Kedungsono's Archive
MENUJU DESA TANGGUH BENCANA
KKN-T Destana UNS 2023
Kelompok 12
KKN-T Destana UNS 2023
Kelompok 12
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan buku arsip yang sudah lama dipersiapkan ini. Buku
arsip yang berjudul “Kedungsono’s Archive: Menuju Desa Tangguh
Bencana” ini telah penulis buat secara maksimal dan sebaik mungkin dalam tujuannya untuk mengkaji bencana alam yang berpotensi terjadi di Desa Kedungsono.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Desa
Kedungsono, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Sukoharjo, rekan-rekan KKN penulis, dan masih banyak
lagi pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang telah mendukung lancarnya pembuatan buku arsip ini, mulai dari proses penulisan hingga proses pencetakan.
Dalam buku ini, tertulis mengenai situasi geografi Desa
Kedungsono dan memuat kajian tentang ketangguhan Desa
Kedungsono dalam menghadapi potensi bencana alam serta langkah yang dapat dilakukan dalam upayanya mengurangi risiko bencana.
Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan atau kekeliruan yang jauh dari kata sempurna. Akhirnya, semoga buku
arsip ini dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat Desa
Kedungsono, terutama Pemerintah Desa Kedungsono dengan
harapan buku ini dapat dijadikan sebagai buku pedoman dalam
melakukan upaya-upaya meningkatkan ketangguhan Desa
Kedungsono dalam mengurangi risiko bencana yang berpotensi terjadi. Terima kasih.
Tim KKN-T Destana UNS Kelompok 12
Sukoharjo, Agustus 2023Provinsi
Kabupaten/Kota
Kecamatan
Desa/Kelurahan
Status Pemerintahan
Latitude
Longitude
Alamat Kantor
: Jawa Tengah ((Kode BPS: 33)
: Sukoharjo (Kode BPS: 1810060)
; Bulu (Kode BPS: 3311020)
: Kedungsono (Kode BPS: 3311020004)
: Desa : -7.786519
: 110.854943
: Barangkulon, Kedungsono, Kec. Bulu, Kabupaten
Sukoharjo, Jawa Tengah 57563
Layanan Pendidikan
KB. Kartika Bunda
TK PGRI Kedungsono
SDN 1 Kedungsono
TK-SD Desa Kedungsono 02
TK-SD Kedungsono 03
Layanan Posyandu
Pos Mawar 1, Dk. Badran
Pos Mawar 2, Dk. Soko
Pos Mawar 3, Dk. Tiyoko
Pos Mawar 4, Dk. Malangan
Pos Mawar 5, Dk. Karanggayam
Tempat Ibadah
Masjid Baitul Ghofuur
Mushola Nur Huda
Pesantren Ismaka
Masjid Al Istiqomah
Masjid Nur Hakim
Masjid Ash Shommadu
Masjid At-Tawakal
Masjid Alban
Gereja Katolik Santo Petrus
GKKI Soko
GBI Jemaat Bulu
Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Laki-laki
Jumlah Penduduk Perempuan
Jumlah Total Kepala Keluarga
Jumlah Penduduk Berdasar Struktur Usia
Balita (0-≤ 5 th)
Anak-anak (5-≤16 th)
Usia Produktif (16-58 th)
Lansia (≥58 th)
: 3.057 jiwa : 1.567 jiwa : 1490 jiwa : 1.073 jiwa : 177 jiwa : 342 jiwa : 1.012 jiwa : 477 jiwa
1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 04arah desa Pule
Dusun Soko
Dusun Tiyoko
Dusun Malangan
Dusun Kedungsono
Pegunungan G. Mungkur
Kantor Kelurahan
Sekolah
Masjid
Gereja
Posyandu
Penilaian Ketangguhan Desa (PKD) adalah program dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bertujuan menghasilkan data dasar (baseline) tentang aspek-aspek yang mempengaruhi ketangguhan bencana pada tingkatan pemerintahan dan masyarakat. PKD merupakan program kerja wajib yang ditugaskan dari BPBD sebagai bentuk hasil KKN Tematik UNS yaitu Desa Tanggap Bencana. Dengan hasil PKD ini nantinya akan dilanjutkan dengan Kajian Risiko Bencana (KRB) yang kemudian diikuti dengan produk sistem peringatan dini yang ditujukan untuk salah satu bencana alam yang terjadi di Desa Kedungsono.
