21 minute read

Event Guide Februari

Volume 15 Edisi 2 — FEBRUARI 2020 — Rp. 35.000

Advertisement

Hotel

Holiday Inn Express Jakarta International Expo

Hotel Bisnis Bintang Empat di dalam Area JIExpo

profile

Harry Dwi Nugraha

“Event punya cara sendiri untuk tetap hidup..”

FESTIVAL MUSIK JADI PILIHAN

www.issuu.com/eventguidemagz

preview

Java Jazz Festival 2020 ‘Redeem Yourself Through Music’

Perhelatan Java Jazz Festival terbukti sukses di setiap penyelenggaraannya. Kendati sudah melewati tahun politik, JJF 2020 dipercaya akan mendulang kesuksesan serupa.

22 I I Februari 2020

Java Jazz Festival atau JJF merupakan acara tahunan yang dilaksanakan oleh Java Festival Production sejak tahun 2005. Festival jazz tahunan ini selalu diselenggarakan setiap awal bulan Maret. Setiap tahunnya, event akbar JJF selalu mendatangkan ratusan artis Jazz ternama, mulai dari artis dalam negeri hingga internasional.

Di tahun ini, JJF akan kembali hadir untuk ke-16 kalinya pada tanggal 28 Februari – 1 Maret 2020 di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta Pusat. Berbeda dari edisi sebelumnya, JJF tahun ini mengusung

tema ‘Redeem Yourself Through Music’.

Presiden Direktur Java Festival Production, Dewi Gontha, menjelaskan tema tersebut berasal dari sebuah pemikiran bahwa setiap manusia membutuhkan sesuatu untuk mengalihkan diri sejenak dari banyaknya hal yang terjadi dalam kehidupan ini. Dan musik menjadi sebuah pilihan yang dipercaya bisa merefleksi suasana itu.

“Kita yang enggak mengerti politik pasti gerah mendengar banyaknya tema itu yang diangkat tahun 2019, soal politik dan berbagai perbedaannya tuh selalu dibahas mulu gitu. Tapi, di musik kita tidak pernah melihat politik atau apapun, semua

selalu kembali ke diri sendiri. Makanya kita pilih tema itu,” kata Dewi saat menggelar konferensi pers di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (15/1/2020).

Di sisi lain, Dewi melihat bahwa keberhasilan sebuah event juga tidak lepas dari peran sponsor maupun partnership di dalamnya. Sponsor yang berada di Java Jazz Festival merupakan sponsor yang percaya dan sama-sama ingin mengembangkan JJF.

“Bisa dilihat para sponsor yang ada sekarang itu sudah 15 tahun dan sekarang masuk tahun ke-16 kita masih sama-sama. Kepercayaan mereka membuat kita bisa memaintenance event ini,” sambungnya.

Lebih lanjut, Dewi pun berharap

Februari 2020 I I 23

preview

festival ini dapat menjadi tempat di mana semua orang dapat menghabiskan waktunya dengan menyaksikan penampilan sensasional dan menikmati musik yang disuguhkan.

Sebagai bentuk dukungan khusus untuk perhelatan musik jazz ini, BNI tetap konsisten menjadi tittle sponsor untuk keempat kalinya. Dengan membawa semangat #BNItuDigital di event Jakarta International BNI Java Jazz 2020, BNI mendukung masyarakat khususnya generasi muda yang menginginkan kemudahan serta kecepatan dalam hidup.

“Di tahun ini pun BNI tetap konsisten melakukan promo Buy 1 Get 2 Daily Pass BNI Java Jazz Festival 2020 dengan menggunakan Kartu Debit dan Kartu Kredit BNI. Jika belum memiliki kartu debit BNI, cukup membuka rekening melalui BNI Mobile Banking tepatnya fitur Pembukaan Tabungan Digital, nasabah bisa langsung menikmati promo tersebut dengan pembelian tiket melalui website www. javajazzfestival.com. BNI pun konsisten

“Kita yang enggak mengerti politik pasti gerah mendengar banyaknya tema itu yang diangkat tahun 2019, soal politik dan berbagai perbedaannya tuh selalu dibahas mulu gitu. Tapi, di musik kita tidak pernah melihat politik atau apapun, semua selalu kembali ke diri sendiri. Makanya kita pilih tema itu.”

