingga Desember 2020," kata Direktur Hubungan Antarlembaga Kemenparekraf, K. Candra Negara.

Candra menyebutkan Kemenparekraf telah mengidentifikasi peluang pariwisata di era adaptasi kebiasaan baru yaitu dengan fokus pada segmen wisatawan nusantara (wisnus) untuk tahap awal hingga fokus pada subsektor utama yaitu ekraf dan hotel. "Kami juga memfokuskan pada pemulihan subsektor unggulan, yaitu kuliner, fesyen, dan kriya. Karena ketiganya memiliki kontribusi yang paling besar. Kemenparekraf juga menginisiasi berbagai kampanye atau tagartagar seperti #DiIndonesiaAja, #DiBaliAja, #DiSulawesiAja, dan sebagainya. Tagar-tagar ini mengajak wisnus berwisata di dalam negeri," jelas Candra.

Selain Itu melakukan inovasi teknologi seperti interactive maps, guide dan kemudahan metode pembayaran dengan nontunai. Tujuannya agar wisatawan akan konsisten menerapkan protokol kesehatan yaitu meminimalkan adanya kontak langsung. "Bisa juga dengan direct flight, memberikan penawaran khusus seperti hot deals, dan yang tidak boleh ditinggalkan juga adalah penerapan clean, healthy, and safety protocol di destinasi wisata," ujarnya.

Pemulihan

Berbagai kesiapan maupun pembenahan tempat wisata terus dipersiapkan dan disempurnakan . Istilah 'Rebound' dipergunakan untuk menunjukkan selepas pandemi mereda wisatawan bisa datang dengan aman, nyaman dan sesuai protokol kesehatan. Seperti yang dilakukan Kalimantan Barat, pemulihan pariwisata dan ekonomi kreatif melalui program 'Singkawang 'Rebound'. Kemenparekraf memberikan pendampingan, mulai dari persiapan hingga pembukaan kembali destinasi wisata yang berpedoman pada protokol kesehatan untuk meningkatkan indikator Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE).

Dukungan yang diberikan berupa penguatan sapta pesona dan revitalisasi amenitas, berupa fasilitas alat pendukung kebersihan, kesehatan, dan keamanan antara lain wastafel, sapu pantai, tempat sampah, thermogun, disinfektan, hingga pemasangan signage atau rambu sapta pesona.

Lalu Bintan di Kepulauan Riau kurang lebih melakukan hal sama. Bintan menjadi tujuan wisata yang paling siap menerapkan protokol kesehatan dengan kondisi terkini masuk dalam zona hijau dan berada di lintas perbatasan antarnegara.

Artinya Bintan menjadi pengungkit pertama sektor pariwisata Indonesia yang telah berhasil menerapkan protokol kesehatan CHSE. Apalagi Bintan merupakan one of the lowest hanging fruit dan yang memiliki potensi besar untuk pengembangan pariwisata ke depan.

Kalimantan Timur memulihkan

pariwisatanya lewat “Derawan Rebound”. Program ini menjadi salah satu upaya Kemenparekraf/Baparekraf untuk pemulihan destinasi wisata agar siap kembali dikunjungi dan dinikmati wisatawan dengan penerapkan protokol kesehatan CHSE. Ada Desa Adat Wae Rebo di NTT, setelah 6 bulan tutup karena pandemi akhirnya kembali dibuka. Wisatawan yang berkunjung ke desa yang memiliki tujuh bangunan rumah berbentuk kerucut itu, diwajibkan untuk mematuhi protokol kesehatan CHSE.

Penerapan protokol kesehatan wajib dilaksanakan dengan tujuan untuk menjaga keamanan, khususnya kesehatan masyarakat dan wisatawan yang datang berkunjung.

Desa Adat Wae Rebo merupakan salah satu destinasi wisata unggulan Kabupaten Manggarai. Terletak di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl), Wae Rebo merupakan salah satu desa tertinggi yang ada di Indonesia dengan pemandangan yang indah dan dikelilingi pegunungan. Pemerintah Provinsi DIY telah menyusun protokol kesehatan yang harus diterapkan setiap pelaku pariwisata dan wisatawan yang datang berkunjung ke Yogyakarta. Aturan ini dikenal dengan sebutan "Pranatan Anyar Plesiran Jogja". Pemerintah Yogyakarta juga membentuk ekosistem digital di sektor kemenparekraf dengan meluncurkan aplikasi "visiting jogja". Aplikasi ini wisatawan bisa melakukan reservasi dan pembayaran hotel serta mengakses berbagai data dan informasi mengenai destinasi wisata di Yogyakarta.