Pada penilaian ini menyangkut 5 komponen dan 32 Indikator dalam bentuk 128 pertanyaan yang disebarluaskan ke perangkat desa dengan data atau dokumen untuk memverifikasi jawaban yang diberikan.
Indikator atau variabel ukur yang digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan suatu kebijakan yang meningkatkan ketangguhan bencana.
Komponen yang terdiri atas 14 indikator berisikan layanan, sarana, prasarana, dan peraturan dasar di Desa Kedungsono. Indikator layanan dasar yang dipenuhi oleh Desa Kedungsono antara lain berupa : penyelenggaraan Layanan Pendidikan, Layanan Kesehatan, Penyediaan Air Bersih, Program dan Kegiatan Pangan & Gizi, Sarana dan Prasarana Komunikasi/Informasi, Pelayanan Administrasi dan Kependudukan, dan Peraturan dan Kegiatan Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak. Komponen 1 meraih skor 24 dari 56 pertanyaan.
Komponen 2.
dan Kebijakan Penanggulangan Desa
Komponen 2 terdiri dari 5 indikator mengenai kebijakan Desa Kedungsono terhadap Bencana. Indikator yang terpenuhi adalah Bantuan Pelaksanaan
Kegiatan Penanggulangan Bencana. Komponen 2 meraih skor 3 dari 20 pertanyaan.
Komponen 3 terdiri dari 3 indikator berfokuskan pada pencegahan bencana. Indikator yang terpenuhi adalah kegiatan pencegahan dan sosialisasi kebencanaan. Maka komponen 3 meraih skor 9 dari 12 pertanyaan.
Komponen 4 terdiri atas 6 indikator untuk kesiapsiasgaan bencana secara darurat. Untuk sekarang indikator yang baru terpenuhi adalah penyebarluasan bencana dan meraih skor 1 dari 24 pertanyaan.
Komponen 5 terdiri dari 4 indikator mengenai pemulihan setelah bencana. Hanya saja Desa Kedungsono sendiri belum memenuhi indikator-indikator ini.
DENGAN TOTAL AKUMULASI SKOR 37 dari 128
Kelengkapan hasil analisis dan bukti verifikasi dapat diakses di tautan:
Indeks Ketangguhan Bencana : 28.9%*
*Indeks Ketangguhan Bencana dihitung secara manual mengikuti saran dari
BPBD Sukoharjo melalui persenan untuk nilai 37 dari 128 poin
Tingkat Ketangguhan Bencana Desa Kedungsono : TANGGUH PRATAMA*
*Tangguh pratama dinilai dari hasil capaian nilai > 58,33
Jenis Bencana di Desa
Jenis Bencana Fokus Penilaian
Dampak lebih dari 1 Bencana
Persepsi Risiko
: Hama Kera, Karhutla, Tanah Longsor, Kekeringan, Angin Puting Beliung
: Lebih dari 1 bencana
: Kerusakan rumah warga, kerusakan sumber panen, kerusakan hutan
: Menengah
Pengkajian Risiko Bencana merupakan suatu upaya penyelidikan atau penelitian sederhana tetapi sistematis untuk mengetahui tingkat risiko bencana (tinggi-sedang-rendah) pada semua jenis bencana di Desa/Kelurahan
Kedungsono beserta faktor-faktor karakter bencana, kerentanan dan kapasitasnya. Kajian Risiko Bencana dibuat untuk menindaklanjuti hasil Penilaian Ketangguhan Desa yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Hasil dari penyelidikan penelitian dituangkan dalam bentuk dokumen pengkajian risiko bencana yang menjadi dasar dari peraturan atau kebijakan penanggulangan bencana Desa/Kelurahan khususnya di wilayah Kedungsono.
Dengan mengetahui kemungkinan dan besaran kerugian, fokus perencanaan dan keterpaduan penyelenggaraan penanggulangan bencana untuk di Desa
Kedungsono diharapkan dapat menjadi lebih efektif. Hasil Kajian Risiko Bencana dibagi menjadi 2 bahasan pokok yaitu jenis ragam bencana dan pemeringkatan ragam bencana.