Dewi Gontha

Presiden Direktur Java Festival Production

membawa ekosistem cashless payment yang menggunakan TapCash dan akseptasi pembayaran LinkAja,” ujar Anggoro Eko Cahyo, Direktur Bisnis Konsumer BNI.

Di samping itu, PT Avrist Assurance, untuk ketujuh kalinya menjalankan peran strategis sebagai official insurance partner Java Jazz Festival 2020. Mengusung tema #SaveAndSound, Avrist hadir semakin mantap dalam memberikan proteksi kepada semua pihak yang berperan andil dalam festival musik internasional terbesar di Indonesia, mulai dari pengunjung hingga kru dan artis, baik nasional dan mancanegara.

“Ini menggarisbawahi komitmen kami untuk memberikan perlindungan menyeluruh agar penikmat konser sejati dapat bebas mengekspresikan kecintaan terhadap musik dengan rasa aman dan nyaman, sehingga pengalaman aspiratif ini mejadi sempurna dalam kenangan,” jelas Ernest Febrianto, Head of Corporate Marketing Communications PT Avrist

Assurance. (Garry T)

24 I I Februari 2020

Java Jazz dengan Line Up Variatif

Seperti edisi sebelumnya, Java Jazz Festival 2020 menyuguhkan total 11 panggung dengan 33 penampilan artis di setiap harinya. Pada line up fase pertama, beberapa nama telah diumumkan seperti Ade Avery, Andezzz (Departure People), Anomalie, Ardhito Pramono, Ari Lennox, Brass Againts, Brian Simpson feat Jackiem Joyner, Bruno Major, Cantika, Cory Henry & The Funk Apostles, Cosmo’s Midnight, Ezra Collective, Faye Risakotta, Gerald Situmorang & Sri Hanuraga “Meta” feat Ify Alyssa, Goodmorning Everyone, Idang Rasjidi Syndicate, Jaz, Lalahuta, Marcell, Mike Stern- Jeff Lorver Fusion Trio, MLDJAZZPROJECT S4, Mondo Gascaro feat Rien Djamain, New York Voices, Oslo Ibrahim, Otti Jamalus & Yance MAnusama, PREP, Sister Sledge, T-SQUARE,

Februari 2020 I I 25

preview

The Daunas, The Mighties, Tommyivan feat Uap Widya, Tony Monaco and Friends, Young Gun Silver Fox, dan ZAD.

Kini, pihak penyelenggara telah memberikan konfirmasi bahwa Benny Mustafa N Jongens, Dwiki Dharmawan feat. Nadin Amizah, Jay Som, Jeff Lorber Fusion Trio (Jeff, Jimmy Haslip, Gary Novak), KRLY, Maya Hasan, Michael Paulo & Gregg Karukas feat. Melissa Manchester, Michael White, MLDJAZZPROJECT All Star feat. Devinta, Monéva, Arta (ICINC), MLDJAZZPROJECT S4 Feat. Potret, Fariz RM & Humania, Nita Aartsen Quintet, Nusantero, Pamungkas, Paulinho Garcia, Phil Perry, RINI, Ron King Big Band, The Steve McQueens, United States Air

Force Band of the Pacific dan Yongky Vincent ikut tampil melengkapi line up JJF 2020.

Presiden Direktur Java Festival Production, Dewi Gontha, mengatakan dalam memilih line up yang ditampilkan, dasar pertimbangan yang dilakukan adalah dengan mendengar masukan dari banyak orang hingga kurasi. Dewi pun mengaku tidak mengalami kendala karena memiliki hubungan yang baik dengan berbagai artis/musisi.

Kendati demikian, banyaknya nama-nama baru yang ditampilkan di JJF 2020 cukup membuat publik cukup bertanya-tanya dengan pemilihan line up tersebut. Dewi menjelaskan bahwasanya regenerasi sangat penting untuk dilakukan.