Tidak semua destinasi wisata di Yogyakarta dibuka. Hanya destinasi yang sudah lulus uji coba penerapan protokol kesehatan dengan izin dari Tim Gugus Tugas Penanganan Covif19 Yogyakarta dan pemerintah setempat serta telah menerima plakat "Jogja Clean & Safe". Selain itu, memberdayakan wisatawan lokal melalui program #DiJogjaAja.

Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah,

Sinoeng Noegroho Rachmadi, berupaya menerapkan protokol kesehatan berbasis CHSE di berbagai destinasi wisata yang ada di daerahnya. Selain itu, pihaknya tengah berupaya menghidupkan kembali geliat pariwisata Jawa Tengah melalui pengembangan wisata virtual. "Destinasi seperti Candi Borobudur, Lawang Sewu, dan Museum Sangiran sudah mulai menerapkan wisata virtual. Selain itu ada beberapa acara yang dilakukan secara daring dan luring seperti Rally Wisata, Tour de Borobudur, dan Borobudur Marathon," kata Sinoeng.

Ada beberapa acara kesenian di Jawa Tengah yang dapat disaksikan secara langsung lewat media sosial. Di antaranya Festival Kota Lama, Festival Payung, dan Moro Borobudur.

Di Jawab Timur, Kemenparekraf membangkitkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif melalui Gerakan Pakai Masker (GPM) dan Gerakan Bersih, Indah, Sehat, dan Aman (BISA) di tiga destinasi wisata yakni Pantai Pulau Santen (Banyuwangi), Taman Wisata Air Wendit (Malang) dan Puncak Seruni (Probolinggo).

Acara ini untuk mengajak para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif menjaga kebersihan dan kelestarian alam di destinasi wisata. Sekaligus meningkatkan nilai kebersihan dalam Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI). "Gerakan ini diharapkan dapat menciptakan rasa aman dan membangkitkan kepercayaan wisatawan untuk berkunjung ke destinasi wisata di tanah air," kata Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf/ Baparekraf R. Kurleni Ukar.

Potensi Destinasi

Di sisi lain Kemenparekraf melihat Archipelago Tourism dan Marine Tourism sangat potensial menjadi modal pariwisata berkelanjutan di era adaptasi kebiasaan baru. "Potensi bahari dan potensi kepulauan di Indonesia dapat menjadi modal dalam meningkatkan kualitas pariwisata serta membangun sustainable tourism. Karena, Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, mulai dari pantai yang indah serta berbagai macam kepulauan unik yang dapat kita gali potensi wisatanya. Sehingga wisata bahari dan wisata kepulauan Indonesia dapat menjadi top of mind bagi wisatawan,” ungkap Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kemenparekraf/Baparekraf, Frans Teguh.

Indonesia mendapat predikat terbaik dalam kategori marine tourism. Hal ini dapat dilihat dari pusat terumbu karang dunia yang 65 persen dimiliki oleh Indonesia. Ada tiga jenis wisata yang terkait dengan terumbu karang yaitu wisata diving snorkling atau sering disebut wisata bawah air, lalu wisata memancing, dan pusat surfing dunia. Itu yang membuat marine tourism Indonesia memiliki keunggulan.

Indonesia memiliki 52 wisata surfing, terdapat 68 lokasi wisata diving dan 20 lokasi wisata memancing. Destinasi wisata yang memiliki potensi terumbu karang yakni

di Wakatobi, karena memiliki luas terumbu karang 54,500 hektare. NTT memiliki pulau terbanyak berjumlah 1.192 buah. Pulau- pulau tersebut memiliki kandungan potensi pariwisata yang sangat eksotik, baik wisata alam, wisata budaya, dan wisata baharinya.

Memanfaatkan potensi archipelago tourism dan marine tourism NTT berencana menjadikan potensi pariwisatanya sebagai ring of beauty tourism. Salah satunya menyiapkan kapal pesiar bagi wisatawan untuk berkeliling ke seluruh destinasi wisata yang ada di NTT.