Ancaman Hidrometeorologi Angin Puting Beliung, Kekeringan
Ancaman Biologi Hama Kera
Ancaman Kegagalan Teknologi -
Ancaman Lingkungan Karhutla
Ancaman Sosial -
Kesimpulan dari Kajian berikut :
Berdasarkan hasil kajian ancaman yang terjadi di Desa Kedungsono maka didapati
Ancaman Prioritas adalah Hama Kera dengan skor 7. Adapun Ancaman terbesar kedua adalah Tanah Longsor dengan total skor 6, diikuti dengan Karhutla dan Angin Puting Beliung dengan masing-masing total skor 4. Serta
ancaman terakhir yakni Kekeringan dengan skor 3.Hama Kera adalah salah satu hama yang dapat menimbulkan kerugian besar bagi petani, terutama yang menanam tanaman hortikultura, seperti pisang, timun, kacang panjang, nangka, dan lain-lain. Dikarenakan wilayah Desa
Kedungsono yang berdekatan dengan pegunungan api purba yang merupakan tempat tinggal kera itu sendiri, maka menjadi sebuah keresahan ketika kera mulai memasuki wilayah desa.
Asal Penyebab
Faktor perusak
Tanda Peringatan
Frekuensi
Periode
Durasi
Intensitas
Posisi
: Hilangnya sumber makanan di habitat asli
: Hewan Kera
: Suara bising dari Kera
: 2 kali tergantung ketersediaan sumber pangan
: Setiap tahun
: 1-2 jam
: 3 dusun terdampak
: Tiyoko, Tegalmojo, Karanggayam
Tanah Longsor merupakan gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan massa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Di daerah pegunungan, daerah pinggiran Desa Kedungsono rentan terjadi tanah longsor terutama dalam cuaca dengan curah hujan yang tinggi. Terutama ketika pohonpohon mulai digunakan warga untuk kegiatan sehari-hari.
Asal Penyebab
Faktor perusak
Tanda Peringatan
Frekuensi
Periode
Durasi
Intensitas
Posisi
: Curah hujan yang tinggi, Pengggundulan Hutan, Erosi, Faktor Geografis, PergerakanTanah
: Air dan material (tanah dan bebatuan)
: Curah hujan yang tinggi
: 1 kali
: Setiap 3 tahun
: 2 jam : 3 dusun terdampak
: Tiyoko, Soko, Karanggayam
Karhutla adalah singkatan dari kebakaran hutan dan lahan. Karhutla adalah suatu peristiwa terbakarnya hutan atau lahan baik secara alami maupun oleh perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan yang menimbulkan kerugian ekologi, ekonomi, sosial budaya dan politik. Dengan situasi dominan pohon jati yang kering di kawasan pegunungan, menjadi salah satu daerah yang rawan untuk terjadi kebakaran hutan.
Asal Penyebab
Faktor perusak
Frekuensi
Periode
Durasi
Intensitas
Posisi
: Cuaca Ekstrim, Ulah manusia
: Cuaca ekstrim, percikan api
: 1-2 kali
: Setiap tahun terutama pada musim kemarau
: 48 jam (2hari)
: 1 dusun terdampak
: Tegalmojo, serta daerah hutan Desa Kedungsono
Early Warning System atau Sistem
Peringatan Dini adalah sebuah alat
untuk memberitahukan akan
timbulnya kejadian alam, dapat
berupa bencana maupun tanda-tanda
alam lainnya. Peringatan dini pada
masyarakat atas bencana merupakan
tindakan memberikan informasi
dengan bahasa yang mudah dicerna oleh masyarakat.
Melihat dari ancaman prioritas yang terjadi di Desa Kedungsono, tim KKN-T Destana UNS memfokuskan
pada bencana tanah longsor dengan
membuat sebuah sistem peringatan
dini yang berfungsi untuk memantau
adanya gerakan yang memungkinkan
terjadinya tanah longsor di lokasi
penempatan sistem tersebut,
Pemasangan EWS rencananya
akan di pasang di Dukuh
Karanggayam, disamping rumah yang
lahannya rawan longsor sesuai
dengan hasil FGD tanggal 11 Agustus
2023
Dengan adanya EWS, masyarakat
dapat sadar adanya bencana secara
langsung atau real time sehingga
warga dapat mempersiapkan diri
untuk menghadapi bencana.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Sebelum memasang EWS, perlu diadakan identifikasi area untuk mencari informasi lokasi dengan tanah yang rawan longsor
Beri penjelasan kepada masyarakat yang berada di dekat daerah pemasangan EWS mengenai SOP dan cara perawatannya
Setelah EWS ditanam di lokasi yang terbuka, tarik pasak besi dan tanamkan (jangan terlalu dalam) pada area tanah yang akan diduga longsor.