“Pasar kita memang sensitif dengan line up, tapi kita mencoba untuk mengedukasi dengan semua artis yang kita tampilkan. Kita ingin banget pasar itu belajar menerima lebih cepat dengan nama-nama baru, karena kita juga nggak bisa setiap menggelar event artisnya itu-itu saja. Kita harus memperkenalkan nama-nama baru supaya orang juga bisa berkembang,” jelasnya

Mengenai pemilihan dua special show dari The Jackson’s dan Omar Apollo, Dewi memiliki alasan tersendiri. Menurutnya, kedua artis tersebut punya kualitas yang sangat keren dan wajib ditonton oleh masyarakat Indonesia, khususnya para pecinta soul jazz dan R&B.

“Line up sekarang itu umurnya jauh

26 I I Februari 2020

lebih muda dan sedang berkembang juga, contohnya Anomali, Ezra Collective, atau PREP. Untuk special show, The Jackson kan legenda, siapa yang tidak kenal mereka? Begitu juga dengan Omar (Apollo), salah satu talenta muda yang sedang aktif dan banyak tour di berbagai negara,” pungkasnya.

Sebagai informasi, tiket Jakarta International BNI Java Jazz Festival 2020 sudah dapat dibeli melalui website resmi www. javajazzfestival.com. Adapun tiket tersebut dibagi menjadi beberapa kategori, mulai dari 3 Day Pass Rp 1,875,000, Daily Pass Rp 775,000, Special Show The Jacksons Rp 375,000, dan Special Show Omar Apollo: Rp

250,000. (Garry T)

Februari 2020 I I 27

cover story

Festival Musik Jadi Pilihan

Indonesia surga bagi pecinta musik. Ya! Indonesia menjadi salah satu persinggahan musisimusisi papan atas dunia untuk menggelar konser.

Sepanjang tahun 2019 lalu, deretan musisi papan atas unjuk aksi di Tanah Air ini. Pencinta musik Indonesia dimanjakan oleh berbagai konser musik di tahun itu. Mulai dari musisi Indonesia hingga internasional. Mulai dari Anggun C Sasmi, GIGI, Tulus, Afgan hingga Shawn Mendes, Westlife dan Backstreet Boys, Greyson Chance, dan

sederet musisi lainnya.

Bagaimana dengan tahun 2020 ini? Tidak perlu khawatir. Sederet nama artis dan musisi dunia tak akan melewatkan panggung-panggung musik Indonesia. Akhir Februari ini, festival Java Jazz menghadirkan sejumlah penyanyi dan musisi dunia di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, tempat Java Jazz berlangsung.

28 I I Februari 2020

Nama-nama besar musisi dunia akan tampil. Di antaranya the Jacksons, Omar Apollo, Ari Lennox, dan Bruno Major.

Selain panggung festival ini sederet konser musik baik yang menghadirkan artis papan atas dunia dan domestik akan diselenggarakan di berbagai kota di Tanah Air di tahun ini.

Konser adalah momen yang menyenangkan sekaligus ditunggu-tunggu bagi penggemar musik. Apalagi jika penampil utamanya adalah band atau penyanyi favorit. Di sisi lain, konser musik juga bisa menjadi ajang untuk menyatukan seluruh penggemar dari berbagai latar belakang hingga berkumpul menjadi satu tanpa tersekat identitas apa pun. Selain itu, festival musik juga bisa menjadi tempat untuk para pelaku musik mempelajari berbagai hal yang berkenaan dengan seni pertunjukkan. Mulai dari bagaimana cara para penampil menyuguhkan pertunjukkannya, hingga mempelajari sound serta tata panggung. Tak jarang pula festival musik bisa menjadi lokomotif untuk memperkenalkan kuliner daerah setempat hingga berbagai pameran lainnya. Festival musik juga mampu menjadi daya tarik wisatawan, baik domistik maupun mancanegara. Apalagi festival musik yang digelar di cross border area.

Menurut pengamat musik di Indonesia, hal ini sudah berlangsung sejak tahun 1970- an. Konser atau event musik tak pernah sepi. Kegandrungan penonton dalam negeri akan

kehadiran penyanyi dari luar negeri. Penonton pasti membeludak. Entah penyanyi luar negeri itu sudah punya nama di negerinya atau masih pendatang baru.

Oleh karena itu, semua pihak berharap,

pemerintah benar-benar serius dalam menangani persoalan-persoalan yang masih menjadi kendala dalam penyelenggaraan event musik. Mulai dari pembenahan infrastruktur sampai dengan masalah keamanan.