Potensi sport tourism Indonesia juga tak kalah besar. Sport tourism telah menjadi tren pariwisata baru yang pasarnya sangat luas, sangat besar yang akan memberikan multiplier effect pada kegiatan ekonomi masyarakat.

Indonesia terbilang sukses menggelar berbagai sport tourism bertaraf internasional yang bisa menjadi daya tarik pariwisata Indonesia. Seperti Asian Games, Tour de Banyuwangi Ijen, Ironman Bintan, Jogja International Heritage Walk, Borobudur Marathon dan banyak lainnya.

Salah satu ajang olahraga internasional yang akan dibidik pemerintah adalah penyelenggaraan MotoGP 2021 yang akan berlangsung di sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada Oktober 2021. Menurut Presiden Joko Widodo peluang pengembangan sport tourism semakin besar pasca pandemi nanti, masyarakat akan lebih memilih berolahraga di tempat terbuka, dan di alam bebas. "Indonesia mempunyai banyak tempat indah mulai dari gunung, laut, dan danau. Selain alamnya indah, juga kaya akan seni dan budaya dan bisa dimanfaatkan untuk berbagai acara olahraga seperti terbang layang, menyelam, bersepeda, atletik, dan olahraga rekreatif lainnya," jelasnya.

Satu lagi potensi pariwisata yang bisa dikembangkan lebih luas yakni wisata wellness atau wisata minat khusus. Indonesia memiliki potensi wisata wellness yang sangat besar.

Hal ini dikarenakan banyak bahan baku yang diperlukan bagi produk wisata wellness seperti rempah-rempah dan tanaman obat tumbuh dan berkembang di Indonesia.

Selain itu, Indonesia juga kaya akan keanekaragaman obat-obatan tradisional yang berperan besar dalam kelangsungan wisata wellness. "Masa adaptasi kebiasaan baru menjadi waktu yang tepat untuk mengembangkan potensi wisata wellness mengingat terjadi pergeseran tren wisata dari wisata dalam jumlah besar ke tren wisata berkualitas," kata Direktur Hubungan Antarlembaga Kemenparekraf/Baparekraf, K. Candra Negara.

Menggaet Pasar Wisata International

Di tengah pandemi, Indonesia tetap aktif mempromosikan pariwisata ke mancanegara. Tahun 2021 diyakini wisatawan bakal membanjiri Indonesia.

ndonesia masih menjadi daya tarik wisatawan

Imancanegara untuk datang. Terbukti, Bali mendapat peringkat pertama dari 25 daftar destinasi wisata populer di Asia. Bali mendapatkan Penghargaan Travellers Choice 2020 dari platform wisata terbesar, TripAdvisor.

Lebih mempromosikan pariwisata Indonesia, Kemenparekraf memperkuat sinergi dengan kementerian/lembaga dalam upaya memperkuat indeks daya saing pariwisata/Travel Tourism Competitiveness Index (TTCI). Berdasarkan data Travel & Tourism Competitiveness Index (TTCI) yang dikeluarkan World Economic Forum (WEF) pada 2019, dari 14 pilar yang menjadi penilaian daya saing pariwisata, Indonesia memiliki keunggulan kompetitif pada 5 pilar yaitu Price Competitiveness, Prioritization of Travel & Tourism, International Openness, Natural Resources, serta Cultural Resources & Business Travel.

Sementara itu, pariwisata Indonesia dihadapkan dengan 5 tantangan terbesar terkait daya saing Environmental Sustainability, Health & Hygiene, Tourist Service Infrastructure, Safety & Security, serta ICT Readiness. "Pariwisata ditetapkan sebagai leading sector adalah bukti keseriusan pemerintah untuk terus membenahi segala aspek pembangunan pariwisata di Indonesia yang berkelanjutan baik dengan memperhatikan aspek ekonomi, aspek sosial-budaya, serta aspek lingkungan hidup," kata Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf/Baparekraf, R Kurleni Ukar

Dengan sinergi ini diharapkan target peringkat Indonesia dalam indeks daya saing pariwisata di tahun 2021 di urutan 36-39 dapat terwujud.