Setelah masyarakat aware terhadap EWS, letakan EWS pada area yang rawan pada bencana tanah longsor.
Jika terjadi longsor, pasak besi akan terlepas dari tanah dan pipa semen yang terikat pada pasak besi akan menarik jack yang menempel pada EWS
EWS akan berbunyi ketika jack terlepas sebagai pertanda tanah longsor. Segera menjauhlah dari area longsor dan lakukan evakuasi
Segera hubungi kejadian tersebut kepada pihak yang berwajib seperti BPBD Sukoharjo dan pastikan tidak mendekati area sebelum longsor selesai.
163.500
Alat-alat tersebut dapat didapatkan di toko-toko bangunan, toko musik, dan bahkan di e-commerce lainnya seperti tokopedia dan shopee. Dengan beberapa bahan tambahan opsional untuk pemasangan alat EWS di lokasi seperti :
Tiang besi
Semen
Pipa PVC
Tali tambang
Pasak besi, dan
Isolasi untuk kabel
Alat-alat tersebut opsional untuk pemasangan EWS di lokasi dan dapat menggunakan barang alternatif sesuai dengan barang yang ada.
Sistem perkabelan EWS
1. 2.
3.
Hubungkan jack 6.5 mm dengan socket jacknya.
Masing-masing kabel merah (positif) dari baterai yang sudah dihubungkan dan kabel merah (positif) dari sirine dihubungkan pada tiap pin dari socket jack.
4.
Pada saat menghubungkan dua buah kabel (sirine dan baterai) ke socket jack, pastikan ketika jack 6.5 mm dilepas maka sirine akan berbunyi.
Siapkan kotak plastik tahan hujan, lubangi bagian atas dan bawah kotak untuk peletakan sirine dan socket jack, pasang perkabelan yang sudah dirakit seperti gambar disamping.
18
6.
Buat adukan semen dan pasir, lalu isikan pada pipa PVC yang berukuran ± 30 cm lalu berikan pengait pada bagian atas pipa seperti gambar dibawah dan tunggu hingga kering.
7. 8. 9.
Siapkan tiang besi yang berukuran ± 2 m, berikan pengait untuk kotak plastik berisi sistem EWS dan pengait pipa pada tiang besi seperti gambar dibawah
Buat rangkaian tali tambang yang terhubung antara Jack 6.5 mm, pipa berisi semen, dan pasak besi seperti pada gambar diatas..
Letakkan EWS dengan kokoh pada area tanah yang padat, serta tarik pasak besi pada area tanah yang diduga akan terjadi longsor.
FGD atau Focus Group Discussion merupakan suatu teknik diskusi yang bertujuan untuk mengumpulkan sebuah kelompok dan membahas suatu topik spesifik secara bersama. Dalam hal ini, FGD dilaksanakan dengan topik bahasan yaitu ‘Potensi Rawan Bencana Desa Kedungsono’, yang menghadirkan tamu sebanyak 80 undangan, dengan turut mengundang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukoharjo sebagai narasumber. FGD yang digelarkan pada hari Jum’at, tanggal 11 Agustus 2023 ini merupakan sebagai tindakan lanjutan dari Penilaian Ketangguhan Desa (PKD) dan Kajian Risiko Bencana (KRB) Desa Kedungsono yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Penilaian Ketangguhan Desa (PKD) merupakan program dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk menghasilkan data dasar terkait aspekaspek yang mempengaruhi ketangguhan atas bencana pada tingkatan pemerintahan serta masyarakat. Data PKD diperoleh melalui bentuk pertanyaan yang menyangkut 5 komponen dan 32 indikator yang ditujukan kepada Pemerintah Desa Kedungsono. Melalui PKD yang dilakukan di Desa Kedungsono diperoleh hasil indeks ketangguhan desa terhadap bencana sebesar 28,9% atau tercatat sebagai tingkat Tangguh Pratama. Nilai indeks ini menunjukan masih rendahnya ketangguhan Desa Kedungsono terhadap bencana.