Presiden Direktur Java Festival Production, Dewi Gontha, mengatakan sebelum ini promotor memang amat getol mengajak musisi internasional menggelar konser tunggal. Tetapi kini banyak promotor memilih untuk mengundang musisi internasional tampil dalam gelaran festival.

Dikatakan bahwasanya event-event musik di Indonesia kini memang semakin bertambah banyak. “Perlu diakui bahwa eventevent sekarang itu semakin berkembang dan bertambah banyak sekali. Kita bisa lihat hampir setiap minggu paling tidak ada 2-4 event yang tampil. Itu baru di Jakarta, belum lagi yang di luar kota. Yang harus dijaga adalah pengerjaan eventnya, tidak hanya sekedar event tapi ada banyak unsur juga di dalamnya,” kata Dewi.

Di tahun 2020 ini Dewi berharap bahwa banyaknya festival musik tidak hanya menjadi animo sesaat. Kesempatan untuk mengembangkan industri ini masih memiliki potensi yang sangat besar untuk digaungkan.

Februari 2020 I I 29

cover story

Mengoptimalkan Event Musik Mendunia

Indonesia sudah lama dikenal sebagai negara dengan skema musik paling bergairah di Asia, bahkan dunia. Ia punya sejarah musik populer yang merentang panjang

Pernah disambangi Deep Purple pada 1975.

Juga menjadi salah satu tempat konser Metallica paling mengerikan, yang pecah menjadi kerusuhan pada April 1993. Hingga punya festival jazz dengan jumlah panggung terbanyak di dunia.

Jika bicara festival musik di Jakarta, umurnya pun juga panjang. Festival musik tertua di Indonesia yang pernah tercatat adalah Jazz Goes to Campus. Festival yang diadakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia ini sudah diadakan sejak 1976. Namun kelemahan festival ini adalah, ia sukar untuk

menjadi besar sebab dikelola oleh para mahasiswa dan tidak bertujuan menjadi sebuah industri.

Festival musik “lawas” lainnya adalah Jak Jazz. Acara ini pertama kali diadakan pada 18,19, dan 20 November 1988. Penggagas festival ini adalah musisi Ireng Maulana. Helatan pertama diikuti oleh 150 musisi. Ireng menyebut JakJazz kala itu sebagai pesta jazz terbesar di Asia. Sayang beberapa kali festival besar ini absen karena berbagai halangan.

Saat ini festival musik terbesar di Indonesia adalah Java Jazz. Pada 2010, Museum Rekor Indonesia memberikan rekor kepada Java Jazz sebagai festival

30 I I Februari 2020

musik jazz terbesar di dunia karena menampilkan 1.300 orang musisi dan 21 panggung, dan menjual tiket sekitar 120 ribu lembar. Pada 2017, jumlah panggungnya memang menurun, menjadi 14 panggung. Namun Java Jazz tetap menjadi salah satu festival musik terbesar di Asia.

Selain Java Jazz, ada banyak festival musik di Indonesia. Sebut saja Soundrenaline. Festival ini sudah berjalan sejak 2002. Ada juga Rock In Solo yang diinisiasi sejak 2004. Atau Ngayogjazz yang pertama kali hadir pada 2007.

Di luar nama itu, ada nama-nama pendatang baru yang diadakan pasca 2010. Mulai dari Rock In Celebes, Hammersonic yang dimulai sejak 2012, hingga Djakarta Warehouse Project yang pertama muncul pada 2014. Beberapa festival musik di Indonesia menggabungkan juga menggabungkan musik dan pemandangan alam. Semisal Jazz Gunung yang bertempat di Bromo, Jawa Timur. Atau Ijen Summer Jazz yang bertempat di kaki Kawah Ijen, Jawa Timur.

Nama-nama festival musik besar itu amat mungkin dipromosikan sebagai daya tarik wisata. Mereka dikunjungi oleh belasan hingga puluhan ribu penonton lintas negara, memberi dampak ekonomi langsung bagi banyak orang.

Peluang Besar

Melihat peluang tersebut Kemenparekraf Wishnutama akan fokus pada terselenggarakannya acara-acara lokal dan internasional. Ia memberi contoh acara musik elektronik terbesar, Tomorrowland di Belgia dan acara musik serta seni terbesar, Coachella di California.