Gencarkan Promosi

Langkah-langkah yang diambil, meski pandemi tetap mempromosikan wisata Indonesia ke mancanegara. Seperti yang dilakukan Visit Indonesia Tourism Officer/ VITO) di New Delhi dan Mumbai melakukan product update pariwisata untuk pasar India sebagai salah satu strategi promosi (soft selling) di tengah pandemi.

Dalam webinar bertajuk The Future of Indonesian Tourism Marketing in India”, diikuti 140 industri pariwisata yang berasal dari India. Webinar ini membahas strategi dan upaya kesiapan Indonesia memasuki masa new normal serta product update untuk pasar India.

Australia tak luput dari sasaran promosi wisata Indonesia. Kemenparekraf engadakan international webinar bertajuk Bali Covid-19 Safety Update untuk menyampaikan kebijakan serta informasi terkini mengenai destinasi wisata di Indonesia.

Webinar ini secara khusus ditujukan untuk pasar Australia dan diikuti lebih dari 100 peserta dari industri travel di Australia. "Australia adalah pasar yang penting bagi Indonesia, terutama Bali," kata Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf, Nia Niscaya.

Indonesia juga mempromosikan ke Philipina. Webinar bertajuk Promoting Indonesia and The Philipines Cooperation in Creative Economy in the New Normal, menjadi buktinya.

Disepakati penyusunan Nota kesepahaman di bidang industri kreatif yang mencakup lima sektor. Yakni creative services, layanan audio visual, pertunjukan seni budaya, buku dan penerbitan, dan layanan kreatif lainnya termasuk kekayaan intelektual.

Berupaya mempertahankan eksistensi pariwisata Indonesia di pasar Thailand dan Indochina, Kemenparekraf menggelar Seminar Daring Internasional bertajuk Yogya Alright: The Next Stop for Pleasure and Prayer. "Ini langkah Kemenparekraf agar pariwisata Indonesia tetap terjaga eksistensinya di pasar Thailand dan Indochina. Indonesia memberikan informasi terbaru kepada para pelaku industri di Thailand dan Indochina terkait apa yang sudah dikerjakan oleh Indonesia untuk mempersiapkan destinasi wisata dalam menyambut wisatwan mancanegara,” ujar Direktur Pemasaran Pariwisata Regional I, Vinsensius Jemadu.

Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya dipilih karena merupakan destinasi wisata favorit wisatawan Thailand dan Indocina. Yogyakarta memulihkan memiliki kemiripan kebudayaan, makanan, dan kesamaan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Thailand dan Indochina

Sementara Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Prancis meluncurkan film Une Barque Sur L’Ocean sebagai upaya untuk mempromosi destinasi

wisata dan kebudayaan Indonesia di Prancis. Pemutaran film ini dilaksanakan di Cinema Le Balzac, Paris. "Film merupakan salah satu sarana untuk mempromosikan destinasi wisata serta potensi alam dan budaya Indonesia. Destinasi wisata dengan kekayaan alam dan budaya Indonesia sangat menarik untuk dijadikan latar belakang pembuatan film,” kata Dubes Indonesia untuk Perancis, Arrmanatha, C. Nasir

Acara ini merupakan kerja sama antara KBRI dengan Kantor Visit Indonesia Tourisme Officer (VITO) Prancis untuk mendukung peluncuran pemutaran film dengan latar dan budaya Bali karya Arnold de Parscau, Une Barque Sur L’Océan.

Indonesia juga gencar mempromosikan pariwisata ke Afrika Selatan. Dalam webinar bertopik The Cost of COVID-19 for Global Tourism: How Indonesia and South Africa Responding, terungkap sejak 2015, pertumbuhan jumlah wisatawan Afrika Selatan yang datang berkunjung ke Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan. Dari 22.482 wisatawan di tahun 2016 menjadi 47.657 wisatawan pada 2019. "Bukti bahwa Afrika Selatan dan negara-negara Afrika lainnya telah mulai memperhitungkan Indonesia sebagai salah

satu destinasi wisata favorit,” kata Plt Direktur Pemasaran Regional III (Eropa, Timur Tengah, Amerika, dan Afrika) Kemenparekraf/ Baparekraf, Raden Sigit Witjaksono.