Kajian Risiko Bencana (KRB) merupakan suatu upaya penyelidikan atau penelitian secara sederhana tetapi sistematis untuk mengetahui sejauh mana tingkat risiko bencana yang mungkin terjadi pada semua jenis bencana di Desa Kedungsono, dengan disertai faktor-faktor karakter bencana, kerentanan, serta kapasitasnya. Berdasarkan hasil penyelidikan atau penelitian KRB yang dituangkan dalam bentuk dokumen untuk dijadikan dasar peraturan atau kebijakan penanggulangan bencana oleh Desa Kedungsono, diperoleh hasil bahwa terdapat tiga bencana utama yang sering terjadi di Desa Kedungsono, yaitu kebakaran hutan dan lahan (Kahutla), hama kera, dan tanah longsor.
Kebakaran Hutan dan Lahan
(Kahutla) menjadi salah satu ancaman
bencana alam yang berbahaya bagi
seluruh penduduk Desa Kedungsono.
Dari tahun ke tahun, upaya pencegahan
terjadinya kahutla terus menjadi fokus
utama pemerintah Desa Kedungsono, karena kebakaran hutan tidak hanya
merugikan secara material, namun
kebakaran hutan dan lahan juga telah
menjadi salah satu momok menakutkan
bagi penduduk sekitar karena
mengancam keselamatan seluruh warga
desa, mengingat secara geografis Desa
Kedungsono terletak diantara wilayah
pegunungan hutan jati, yang
menyebabkan tingginya potensi atau
peluang untuk terjadinya kebakaran
hutan. Bahkan, dalam periode Juli-
Agustus tahun 2023, telah tercatat
kebakaran hutan sebanyak dua kali di
Desa Kedungsono. Selain itu, kemarau
yang
berkepanjangan pada tahun 2023
hingga puncaknya pada bulan Agustus
sampai September, juga makin
meningkatkan peluang terjadinya
kebakaran hutan.
BABINKAMTIBMAS Desa
Kedungsono, Bapak Harry Setiyawan
menyatakan bahwa kebakaran hutan
dan lahan bukanlah merupakan
bencana alam, melainkan gangguan
KAMTIBMAS, mengingat 95%
kebakaran hutan yang terjadi
sebenarnya disebabkan oleh ulah
manusia yang sebagian besarnya
adalah kesengajaan, sehingga ini
tergolong sebagai suatu pelanggaran. Pencegahan terjadinya
kahutla kemudian dapat dilakukan
dengan upaya-upaya seperti tidak
membakar sampah sembarangan, tidak membuang puntung rokok
sembarangan, dan bagi masyarakat
yang melihat adanya tindakantindakan yang dilakukan dengan
sengaja untuk menyebabkan
terjadinya kebakaran hutan, dihimbau untuk segera melaporkan
kejadian kahutla tersebut ke pihak
berwajib supaya dapat segera
ditangani.
Bencana hama kera atau fenomena
turunnya kera dari gunung merupakan salah
satu bencana yang paling meresahkan warga
Desa Kedungsono. Fenomena turunnya kera
dapat disebabkan oleh faktor seperti
kurangnya sumber makanan kera, sehingga
kera akan turun ke pemukiman penduduk
untuk memenuhi kebutuhannya akan
makanan tersebut. Selain itu, turunnya kera
ke daerah pemukiman dapat juga disebabkan
karena rusaknya habitat tempat tinggal kera
yang semula, sehingga kera akan turun untuk
menemukan tempat tinggal yang baru.
Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia
bertanggungjawab sebagai penyebab
turunnya kera dari gunung, sehingga dalam
hal ini kera tidak dapat disebut sebagai hama.
Sebab, daerah hutan yang semula
merupakan habitat kera telah dirusak untuk
kepentingan manusia, mulai dari pembukaan
lahan dengan dibakar secara sengaja, hingga
penebangan pohon untuk dijadikan sebagai
kayu bakar. Kemudian, untuk mengatasi kera yang memasuki pemukiman penduduk di Desa Kedungsono dapat dilakukan upaya
alternatif seperti menggunakan petasan
untuk menakuti kera, namun ini hanya dapat
menangani dalam jangka pendek saja.
Sedangkan, untuk penanggulangan jangka
panjang dapat dilakukan dengan membuat
laporan kepada Perhutani Wonogiri, BKSDA
Semarang, ataupun dikomunikasikan ke
Pemadam Kebakaran untuk melakukan relokasi kera.