“Akan ada banyak event yang kita seriusin. Di sana ada Tomorrowland padahal cuma hamparan rumput, atau Coachella yang cuma padang pasir tapi bisa menarik. Yang penting harus mempunyai daya tarik yang luar biasa sehingga orang mau datang lagi,” papar Wishnutama di Kemenparekraf, Jakarta.

Selain program acara lokal, tidak menutup kemungkinan Wishnutama juga akan membuat acara internasional. “Ya kenapa enggak? Itu kan sebagai awal orang untuk mengenal Indonesia. Oh ternyata Indonesia bagus pas didatangi,” lanjutnya.

Sedangkan untuk calendar event, Wishnutama akan mempelajarinya terlebih dahulu. Menurutnya, ketika menyelenggarakan banyak acara, harus dipikirkan dengan matang kualitas yang ingin diberikan kepada pengunjung. “Sehingga wisatawan bisa balik lagi. Itu yang penting sih,” imbuhnya.

Ia menggarisbawahi pariwisata dengan kemampuan mengelola kreativitas, sehingga dapat menjadi daya tarik dan juga memiliki dampak terhadap ekonomi secara langsung.

“Bukan sekadar alamnya bagus, tetapi, daya tarik yang kita create. Bagaimana kita mengelolanya,

membuat itu jauh lebih menarik. Pariwisata kreativitas itu justru bukan hanya sekadar film atau musik,” lanjutnya.

Kemudahan

Tentu saja perlu banyak perbaikan yang mendasar. Semisal waktu penyelenggaraan. Salah satu ciri festival musik yang bisa dikemas sebagai atraksi pariwisata adalah punya bulan penyelenggaraan yang tetap. Sebab selain bisa masuk dalam kalender wisata, hal itu juga menjadi jaminan bagi wisatawan yang akan hadir.Dalam pandangan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran 1 Kemenparekraf RI, Rizki Handayani, setiap destinasi membutuhkan akses, amenitas dan atraksi. “Contohnya di Lombok, Jogja, Bali untuk faktor pendukung atau amenitas baik akomodasi maupun sarana pendukung lainnya juga sudah sangat memandai,” tuturnya

Sementara dari sisi atraksi, daerah-daerah tersebut punya potensi wisata alam, budaya dan kuliner yang luar biasa. “Ditambah lagi memiliki berbagai macam kegiatan festival mulai dari festival budaya, festival yang bertajuk kopi hingga festival musik jazz yang menampilkan artis-artis yang ternama,” ucapnya.

Memasukkan festival musik sebagai bagian tak terpisahkan dari pariwisata memang butuh perjalanan yang panjang. Apalagi Indonesia masih punya banyak pekerjaan rumah terkait pariwisata, mulai dari iklim pariwisata hingga infrastruktur. Satu yang pasti, kalau festival musik ditata dengan baik, sektor ini bisa menjadi pengundang wisatawan nomor wahid. (Muh. Andy)

Februari 2020 I I 31

cover story

Festival Musik kian Berkibar

Seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan tren khususnya dalam event-event musik. Jika sebelumnya promotor amat getol mengajak musisi internasional menggelar konser tunggal, kini banyak promotor juga yang memilih untuk mengundang musisi internasional tampil dalam gelaran festival.

32 I I Februari 2020

Festival musik di Indonesia memang bukan barang baru. Di tahun 2010-an, Indonesia sempat kebanjiran artis/musisi mancanegara yang menggelar konser tunggalnya di sini. Hal tersebut merupakan magnet tersendiri bagi masyarakat Indonesia yang haus akan hiburan.

Berbagai jenis musik yang ditampilkan pun sangat beragam. Bagi para pecinta musik Jazz, ada gelaran Java Jazz Festival yang rutin diadakan setiap tahunnya di awal bulan Maret. Untuk yang senang

dengan lagu-lagu electronic dance music (EDM) bisa mengunjungi Djakarta Warehouse Project (DWP). Penggemar lagu-lagu metal pun bisa menikmati aksi musisi idolanya di gelaran Hammersonic, hingga menikmati musik lintas genre yang terdapat di Synchronize Fest atau We The Fest (WTF).

Presiden Direktur Java Festival Production, Dewi Gontha, mengakui bahwasanya event-event musik di Indonesia semakin bertambah banyak. Hal tersebut sangat positif dalam upaya memajukan industri musik Tanah Air.