Dikesempatan ini Indonesia sekaligus menyakinkan khalayak internasional untuk berkunjung ke Indonesia dengan menerapkan protokol kesehatan berbasis CHSE. “Kita harus tetap optimistis karena cepat atau lambat pandemi ini akan berlalu. Di masa yang akan datang kita harus terus mempromosikan Indonesia." Promosi wisata juga dilakukan PT. Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko dalam webinar Re-start in Indonesia Travel to Our World Heritage Sites. Direktur Pemasaran PT TWC, Hetty Herawa meyakinkan masyarakat Jerman agar tidak perlu khawatir untuk berkunjung ke Yogyakarta dan Jawa Tengah di era adaptasi kebiasaan baru.

Ia mengungkapkan, destinasi wisata seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan telah menerapkan protokol kesehatan berbasis CHSE. "Banyak wisatawan Jerman yang berkunjung ke Indonesia lebih dari satu kali kunjungan. Mereka berkunjung ke berbagai tempat di Indonesia, tidak hanya di Bali saja. Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia adalah kebanggan tersendiri bagi kita dan menjadi kekuatan kita menyambut kedatangan turis ke Indonesia."

Seperti diketahui hampir 40 persen wisatawan mancanegara asal Eropa datang berkunjung ke Indonesia karena tertarik dengan tradisi dan budaya yang beraneka ragam.

Sebagai bagian dari promosi, Indonesia juga menggelar Virtual Festival IndonesiaPerth 2020. Event ini mendorong penguatan citra dan promosi pariwisata Indonesia di luar negeri, terutama Australia.

Acara yang diinisiasi oleh Konsulat Jenderal Repulik Indonesia di Perth, Australia, bersama Kreasi Indonesia Inc. (Masyarakat Indonesia di Australia Barat) itu sekaligus sebagai pembuktian bahwa pandemi COVID-19 tidak membatasi masyarakat Indonesia untuk tetap berinovasi dan berkarya.

Virtual Festival Indonesia Perth 2020 ini mengusung tema Strive Together atau yang dalam Bahasa Indonesia memiliki arti “berjuang bersama”. "Acara ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia, khususnya yang tinggal di Perth, Australia, dapat berinovasi dan memanfaatkan teknologi untuk memperkenalkan tradisi dan budaya Tanah Air ke khalayak dunia," kata Deputi Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf, Nia Niscaya.

Diharapkan event ini dapat mempromosikan potensi pariwisata Indonesia ke khalayak internasional, khususnya kepada publik di Australia Barat. Tercatat setiap tahunnya ada 400 ribu wisatawan asal Australia Barat yang berkunjung ke berbagai destinasi wisata di Indonesia, terutama Bali.

Forum Internasional

Indonesia juga aktif memberikan sumbangan pemikiran demi kemajuan pariwisata kawasan. Seperti Indonesia mengusulkan 5 kerjasama memperkuat pariwisata di ASEAN di ajang The 52nd ASEAN NTOs Meeting and Related Meetings pada 15, 21, dan 28 September 2020.

Diantaranya penghapusan ASEAN Single Aviation Market (ASAM) atau pasar tunggal penerbangan. Mengusulkan Progress of Draft Protocol to Amend the MRA-TP (Mutual Recognition Agreement on Tourism Professional) atau pengaturan antara negara-negara ASEAN yang dirancang untuk memfasilitasi pergerakan bebas dan pekerja yang berkualitas dan bersertifikat antara negara anggota ASEAN segera dijalankan.

Lalu mengusulkan HCA (Host Country Agreement) pada Regional Secretariat for the Implementation of MRA-TP. HCA ini merupakan komponen penting untuk menetapkan dasar hukum dan standar pendapatan bagi

berdirinya Sekretariat Regional. Terakhir, mendukung adanya inisiatif Development of ASEAN Framework to Facilitate the Tourist Travel Bubble Schemes.

Tak kalah penting Indonesia disepakati sebagai tuan rumah pertemuan Asia-Pacific Economic Cooperation Tourism Working Group (APEC-TWG) ke-59 yang akan dilaksanakan pada 2022.

APEC-TWG merupakan merupakan wadah bagi negara-negara anggota APEC

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan Asia dan Pasifik terkait dengan isu kepariwisataan. "Ajang ini diharapkan dapat memacu pemulihan sektor pariwisata di Indonesia yang terdampak pandemi Covid-19, melalui peningkatan aktivitas Meeting-IncentiveConvention-Exhibition (MICE)," kata Deputi Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf Baparekraf Wisnu Bawa Tarunajaya.