Tanah longsor terjadi ketika lapisan tanah atau batuan yang berada pada lereng tidak lagi mampu menahan tekanan dan gaya gravitasi. Tanah longsor seringkali terjadi pada musim penghujan, terutama pada tanah yang telah rusak. Tanah rusak adalah tanah yang telah mengalami degradasi atau kerusakan struktural yang dapat mengurangi kesuburan dan produktivitas tanah. Tanah yang mengalami kerusakan struktural mungkin tidak dapat menyerap air, sehingga semua air yang mengenai tanah akan langsung mengalir atau menggenang ketika berbenturan dengan tanah. Ketika air yang mengalir atau bahkan menggenang sudah terlalu banyak, dan tanah tidak lagi mampu untuk menahan tekanan tersebut, pada saat itulah akan terjadi longsor.
Tanah longsor terakhir kali terjadi di Desa Kedungsono pada tahun 2022. Meskipun, tidak menghasilkan kerusakan dalam jumlah besar, namun kekhawatiran akan terjadi longsor sewaktu-waktu menjadi salah satu fokus Tim KKN-T UNS 2023. Sebab, terdapat banyak pemukiman warga yang terletak di lereng Gunung Api Purba Gajah Mungkur. Sehingga, dikhawatirkan sewaktu terjadi bencana tanah longsor, itu akan berdampak langsung kepada penduduk desa dan membahayakan keselamatannya. Oleh karena itu, Tim KKN-T UNS 2023, membuat sebuah alat deteksi dini bencana alam longsor atau Earky Warning System (EWS) sebagai alat sebagai solusi jangka pendek untuk memantau longsor yang mungkin saja terjadi pada titik rawan longsor di Desa Kedungsono yang dijadikan sebagai lokasi penempatan EWS. Sehingga, alat ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam mengevakuasi diri ketika terjadi longsor.
ARSIP KEGIATAN KKN-T UNS 2023
Senam Sehat, Kedungsono Kuat adalah program kerja Senam Lansia yang diawali dengan kerjasama bersama tim KKN-T Institut Pertanian Bogor (IPB).
Senam ini mencakup lingkup lansia ngudi rahayu di dusun Tiyoko dan dilaksanakan di posyandu mawar 3, desa Kedungsono.
ARSIP KEGIATAN KKN-T UNS 2023
Kedungsono Mewarnai adalah kegiatan lomba mewarnai untuk PAUD-TK di Desa Kedungsono. Tema lomba mewarnai ini adalah “Sayangi Tumbuhan, Sayangi Lingkungan” sebagai wujud untuk meningkatkan awareness siswa TK untuk menjaga lingkungan di Desa Kedungsono
ARSIP KEGIATAN KKN-T UNS 2023
Tim KKN-T UNS bekerjasama dengan KB. Kartika Bunda dalam program kerja mural ini dalam upaya untuk membibit moral siswa PAUD-TK dalam menjaga lingkungan melalui visual. Dengan mural menggambarkan kegiatan reboisasi, menjadi tahap pertama pembibitan moral dalam mendidik anak dalam meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan.
Dalam rangka merayakan kemerdekaan Indonesia, tim KKN-T UNS ikut memeriahkan euforia 17an di beberapa dusun di Kedungsono seperti Badran, Malangan Lor, dan Malangan. Tim KKN-T UNS bekerjasama dengan karang taruna dusun dalam memeriahkan euforia 17an.
Demikian akhir cerita dari Kedungsono's Archive dan tim KKN-T Destana UNS 2023 kelompok 12. Dalam tujuan awal Buku 'Kedungsono's Archive' ini yaitu sebagai media informasi dan pengarsipan data-data dasar yang menjadi titik awal Desa Kedungsono menjadi Desa Tangguh Bencana. Besar harapan kami agar buku arsip ini dapat membantu peningkatan ketangguhan Desa Kedungsono dalam menghadapi Bencana di kemudian hari.
Akhir kata kami ucapkan besar terima kasih kepada Desa Kedungsono yang sudah menerima, menjaga, dan memberi cerita baru dalam kehidupan kami. Selesainya kegiatan KKN ini bukan menjadi akhir dari cerita kita. Sukses selalu dan sampai jumpa di lain kesempatan!