“Perlu diakui bahwa event-event sekarang itu semakin berkembang dan bertambah banyak sekali. Kita bisa lihat hampir setiap minggu paling tidak ada 2-4 event yang tampil. Itu baru di Jakarta, belum lagi yang di luar kota. Yang harus dijaga adalah pengerjaan eventnya, tidak hanya sekedar event tapi ada banyak unsur juga di dalamnya,” kata Dewi.

“Berkembang dalam arti secara terstruktur, bukan hanya asal berkembang. Semakin banyak event maka semakin bagus juga buat kita. Tetap pada persaingan sehat tapi tetap dijaga standardnya,” sambungnya.

Kendati demikian, di tahun 2020 ini Dewi berharap bahwa banyaknya festival musik tidak hanya menjadi animo sesaat. Kesempatan untuk mengembangkan industri ini masih memiliki potensi yang sangat besar untuk digaungkan.

“Saya berharap semoga tidak menjadi antiklimaks, karena kesempatan untuk mengembangkan industri ini masih besar banget dan kebanyakan orang masih berfokus di kota-kota besar. Kalau kita mau mengembangkan industri ini menjadi mapan, semua pihak harus menghargai para profesional-profesional yang terlibat didalamnya,”

paparnya. (Garry T)

Februari 2020 I I 33

cover story

Generasi millenial terkenal dengan perkembangan teknologinya. Hampir semua lini kehidupan pun berubah seiring berkembangnya teknologi. Perkembangan teknologi memberikan dampak yang berbeda-beda tergantung bagaimana kita memanfaatkannya. Lalu bagaimana dampak perkembangan teknologi dalam industri musik?

Industri Musik Digital, Positif atau Negatif?

Dengan adanya perkembangan teknologi, munculah

industri musik digital yang sudah ada sejak tahun 2004, ditandai dengan adanya RBT atau Ring Back Tone. Seiring berkembangnya jaman , industri musik digital pun terus mengalami peningkatan. Pada akhirnya di tahun 2007, RBT mulai masuk menjadi salah satu nominasi di Anugrah Musik Indonesia (AMI) Awards.

“Band yang dapat penghargaan RBT tertinggi di Anugrah Musik Indonesia (AMI) Awards untuk RBT terbanyak AMI Awards 2007

adalah Samson dengan Bams sebagai vokalis. Nah pada tahun itulah era digital mulai diapresiasi penghargaan musik, “ ujar Bens Leo sebagai pengamat musik.

Setelah itu perkembangan industri musik digital terus meningkat dari masa ke masa. Apalagi di jaman sekarang sudah banyak platformplatform digital yang membantu para musisi untuk menampung sebuah karyanya, seperti Joox, Spotify, Youtube dan lain-lain. Sehingga memudahkan para musisi untuk berkarya khususnya dalam hal memberi ruang untuk karya-karyanya agar tetap abadi.

34 I I Februari 2020

karya lama yang kembali dipopulerkan lewat platfromplatfrom digital,” kata Bens Leo.

Meskipun banyak manfaat yang dihadirkan dari industri musik digital, hal ini memungkinkan akan munculnya sisi negatif yang hadir dari industri musik digital di Indonesia. Hadirnya industri musik digital memberikan kemudahkan siapa saja untuk mengaksesnya, hal ini menjadi salah satu keuntungan bagi para pembajak karya.

Di era digitalisasi seperti sekarang ini, banyak orang yang kurang mempedulikan akan suatu hak cipta. Siapa saja dapat membuat sebuah akun atau channel di platform-platform digital, namun yang disayangkan masih banyak pelaku tidak bertanggung jawab yang menampilkan karya orang lain tanpa izin atau tanpa mempublish sang penciptanya, padahal UU Hak Cipta sudah ada.

“Saya termasuk orang yang sepakat orang tidak boleh merekam atau mengunggah sebuah karya orang lain mengatasnamakan dia. Itu gak boleh karena bisa merugikan pencipta lagu awalnya. Orang yang mencuri karya mendapatkan keuntungan lebih banyak,” tegas Bens Leo.