Begini Cara Berwisata dengan Protokol Kesehatan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggelar simulasi penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability) dalam berwisata MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition).

imulasi digelar di kawasan Ledok Sambi di

Slereng Gunung Merapi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), bulan lalu.

Direktur Wisata Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran Kemenparekraf/ Baparekraf, Masruroh, dalam keterangannya, Jumat (25/9/2020), mengatakan tujuan pelaksanaan simulasi ini adalah untuk memberikan gambaran pentingnya penerapan protokol kesehatan dalam pelaksanaan wisata MICE.

“Simulasi ini menjadi ajang bagi para pelaku dan peserta wisata MICE menerapkan protokol kesehatan dalam pelaksanaan aktivitas MICE,” kata Masruroh.

Masruroh menyebutkan simulasi ini merupakan lanjutan dari kegiatan sosialisasi penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE bagi pelaku wisata MICE yang dilaksanakan secara serentak di tiga destinasi wisata MICE pada Kamis (24/9/2020). Ketiganya adalah Medan, Sumatra Utara; Bandung, Jawa Barat; dan Yogyakarta.

Masruroh juga mengungkapkan alasan pemilihan Yogyakarta sebagai tempat pelaksanaan simulasi penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE dalam kegiatan wisata MICE. Menurutnya, dengan angka penderita COVID-19 yang relatif rendah di Yogyakarta,

hal tersebut memperlihatkan komitmen yang kuat dari masyarakat Yogyakarta untuk menerapkan protokol kesehatan di masa adaptasi kebiasaan baru.

“Kita bisa lihat saat ini pariwisata di Yogyakarta sudah mulai bangkit kembali dengan banyaknya kedatangan wisatawan nusantara. Selain itu, masyarakat Yogyakarta juga punya kreativitas yang tinggi dalam menyosialisasikan adaptasi kebiasaan baru di media sosial,” katanya. Masruroh juga berpesan agar pelaku dan peserta MICE selalu menerapkan protokol kesehatan seperti menjaga jarak, mencuci tangan, dan selalu mengenakan masker. Dalam acara itu, peserta yang terdiri dari pelaku wisata MICE dan awak media diajak berkeliling ke beberapa destinasi wisata di lereng Gunung Merapi menggunakan mobil Jeep. Para peserta diwajibkan mencuci tangan dan mengenakan masker terlebih dahulu.

Peserta kemudian diajak berkeliling ke beberapa destinasi wisata yang ada di lereng Gunung Merapi. Di antaranya adalah Bunker

Kaliadem, Museum Mini Sisa Hartaku di Dusun Petung, dan merasakan sensasi offroad di kawasan Kalikuning.

Terkait dengan protokol kesehatan dalam wisata MICE ini, Kemenparekraf juga menggelar sosialisasi program CHSE di 9 destinasi MICE. Yakni Yogyakarta, Bandung, Medan, Surabaya, Manado, Lombok, Banten (mewakili Jakarta), Semarang, dan Batam. Rangkaian kegiatan akan dimulai dari 24 September hingga 9 Oktober 2020.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan, Kemenparekraf/ Baparekraf, Rizki Handayani, menjelaskan dalam rangka menghadapi tatanan kenormalan baru, khususnya pada sektor MICE, Kemenparekraf bersama dengan INACEB melibatkan masukan yang signifikan dari stakeholders MICE telah menyusun rancangan panduan CHSE pada penyelenggaraan kegiatan MICE.

“Panduan ini merupakan panduan operasional dari Keputusan Menteri Kesehatan tentang protokol kesehatan bagi masyarakat di tempat dan fasilitas umum dalam rangka pencegahan dan pengendalian Covid-19 yang diturunkan pada pelaksanaan kegiatan MICE di Indonesia,” ujar Rizki melalui keterangan resminya.

Sosialisasi CHSE diadakan untuk menekankan pada penerapan prosedur standar pelaksanaan kegiatan MICE. Ada aturan teknis spesifik, sesuai dengan panduan yang telah dibuat oleh asosiasi dan industri MICE sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

Lebih lanjut, Rizki menyebut sosialisasi bertujuan untuk menyamakan pemahaman mengenai isi panduan kepada stakeholders MICE. Sehingga panduan dapat dijalankan dengan sesuai pada saat pelaksanaan kegiatan MICE.

“Sosialisasi tersebut juga akan memberikan pemahaman stakeholder MICE di daerah perihal panduan pelaksanaan CHSE pada kegiatan MICE pada masa normal baru, sehingga tidak menjadi klaster baru penyebaran Covid-19 karena telah menerapkan protokol kesehatan dan panduan CHSE MICE dengan ketat,” jelas Rizki.

Industri Event Tuntut Perlakuan Sama

Pelaku industri event atau pameran merasa didiskriminasi oleh pemerintah karena belum mengizinkan kegiatan bisnis mereka beroperasi di tengah pandemi Covid-19. Padahal bisnis lain yang juga mengundang keramaian seperti bioskop hingga mal sudah boleh operasi.

etua Umum Asosiasi Perusahaan

KPameran Indonesia (Asperapi) Hosea Andreas Runkat mengatakan ada perlakuan berbeda atas industri pameran dibanding industri lainnya. Ia kembali membandingkan kebijakan atas industrinya dengan industri yang saat ini sudah boleh berjalan.

“Mal sudah buka, beberapa industri lain sudah buka, apa sih masalahnya kalau industri kita, pameran, belum boleh buka? Yang saya butuhkan solusi, bisnis jalan, pameran jalan, tapi harus seperti apa? Saya lebih cenderung dikasih jawaban pameran dengan (protokol) gini, bukan dengan (jawaban) belum bisa, belum bisa,” katanya. Dikatakan, selama ini, komunikasi dengan pemerintah yakni melalui Dinas Pariwisata sudah berjalan. Namun tidak ada hasil berarti dari komunikasi tersebut. Jawaban pemerintah cenderung normatif tanpa ada solusi yang jelas. Apalagi, adanya perbedaan kebijakan yang dirasa antara satu industri

dengan industri lain.

“Akhirnya nantinya kita berpikir ada unsur tebang pilih, kenapa industri ini nggak boleh jalan? Kenapa ini boleh? Kalau masalah kreasi, masing-masing udah jalan, itu hanya sementara. ga mungkin cheating our business tiba-tiba bisa langsung meroket. Nggak mungkin,” sebutnya.

Hal senada juga disampaikan kata Ketua Umum Dewan Industri Event Indonesia (Ivendo), Mulkan.

“Kalau mal boleh buka, bioskop boleh buka, apa boleh buka, ya event juga boleh dong,” kata Mulkan Kamaludin.

Dikatakan bila sektor lain boleh operasi dengan alasan menggerakkan ekonomi, maka sektor event harus diperlakukan sama. Ia menilai pariwisata bisa berjalan jika event juga diizinkan, karena bakal ada dampak ekonomi berantai seperti transportasi, perhotelan hingga makanan dan minuman. Mulkan berharap ada sikap tegas dari pemerintah.

Bahkan, ujarnya sejumlah kementerian sudah melaksanakan kegiatan yang berlokasi di hotel. Namun, ia menilai tidak ada ketegasan adanya aturan pelaksanaan event yang berlaku.

“Kayanya saling tunggu, takut disalahkan tapi mereka sendiri sudah melakukan. Pemerintah sendiri sudah melakukan kegiatannya,” sebutnya.

Bahkan Mulkan Kamaludin menyebut hingga kini sudah banyak pelaku usaha pameran yang gulung tikar. “Yang sudah kolaps itu banyak, banyak banget, karena zero income, kalau industri lain mungkin turun 50%, turun 60%, turun 70%. Artinya masih ada 20-30%, masih ada pemasukan. Kita ini zero income,” katanya.

Namun ia tidak menyangkal bahwa ada kegiatan event yang bisa digarap. Hanya saja perputaran uangnya tidak seberapa sehingga tidak membantu signifikan.

“Kalaupun event online, berapa sih nilainya? Nggak ada buat gaji orang, buat kebutuhan human resources-nya dikit, penyerapan tenaga kerja dikit, otomatis budget kecil. Saya rasa untuk menjalankan sebuah perusahaan nggak mencukupi,” katanya.