Bens Leo juga menjelaskan bahwa bagi sesorang yang ingin mempublikasikan kembali karya orang lain seharusnya meminta izin dulu kepada penciptanya. Karena hal tersebut dapat mencabut hak eknomi dari pencipta awalnya. Pada akhirnya hal ini menimbulkan suatu pelanggaran hak cipta.

Oleh karena itu, hadirnya digitalisasi dalam industri musik harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar tidak ada satu pihak yang dirugikan. Maka dengan begitu semua musisi dapat terus mengeksplorer karya-karyanya dan masyarakat dapat menikmati berbagai genre musik dengan seleranya masing-masing. (Rifani)

Hal itu merupakan salah satu dampak postif dengan hadirnya industri musik digital masyarakat. Selain memberikan ruang karya kepada para musisi, hadirnya platfrom-platform digital memudahkan para musisi untuk mengkesplorer dan mempromosikan atau mempopulerkan karyanya sehingga banyak sekali beragam genre musik muncul sekarang ini.

“Bagi mereka yang sudah tahu pola menjual karya atau produksi, industri musik digital menjadi suatu hal yang positif. Di sini juga para musisi semakin mudah mengeksplore karya-karyanya. Misalnya seperti

Februari 2020 I I 35

cover story

Music Concert Hall

Jakarta Paling Lengkap

Indonesia memiliki banyak arena untuk penyelenggaraan konser musik, baik indoor maupun outdoor. Tak terhitung lagi penyanyi dan musisi kelas dunia yang pernah tampil di negeri ini.

Arena penyelenggaraan konser

musik tersebar hampir di setiap kota besar di Indonesia. Kalaupun bukan convention center yang dibangun dengan standar akustik khusus, minimal setiap kota besar saat ini memiliki stadion olahraga yang sekali waktu juga bisa untuk menyelenggarakan konser musik.

Sarana yang paling lengkap tentu saja di Ibukota Jakarta. Selain terdapat stadion utama Gelora Bung Karno juga terdapat

beberapa convention center yang bukan saja mampu menampung pengunjung dalam jumlah besar, melainkan juga dilengkap dengan berbagai standar untuk penyelenggaraan sebuah konser musik.

Salah satu venue yang paling sering digunakan sebagai arena penyelenggaraan konser musik adalah Arena Jakarta International Expo di bekas Bandara Kemayoran Jakarta Pusat.

Jakarta International Expo memiliki berbagai pilihan venue untuk penyelenggaraan

konser musik. Pada setiap penyelenggaraan event Java Jazz, di arena ini dibangun belasan panggung konser yang tersebar di hall-hall yang ada dan di area open-space.

Untuk konser musik dengan standar akustik yang tinggi, dengan jumlah penonton sekitar 16 ribu orang Jakarta International Expo memiliki Hall-D1 dan D2. Banyak musisi internasional tampil di hall ini.

Juga terdapat Hall-B3-C3 yang terpasang peredam suara untuk standar akustik sebuah gedung konser. Hall ini

36 I I Februari 2020

mampu menampung audience lebih dari 20 ribu orang.

Di JIExpo juga terdapat Hall-A yang juga mampu menampung lebih dari 20 ribu penonton.

Jika sebuah konser musik membutuhkan arena yang lebih luas, terdapat area openspace seluas lebih dari 6 hektare.

Di area open-space inilah setiap tahun diselenggarakan konser outdoor dengan durasi paling lama di dunia, yakni JIExpo Music Concert yang digelar saat Jakarta Fair berlangsung. Hampir semua musisi dan penyanyi kelas-A Indonesia tampil di konser ini.

JIExpo Convention Centre and Theatre

Kini JIExpo dilengkapi satu lagi venue nan megah dan mewah berstandard internasional. Yakni JIExpo Convention Centre and Theatre (JIECCT) . Venue mewah ini didesain mampu untuk melangsungkan event-event besar mulai dari skala nasional hingga internasional.

JIECCT yang berada di kompleks JIExpo Kemayoran hadir sebagai venue dengan suasana mewah dan elegan di setiap ruangannya. JIECCT menawarkan banyak pilihan venue.

Kemewahan venue yang berdiri di area seluas 40.000 meter persegi itu terlihat jelas di Grand Ballroom, Junior Ballroom, 14 Meeting Room, dan Grand Theatre. Memiliki 7 lantai yang setiap lantainya dihiasi kaca mewah nan eksotik. Dengan banyaknya event yang telah digelar di JIECCT, para tamu mengakui kemewahan dan kesempurnaan venue yang telah memulai aktivitasnya sejak Agustus 2018.

Grand Ballroom JIECCT menjadi etalasenya. Ruangan dengan luas 2.700 meter persegi ini didesain dengan balutan warna gold. Ini membuat event di Grand Ballroom memberikan kesan kemewahan nan elegan. Grand Ballroom mampu menampung tamu hingga 1000-3000 orang. Memiliki ketinggian celling hingga 6,9 meter.

Selain Grand Ballroom, ada venue Junior Ballroom. Di sini setiap event yang diadakan mampu memberikan suasana nyaman dan kesan yang ekslusif bagi tamu. Junior Ballroom sendiri memiliki luas 320 meter persegi dapat menampung kapasitas mulai dari 300 orang -800 orang dengan ketinggian ceiling hingga 6,7 meter.

Untuk menggelar pertunjukan seni, musik, teater, budaya, sendratari, konser musik, dan lainnya, pilihlah Grand Theatre

JIECCT. Grand Theatre ini didesain berstandar internasional dengan 2.500 kursi. Selain itu, Grand Theatre menggunakan teknologi Meyer Sound Constellation Acoustic Enhancement System dari USA, hasil rancangan WSDG dari Basel, Swiss yang sangat terkenal.

Sistem pencahayaan Theatre dikendalikan oleh Grand MA 2 Light dengan 4096 parameter dan Strand DMX Network System untuk distribusi DMX-512.

Selain itu, ada 14 meeting room yang berada di lantai 5 dan 6. Setiap ruangan bisa diubah, disesuaikan dengan kebutuhan Anda, untuk rapat, presentasi, dan lainnya.

Gelora Bung Karno

Selain di JIExpo, juga terdapat beberapa venue lain yang juga sering dijadikan sebagai arena penyelenggaraan konser musik. Misalnya di Jakarta Convention Center (JCC) di Senayan Jakarta, Sentul Internationa Convention Center (SICC) di Sentul Bogor, Indonesia Convention and Exhibition (ICE) di Serpong Tangerang Selatan, dan tentu saja Gelora Bung Karno (GBK) di Senayan Jakarta.

JCC yang juga dikenal sebagai Balai Sidang Jakarta memiliki plenary hall dengan kapasitas tempat duduk sebanyak 5 ribu orang. Ia juga memiliki asembly hall dengan luas 3.900 meter persegi dan beberapa hall

Kemewahan venue JIECCT yang berdiri di area seluas 40.000 meter persegi itu terlihat jelas di Grand Ballroom, Junior Ballroom, 14 Meeting Room, dan Grand Theatre. Memiliki 7 lantai yang setiap lantainya dihiasi kaca mewah nan eksotik.

lain dengan ukuran yang lebih kecil.

Lokasi JCC ini sangat strategis, berada di kawasan Senayan, dan merupakan bagian dari kawasan Gelora Bung Karno.

Gelora Bung Karno adalah stadion serba guna. Umumnya digunakan sebagai venue penyelenggaraan kegiatan olahraga, namun tak jarang juga untuk konser musik. Pada awalnya ia mampu menampung penonton sampai 100 ribu orang, namun pasca renovasi tahun 2007 ia hanya mampu menampung 88 ribu orang penonton saja.

Sementara itu Sentul International Convention Center yang berlokasi di Kecamatan Bababakanmadang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, adalah sebuah gedung serbaguna dengan kapasitas sekitar 11 ribu orang di hall utama dan sekitar 2 ribu orang di hall-hall lainnya. Ruang utama di SICC ini sedikit agak lebih besar dari plenary hall di JCC.

Sedang convention center lain yakni Indonesia Convention Exhibition (ICE), berlokasi di Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten, adalah pusat konvensi dan pameran yang mulai dibuka pada tahun 2015 lalu. Ia memiliki 10 hall dengan luas masing-masing sekitar 4.800 meter persegi. Selain memiliki beberapa hall, ICE juga memiliki beberapa ruang konvensi dengan ukuran yang lebih kecil.

Februari 2020 I I 37

This article is from: